Rumah besar keluarga Omar terlihat dari depan sudah dipenuhi dengan mobil. Mungkin saja itu mobil dari para tamu Minan dan Razi. Afsha terdiam di depan gerbang. Tanpa sengaja, Afsha melihat Ahmed bersama Om Mahmet yang sedang ada di samping rumah. Disitu sepi dan Om Mahmet terlihat seperti sedang memarahi Ahmed."Om Mahmet kenapa?" gerutu Afsha yang masih memperhatikan mereka berdua. Dan tidak lama kemudian, Afsha melihat pemandangan yang mengejutkan. Om Mahmet, Baba dari Ahmed menampar pipi Ahmed. Raut wajahnya terlihat sangat emosi. Afsha yang melihat kejadian itu membulatkan matanya. Tidak menyangka akan apa yang ia lihat.
"Om Abdul menyuruhmu untuk menjaga Afsha! Lalu kenapa kau justru memilih sahabatmu?! Apa lebih penting?!"
"Jelas lebih penting! Shihan sahabat Ahmed dari kecil Ba!" Afsha sedikit mendengar percekcokan antara Om Mahmet dan Ahmed. Ternyata konflik mereka hanya karena masalah Afsha. Saat ini, Afsha merasa bersalah. Akibat dirinya, seorang anak dan ayahnya bertengkar.
"Semua salahku, kenapa masalah dengan tiba-tiba saja hadir?" lirih Afsha.
Saat masih memantau Ahmed dan Om Mahmet, suara wanita paruh baya memanggil Afsha. Beliau Ibu—Tante Neta. Afsha segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum. Melangkah dan memeluk Tante Neta."Kenapa nggak masuk sayang. Kamu kemarin gak apa-apa kan?" tanya Tante Neta yang terlihat panik.
"Tidak apa-apa Tante, oh iya apa acaranya sudah dimulai?"
"Belum sayang, sengaja. Karena kami menunggumu."
"Ya Allah, tante."
Tante Neta mengajak Afsha masuk ke rumah keluarga Omar. Suasana sangat ramai. Beberapa tamu memandang Afsha dengan raut wajah bahagia saat Afsha memasuki rumah keluara Omar. Afsha yang merasa risih tentu hanya mengukirkan senyum tipis. Mungkin benar, orang Turki memang sangat ramah. Di sofa terlihat ada Shihan disana yang menatap sinis Afsha. Lagi-lagi, Afsha harus merasa tabah. Melihat Shihan bagi dirinya seperti melihat sebuah kesedihan yang terdalam. Afsha segera memberikan kado kepada Minan selaku ibu dari Elif. Selepas itu Afsha duduk dengan jarak yang jauh dari Shihan. Setelah mengetahuinya, lebih baik Afsha harus bisa menjaga sikapnya.
"Jauh banget duduknya, sini deket lagi," ujar Shihan dengan tatapan jahat. Afsha melirik, pun dibarengi dengan Tante Neta. Tante Neta tersenyum dan menyetujui ucapan Shihan. Tentu Tante Neta belum mengetahui yang sebenarnya. Dengan terpaksa, Afsha mendekatkan duduknya dengan Shihan. Rasanya semakin sakit jika harus duduk berdekatan dengan wanita yang telah merebut calon suaminya."Farhan emang dulunya cinta sama kamu, bahkan cinta banget. Tapi setelah kehadiran aku yang ingin BALAS DENDAM Farhan justru berpaling dari kamu. Ck! Kalau kamu mengatakan aku perebut Farhan tentu jelas sangat benar adanya," ucap Shihan tepat di telinga Afsha. Kata-kata balas dendam, Shihan tekan seakan-akan itulah sebuah sumber.
Sakit sekali mendengar perkataan Shihan. Bagaimana tidak? Sampai sekarang Afsha masih mempunyai rasa cinta kepada Farhan walaupun itu hanya 1,5% saja."Tapi kenapa kamu merebutnya dariku? Balas dendam apa maksudmu?" tanya Afsha mencoba menahan air matanya.
"Ulang memorimu saat dua tahun lalu," bisik Shihan dengan penekanan.
"Aku tidak tahu, sebenarnya apa maksudmu?" tanya Afsha kedua kalinya dengan menahan air matanya yang sudah memenuhi mata.
"Ternyata memang kau bodoh!"
"Astaghfirullahaladzim, sakit sekali Ya Allah ..." batin Afsha mencoba bertahan.
"Dua tahun lalu, memang saat itu aku belum mengenalmu bahkan aku belum mengetahui bahwa dirimu adalah anak dari sahabat Om Mahmet. Aku baru mengenalmu saat kejadian itu. Kecelakaan itu, akibat kecelakaan itu kau membuat lelaki yang aku cintai meninggal!" tegas Shihan. Spontan Afsha memandang Shihan. Tak mengerti maksud Shihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...