Ahmed dan Minan kini telah sampai di rumah sahabat Minan. Segera Minan turun dan memencet bel. Sudah berkali kali bel dipencet namun tidak satupun orang yang keluar membukakan pintu.
"Apa gak ada dirumah yah?" pikir Minan yang segera mengambil gawainya dan menelepon sahabatnya."Merhaba, neredesin Sara?" [Halo, kamu dimana Sara?]
"..."
"Bu doğru mu? şimdi Londra'da mısın?" [Benarkah? Apakah kamu di London sekarang?]
"..."
"Masya allah, tamam." [Masya allah, baiklah.]
Minan mengakhiri teleponnya. Sara berkata bahwa dirinya sedang berada di London sekarang. Sayang sekali, keberuntungan tidak memihak Ahmed. Minan menggelengkan kepalanya. Sedang Ahmed? Dia hanya mengumpat kesal.
"Lalu bagaimana ini?""Ya sudah kau tenang, jangan dibawa pusing. Nanti aku bantu kamu, antar aku pulang."
"Baiklah."
Ahmed mengantar Minan pulang dengan rasa kesalnya. Aneh sekali, jarang sekali hampir semua toko kue mendadak ramai seperti sekarang. Apalah bulan ini banyak yang berulang tahun? Entahlah. Mungkin salah satu cara dia harus membuat kue sendiri untuk ulang tahun perusahaan nanti. Di perjalanan Minan sempat menelepon Ibu dan beliau mengatakan bahwa sekarang dirinya dan Afsha sudah dirumah.
"Sudah jangan khawatir nanti aku coba usahakan untuk membuat kue," ucap Minan."Ya sudahlah."
Mobil Ahmed sudah sampai di depan rumah. Ibu dan Afsha tengah menikmati obrolannya di taman bersama Elif. Segera Minan menghampiri mereka dibuntuti oleh Ahmed yang ada dibelakangnya.
"Gimana?""Sara lagi di London bu, jadi gak bisa."
"Terus bagaimana? Di keluarga kita tidak ada yang bisa membuat kue loh. Bahkan Ibu saja tidak bisa, kau ingat bukan dulu kue ulang tahun Ahmed juga gosong." benar sekali ucapan Ibu, dulu saat Ahmed ulang tahun yang ke-25 tahun Ibu mencoba membuat kue ulang tahun sendiri. Karena itu pertama kalinya Ibu membuat kue ulang tahun, alhasil bukan kue yang matang sempurna namun terlalu sempurna. Kue yang gosong di hari ulang tahun Ahmed, bukan hal yang buruk tetapi memberi berbagai tawa kepada keluarganya.
"Kue ulang tahun?" tanya Afsha."Iya, emang Afsha bisa bikin kue?" tanya Ibu.
"Kebetulan Afsha jago Tante bikin kue. Kan dirumah Afsha juga kadang nerima pesanan kue ulang tahun."
"Beneran?!" Secara spontan dan berbarengan. Ibu, Ahmed, dan Minan bertanya dengan raut wajah yang tak percaya. Afsha hanya menelan salivanya perlahan. Takut dan merasa aneh. Begitu juga Elif, dia hanya melongo melihat keluarganya yang serius.
"I ... i ... iya beneran," jawab Afsha yang terbata-bata.
"Kenapa gak bilang dari tadi! Arghh," kesal Ahmed.
"Ya kan gak ada yang nanya," ucap Afsha polos.
"Huaaa pasti calon suami kamu nanti seneng deh. Udah cantik, bisa masak, bisa bikin kue juga," puji Ibu. Lagi dan lagi, raut wajah Afsha berubah. Dia menurunkan senyumnya, sepertinya Afsha masih mengingat akan calon suaminya dulu. Ahmed yang melihat hal itu matanya terbelalak. Dia bahkan lupa belum memberitahu hal ini kepada Ibu dan Baba.
"Ya sudah nanti kita bikin bareng-bareng yah, acaranya dua minggu lagi." Afsha mengangguk. Tak disangka ternyata Afsha yang mengesalkan bagi Ahmed pandai membuat kue ulang tahun. Bahkan dirinya sering menerima pesanan kue ulang tahun saat di Indonesia.
Ahmed kembali berpamitan, dia akan kembali menuju perusahaannya. Mengingat sehabis makan siang nanti dirinya akan mengajak Shihan ke rumah sekaligus berjalan-jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Roman pour AdolescentsFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...