Beberapa menit kemudian, barulah Afsha menyadari seperti ada yang kurang. Afsha melirik sekitar, entah apa yang kurang tapi perasaannya sangat tidak enak.
"Kamu kenapa?" tanya Ahmed bingung.
Afsha melirik Ahmed sinis, tidak menjawab ucapan Ahmed. Dia justru menanyakan perasaannya yang tidak enak kepada Hasbi.
"Hasbi, ada yang kurang. Apa yah?" tanya Afsha.
"Vira sama Dita mungkin," jawab Hasbi santai. Mata Afsha langsung mendelik. Melotot dan menyadarinya. Perasaan tidak enak itu akhirnya terbukti bahwa Vira dan Dita tidak ada di dekat mereka.
"Ya ampun! Mereka kemana?!" tanya Afsha. Ahmed mulai kebingungan. Melirik satu per satu orang. Tidak ada Vira dan Dita. Mereka memutuskan untuk mencari Vira dan Dita. Semoga saja mereka masih dekat.
Sepanjang jalan mencari Vira dan Dita, Ahmed memarahi Hasbi habis-habisan. Menyalahkan semuanya kepada Hasbi.
"Kamu ini gimana sih?! Vira sama Dita ditungguin dong jalannya! Jangan ditinggal!" tegas Ahmed."Lah kenapa kakak yang marah? Salah siapa mereka jalannya lambat!" bantah Hasbi.
"Lambat apanya?! Yang ada kamu itu teledor, jalan sambil main hp gak lihat kiri kanan! Kalau mereka hilang gimana?! Kakak juga yang dimarahin, kali lain kalau jalan jangan main hp! Susah kan, nyari mereka dimana?!"
"Ya udah sih! Cari aja paling mereka deket sini, gak usah marah-marah!"
"Hust!" Afsha menghentikan pertengkaran mereka berdua.
"Diem! Kalian ini kakak adik gak pernah akur! Kenapa sih?! Hah?! Vira sama Dita hilang sekarang, dan kita harus nyari mereka! Gak usah saling debat dan saling ngebentak! Kamu Ahmed! Kamu juga yang jalan di depan juga gak memperhatikan yang jalan dibelakang. Dan kamu juga Hasbi, kamu jalan sambil main game! Kita semua salah! Seharusnya kita memperhatikan mereka berdua! Udah jangan ribut!" tegas Afsha.
Keduanya terdiam. Segera melanjutkan perjalanan mencari sosok Vira dan Dita.
***
Disisi lain, kedua remaja itu memasuki toko emas. Nuansa mewah dan menyajikan emas yang sangat menggiurkan. Vira dan Dita memasuki toko itu dan melihat-lihat emas. Sangat menakjubkan, bahkan mereka berdua sangat menginginkan emas yang sedang menjadi trending di kalangan remaja seusia Vira dan Dita.
"Eh beneran bagus banget! Aku pengin," rengek Vira.
"Aku juga. Eh tapi kan, kita gak bawa uang," ujar Dita yang membuat Vira tersadar.
"Ehh iya yah, aku lupa. Terus gimana?"
"Minta lah sama Kak Ahmed."
"Eh tapi!" kaget mereka berdua yang baru menyadari.
"Kak Ahmed! Kita tersesat?!" tanya Dita.
"Hore!" seru Vira yang terlihat bahagia, begktu juga Dita. Sebenarnya pikiran apa yang ada di otak mereka, sampai-sampai tersesat saja mereka sangat bahagia.
***
Sekitar 15 menit mencari kedua gadis itu, akhirnya Ahmed menemukan Vira dan Dita disebuah toko emas. Mereka asyik menanyakan harga emas tersebut kepada pelayan toko. Dengan malu, Ahmed meminta maaf kepada pelayan toko dan segera menarik Vira dan Dita. Menyuruhnya kembali pulang. Sepertinya tidak jadi untuk berjalan-jalan.
Mereka pulang ke rumah dan segera mendapatkan ocehan dari Ahmed. Tepatnya bukan hanya Vira dan Dita, melainkan Hasbi dan Afsha juga mendapatkan ocehan dari Ahmed. Orangtua Vira dan Dita yang melihatnya hanya tersenyum. Benar, mereka berencana akan menginap malam ini, dan esok mereka akan kembali ke Indonesia.
"Sudahlah, jangan terus-terusan memarahi mereka. Ini juga salahmu," ujar Ibu.
"Haishh, baiklah." Ahmed menurut, dia duduk dan diam. Menyesap teh khas Turki kesukaannya. Menenangkan dirinya.
"Oh iya, Ahmed ada yang ingin kami bicarakan kepadamu," ujar Baba yang datang bersama kedua orangtua Afsha.
Ahmed mengangkat alisnya. Perbincangan dimulai saat semuanya duduk disatu ruangan besar ini. Ya, acara ulang tahun telah selesai dan Baba menitipkan sebentar perusahaannya kepada teman karibnya.
Semuanya berkumpul disini. Ada orangtua Afsha, ada Afsha, ada orangtua Vira dan Dita, serta anak-anak mereka. Bahkan Minan, Elif, dan Hasbi juga duduk disini. Ahmed yang duduk disamping Ibu merasa bingung. Nampaknya, ini perbincangan serius.
"Baba sudah tau, kamu menyukai seorang wanita, 'kan?" tanya Baba.
Ahmed tersedak saat sedang menyesap teh. "Uhuk!"
"Jelas lah ba, masa iya Ahmed suka sama laki-laki. Hueeekkk!" Ekspresi Ahmed yang jijik.
"Bukan itu maksud Baba. Maksud Baba, sekarang kamu sedang menyukai seorang wanita bukan?"
Ahmed mendelik, menelan salivanya dengan bersusah payah. Apa maksud Baba? Ahmed ingin sekali keluar dari perbincangan ini.
"Ya ela, diem lagi!" kesal Hasbi kepada Ahmed.
"Gimana?" tanya Baba. Ahmed masih saja terdiam. Dia tidak menjawab, dia justru menatap sekelilingnya.
"Ah lama banget jawabnya. Ya udah, gini! Baba mau jodohin kak Ahmed sama Kak Afsha!" ujar Hasbi dengan santainya. Semua orang melirik ke arah Hasbi. Menatap Hasbi tajam. Bahkan Afsha, dia tidak mempercayainya. Apalagi Ahmed. Benar-benar, tuan muda itu sangat menyebalkan.
"Hasbi!" Baba segera memukul paha Hasbi. Hasbi merintih kesakitan. Afsha, dia menengok ke arah orangtuanya. Orangtuanya mengangguk, artinya ucapan Hasbi benar. Lalu mengapa Hasbi mengetahuinya? Entahlah tuan muda itu mungkin mencari tahu, dia bahkan punya banyak cara untuk itu.
"Ma-ma-maksudnya?!" tanya Ahmed tidak percaya. Seketika jantungnya berdebar. Perasaan apa ini? Bahkan dia selalu bertengkar dengan Afsha, lalu haruskah jantungnya berdebar disaat seperti ini? Justru jantungnya memberi tanda bahwa dirinya akan menerima perjodohan ini.
_____
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Novela JuvenilFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...