PART 40 || PERASAAN YANG BERBEDA✅

60 10 4
                                    

"Teşekkür ederim," ujar Ahmed tersenyum setelah mendapatkan es krim khas Turki atau biasa disebut dondurma. Pasti tau bukan, sulit untuk mendapatkan es krim dondurma apalagi saat penjualnya membuat jebakan untuk pembeli mengambil es krimnya.

Setelah membeli dondurma, Ahmed memberikan es krimnya ke Afsha. Dengan rasa senang Afsha menerimanya. Ini pertama kalinya Afsha memakan es krim khas Turki ini.

"Çok lezzetli," [Sangat lezat,] ujar Afsha yang tak sadar bahwa es krim belepotan di bibirnya.

"Udah bisa bahasa Turki, belajar dari mana? Ck!" ledek Ahmed memberikan sapu tangan kepada Afsha.

"Bisa lah. Adik kamu kan baik, gak kayak kamu."

"Ini aku ngasih sapu tangan berarti gak baik gitu? Ngasih es krim juga gak baik gitu?"

"Ya bukan gitu. Kamu baik kalau ada maunya aja. Ini pasti karena kamu mau kan dijodohin sama aku?"

Ahmed tercengang mendengar ucapan Afsha. Tidak menyangka pemikiran Afsha sampai situ. Ahmed hanya terdiam.

Mereka duduk dibangku panjang dekat rumah. Dengan Afsha yang masih sibuk memakan es krim dan sesekali mengelap mulutnya menggunakan sapu tangan. Mereka terdiam.

Sepertinya Ahmed sengaja terdiam guna memberi waktu untuk Afsha menghabiskan es krim.

"Enak banget, aishh pengin lagi," gerutu Afsha yang telah menghabiskan es krim dan mengelap mulutnya.

"Udah habis?" Afsha mengangguk.

Kemudian Afsha beranjak dari duduknya, tapi ditahan oleh Ahmed. Ahmed menyuruh Afsha duduk kembali.

"Eh kenapa?!" tanya Afsha bingung.

"Kamu tau kenapa kita dijodohin?" tanya Ahmed.

"Oh itu. Oh iya tapi mending kata aku kamu jangan ngomong kalau kita dijodohin deh, kan aku belum ngasih jawabannya. Aku risih dengernya. Aku juga gak suka sama kamu," ujar Afsha.

"E-emm i-iya. Kamu tau gak alasannya apa?"

"Gak tau, emang kamu tau?"

"Aku aja gak tau. Bingung. Makannya aku nanya kamu, aku sih gak apa-apa kalau kamu gak mau. Lagian aku juga biasa aja sih."

Ahmed berkata dengan logat sombongnya. Membuat Afsha memanyunkan bibirnya, merasa kesal akan ucapan Ahmed yang terlalu meninggikan diri.

"Ya udah. Udah ah aku mau masuk. Jalan-jalan sama kamu gak enak, masa cuman dibeliin dondurma sama dikasih sapu tangan. Mending jalan-jalan sama Hasbi. Bye!"

Afsha beranjak dari duduknya. Segera berjalan menuju rumah keluarga Omar. Meninggalkan Ahmed sendiri di bangku panjang itu.

Beberapa menit setelah Afsha pergi. Ahmed hanya terdiam. Menatap jalanan yang sepi di musim dingin ini.

"Gak tau, suka apa nggak sih. Aku bingung, sebenernya aku siapa 'sih? Ahmed apa bukan?" gerutu Ahmed memijat kepalanya sendiri.

Saat sedang terdiam sembari memijat kepalanya, seorang nenek tua yang berjalan di ujung sana terjatuh. Nenek tua itu membawa beberapa barang yang terlalu banyak sehingga membuat barang-barang itu jatuh berserakan.

Ahmed dengan cekatan segera berlari dan menolong nenek tua itu.
Membantu mengumpulkan barang-barang milik nenek tua itu dan memasukkannya kembali kedalam keranjang yang dibawa nenek itu.

"Büyükanne tamam mı?" [Nenek tidak apa apa?]

"Sorun değil evlat, yardım ettiğin için teşekkürler," [Tidak apa-apa nak, terima kasih sudah membantu,] jawab nenek itu.

Afsha, dia yang ternyata keluar lagi dengan membawa sapu tangan yang diberikan oleh Ahmed. Niatnya, dia akan mengembalikannya. Namun, setelah melihat Ahmed menolong nenek tua itu, hati Afsha luluh. Terharu dan salut melihat manager itu dengan spontan berlari menolong nenek itu. Afsha terdiam di halaman rumah keluarga Omar. Sembari memegang saputangan milik Ahmed.

"Masya Allah ..." lirihnya sedikit tersenyum.

Ahmed memang orang baik, hanya saja dirinya masih terlalu cuek untuk berkata. Tapi apa dengan ini Afsha sudah mencintai Ahmed? Entahlah sepertinya rasa itu belum ada.

Setelah Ahmed membantu nenek tua itu, akhirnya dia segera berdiri membantu nenek itu berdiri. Nenek itu terlihat mengucapkan terimakasih lebih dari dua kali. Ahmed hanya tersenyum. Setelah nenek berhijab itu pergi Afsha segera menghampiri Ahmed.

"Nih! makasih sapu tangannya. Udah dibersihin kok tenang aja," ujar Afsha.

"Bersihin pakai apa? Gak mungkin dicuci."

"Hehehe iya kok tau. Ya udahlah intinya udah bersih. Makasih yah," ujar Afsha yang kemudian meninggalkan Ahmed kembali memasuki rumah keluarga Omar.

Hari demi hari berlalu, pun keduanya menjalani pendekatan. Rasanya kini perasaan Ahmed sudah berbeda. Dia perlahan mulai luluh dengan akhlak Afsha. Begitu sebaliknya, Afsha juga mulai mengagumi Ahmed.

Namun, pertanyaannya apakah mereka akan melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius? Mereka bahkan belum tahu sepenuhnya untuk menjawab hal ini.

Perjodohan yang tiba-tiba terjadi begitu saja setelah masalah mereka satu per satu selesai. Tentu bukan keinginan mereka, tapi bagaimanapun ini keinginan orangtua mereka. Dan jika ditakdirkan, tentu keduanya akan berjodoh. Namun, jika tidak ditakdirkan perlahan mereka akan menjauh secara baik-baik.

***

Happy Reading

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang