PART 15 || PASRAH✅

66 14 0
                                    

Keesokan harinya. Hari yang cukup cerah. Ahmed sudah berangkat ke kantornya dua jam lalu. Dia mengusahakan agar tidak telat untuk meeting. Karena hari ini dia akan meeting bersama kliennya yang berasal dari Indonesia. Sebenarnya ini terlalu pagi untuk seorang manager datang ke kantor, tapi sudahlah. Dia manager yang bebas melakukan apa saja. Ahmed sesekali menghembus kesal nafasnya, melihat handphone dan kembali menaruhnya di atas meja. Melihat berbagai berkas, baginya itu terlalu pusing sehingga dia melempar beberapa kertas ke lantai.
"Aku terlalu pagi, ya ampun," gerutunya dengan tangan kanannya yang menyangga dagunya.

"Oh iya!" Ahmed membulatkan matanya. Dia teringat oleh sesuatu. Segera dirinya melangkah keluar dari ruangannya. Berlari kecil menuju parkiran. Sepertinya ada yang tertinggal disana. Sesampainya di parkiran Ahmed membuka pintu mobilnya dan mencari sesuatu disana.
Buku, sebuah buku bercover merah kombinasi hitam itu telah dipegangan Ahmed. Benar, itu adalah buku 'AŞK NEDIR?' yang Ahmed beli bersama Hasbi. Dia belum pernah membaca buku itu saat dia membelinya lalu. Ahmed masuk ke mobilnya dan menutup pintu mobilnya. Dia duduk di jok belakang dan membuka plastik yang masih menutupi cover buku itu. Segera dia membuka halaman awal sesaat setelah plastik terbuka.
"Haduh daripada gak ngapa-ngapain baca ini enak kali yah," gerutu Ahmed.

Betapa terkejutnya Ahmed saat dia membaca beberapa halaman awal yang membuatnya sedikit geli. Ada salah satu kata yang membuat hatinya berdebar yaitu , aşk birisini sevdiğimizi hissettiğimizde ve onunla ilgilenmeyi umduğumuz zamandır (cinta adalah ketika kita merasa bahwa kita mencintai seseorang dan berharap untuk memilikinya). Hati Ahmed benar adanya. Dia menyayangi sahabatnya dan memiliki rasa ingin memilikinya, selamanya. Apakah Ahmed mencintai Shihan sebagai sosok yang ingin dijadikan kekasih? Tentu tidak mungkin. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia hanya ingin bersahabat dengan Shihan, dia tidak ingin jika kelak dia menikahi Shihan lalu Ahmed justru menyakiti Shihan dan hubungan mereka sebagai kekasih baik sahabat terputus. Sungguh itu akan menyiksa hati Shihan maupun Ahmed. Lebih baik bersahabat seperti dulu sampai sekarang. Saat sedang asyik membaca halaman awal, seseorang mengetuk jendela mobil Ahmed. Sontak Ahmed kaget dan melonjak dari duduknya. Ternyata karyawannya yang mengetuk jendela mobil Ahmed. Dengan segera Ahmed sedikit menurunkan jendela mobilnya.
"Neden?" [Kenapa?] Ahmed memasang raut wajah kesal menatap karyawannya yang dengan tiba-tiba mengetuk jendela mobil. Karyawan Ahmed sama-sama berasal dari Indonesia, dia bernama Zulfikar. Karyawan sekaligus teman dekatnya.

"Ada seorang wanita yang mencarimu."

"Siapa?"

"Aku tidak tahu. Tapi dia berhijab dan dia berkata dari Indonesia."

Ahmed menajamkan matanya dan sedikit menurunkan alisnya. Dan hanya ada satu pemikiran yang muncul di benak Ahmed, "Afsha?" batinnya.

Tanpa berpikir panjang segera Ahmed melempar bukunya dan membuka pintu mobil secara tiba-tiba. Membuat kepala Zulfikar terjedot pintu mobil hingga dirinya tersungkur jatuh menabrak pohon yang ada dibelakangnya.
"Busyet dah," pekik Zulfikar memegangi jidatnya.

Ahmed berlari memasuki kantornya. Menuju ruangannya, mungkin saja itu Afsha karena dia wanita berhijab dan berasal dari Indonesia. Tidak mungkin Shihan, karena dia tidak berhijab. Sesampainya diruangan, Ahmed dihadirkan oleh sosok perempuan yang menggunakan hijab hitamnya. Entah siapa dia, tapi Ahmed belum melihat wajahnya.
"Ehem," dehem Ahmed. Benar. Dia Afsha, Afsha menengok dan langsung tersenyum kepada Ahmed.

"Ada apa?"

"Mau bilang sesuatu-" ucapan Afsha terpotong oleh Ahmed, "Cepat jangan lama-lama. Aku akan meeting."

"Ya sabar dulu dong."

"Apa?"

"Kamu harus nganterin aku beli bahan-bahan buat kue ulang tahun nanti."

"Hey! Minggu depan acaranya, bukan besok!"

"Iya aku tau, kamu jangan ge-er dulu deh. Aku beli bahan juga bukan bikin kue ulang tahun perusahaan! Aku disuruh sama Tante karena besok ulang tahun Elif!" jawab Afsha tegas dan membulatkan matanya. Esok adalah ulang tahun Elif, Afsha dengan senang hati akan membuatkan kue ulang tahun untuk anak kecil itu yang sudah ia anggap sebagai keponakannya sendiri.

"Ya udah 'kan bisa nanti aja kalau aku udah pulang! Lagian kamu kenapa bisa kesini? Sama siapa?"

"Gini yah Ahmed. Tadi yang nyuruh itu Tante Neta bukan kemauan aku sendiri. Tante Neta bilang kalau aku harus minta tolong sama kamu sekarang juga buat beli bahan-bahan. Aku kesini sama Tante Neta, beliau ada di luar."

"What? Ibu kesini?"

"Iya makannya cepet!"

"No! No! No! Aku udah bilang kalau aku itu akan rapat! Kalau kamu mau, tunggu sampai rapat ku selesai!"

"Berapa lama sih? Kan cuman nganter beli bahan-bahan."

"Nah itu kamu tau, gak lama kan? Kalau gak lama ya udah sana sama Ibu aja. Ngapain ngajak aku juga?"

Perdebatan dimulai. Afsha menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sedangkan Ahmed memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Mereka saling menaikkan suaranya.
"Aku aja gak tau, tanya aja sana sama Tante."

"Arghh bikin pusing aja kalian!" Kesal. Ahmed melangkah keluar dari ruangannya dan kembali menuju depan kantor. Mencari taksi yang membawa Ibu dan Afsha kemari. Akhirnya wanita paruh baya yang berada di depan taksi itu terlihat sedang tersenyum saat melihat kedatangan Ahmed.
"Ibu ini bagaimana?" protes Ahmed dengan wajahnya yang kesal. Namun, justru itu tampak terkesan lucu dan seperti anak kecil yang meminta gula-gula.

"Bagaimana apanya?"

"Kan bisa beli bahan-bahan kue nya sama Ibu aja. Ngapain ngajak Ahmed? Ahmed ada meeting loh bentar lagi." lanjutnya.

"Beli bahannya emang sebentar. Tapi Ibu mau ngajak kalian juga buat jalan-jalan." Ibu tersenyum.

"Ya Allah, astaghfirullahaladzim bu. Ahmed udah bilang bahwa Ahmed ada meeting, penting loh ini."

"Ya sudah dengarkan ini dulu!"

Ibu mengambil handphonenya dan segera memutar pesan suara yang dikirim oleh Baba.

'Ya sudah bu tidak apa-apa. Biar Baba yang menggantikan Ahmed. Lagian dia itu memang anak yang tidak pernah tepat waktu. Meeting sudah dimulai saat ini, jadi biarkan Baba saja yang mengurus meeting. Sampaikan kepada Ahmed yah, see you.'

Setidaknya itulah pesan suara yang dikirim oleh Baba ke Ibu. Wajah Ahmed terlihat aneh. Dia membulatkan matanya dan segera berlari kembali masuk ke dalam kantornya. Saat dia berlari masuk, Afsha justru baru saja keluar dari kantor Ahmed dan melanjutkan langkahnya menuju Ibu. Ahmed berlari dan tepat berada di ruangan besar dengan pintu berwarna cokelat Ahmed berhenti. Kedua tangannya memegangi gagang pintu. Sial. Rapat sudah dimulai.
"Arghhh payah! Gara-gara Ibu sama Afsha!"

Tak bisa berkata apa-apa lagi dan tidak bisa mengelak Ahmed melangkah keluar dari kantornya. Wajahnya nampak lesu dan kesal karena ini. Dengan terpaksa dia menuruti kemauan Ibu yang akan mengajaknya berjalan-jalan.

***


اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

❤❤❤

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang