Saat dirumah Ahmed, Shihan dan Tante Neta tampak banyak membicarakan hal-hal baru. Apalagi setelah empat tahun tidak bertemu mereka, kini Shihan antusias untuk berbincang dengan Tante Neta di ruang tamu. Sedangkan Afsha, Pak Joko, dan Minan masih berada di ruang tengah meminum teh bersama. Ahmed pun menemani Shihan di ruang tamu.
"Aku ambilin minum lagi yah," ujar Ahmed yang pergi membawa gelas milik Shihan yang terlihat hampir habis air tehnya.Ahmed melangkah menuju dapur yang letaknya di belakang ruang tengah. Tentu langkahnya disambut oleh Afsha yang bagi Ahmed selalu mengganggu dirinya.
"Cie perhatian banget sama pacarnya," ledek Afsha. Ahmed hanya membulatkan matanya malas dan menuangkan secangkir teh kedalam gelas. Afsha menghampiri Ahmed dengan membawa gelasnya. Mereka berdua berhadapan dan Afsha menyodorkan gelasnya kepada Ahmed."Minta lagi dong tehnya, enak banget," ucap Afsha yang mendapat ocehan oleh Ahmed.
"Ada tangan ngambil sendiri. Bila perlu sekalian tuh satu teko kamu habisin, ehh atau kalau masih kurang kamu boleh tuh bawa teh nya pulang ke hotel!"
"Iihhh galak banget. Aku telepon Ayah nih," ancam Afsha menunjukan gawainya. Ahmed terbelalak. Rasanya Afsha benar-benar akan menelepon jika dirinya bersikap seperti ini. Dengan keterpaksaan Ahmed menuangkan hanya setetes saja kedalam gelas Afsha.
"Maaf udah terlambat," pamit Ahmed yang langsung meninggalkan dapur.
Minan yang melihat kelakuan adiknya yang sangat tidak sopan langsung menegurnya sedangkan Pak Joko hanya cengengesan melihat tingkah mereka.
"Ahmed!" tegas Minan. Tentu tidak dipedulikan oleh Ahmed. Dia berjalan kembali menuju ruang tamu seperti pelayan yang mengantar teh kepada pengunjung."Ahmed tadi Afsha bilang kalau kamu udah traktir dia, emang bener?" tanya Tante Neta secara tiba-tiba. Ahmed membulatkan matanya, menatap Shihan selanjutnya menatap ibunya.
"Dia bilang ke Ibu?" tanya balik Ahmed dengan nadanya yang sedikit berbisik.
"Iya tadi Afsha bilang kamu juga sempat marah-marah sama dia. Ibu peringatin sama kamu jangan lagi-lagi kamu marah yah sama Afsha!" ancam Tante Neta dengan tatapannya yang tajam. Sial sekali, tidak mengadu kepada Om Abdul melainkan kepada Tante Neta. Ahmed hanya mengangguk terpaksa, kembali mendengarkan perbincangan ibunya dan Shihan.
"Gak ngadu ke om Abdul malah udah dulu ngadu ke ibu. Astaghfirullah, om ... anakmu itu loh, aneh sekali. Ditambah gagal menikah, dia semakin aneh sepertinya," batin Ahmed kesal.
Lama berbincang Tante Neta menyempatkan waktu untuk ke belakang sebentar, membiarkan Ahmed untuk berbincang dengan Shihan. Raut wajah Shihan seperti menahan emosi, dia sangat terlihat jelas menampakkan senyum terpaksa.
"Kamu berarti gak sibuk di kantor?" tanya Shihan."Iya maaf yah tadi aku nganter Afsha makan siang."
"Ooo ... oh iya dia itu siapanya kamu? Kenapa kamu kayaknya deket banget sama dia? Bahkan tante Neta juga sepertinya sangat menyukai wanita itu?"
"Dia bukan siapa-siapa. Hanya saja dia anak dari Om Abdul, sahabat Baba. Kan aku udah bilang," jawab Ahmed.
"Hanya itu pun sangat di spesialkan, ck!" Shihan memberikan senyum jahatnya. Semenjak melihat Afsha, Shihan lebih bisa menggerakkan ekspresi mukanya yang terkadang tersenyum jahat dan terpaksa. Entahlah, Ahmed belum menyadari itu 100%.
"Sebenernya aku juga sebel sama dia. Dia itu wanita aneh, tapi aku juga kasihan sama dia. Kata om Abdul, dia gagal nikah gara-gara calon suaminya selingkuh. Kasihan sih, cuman mungkin dia menjadi wanita aneh karena dia berusaha untuk move on. Ya makannya itu dia berlibur di Turki," penjelasan Ahmed membuat Shihan yang sedang meminum teh tersedak. Sontak Ahmed langsung menepuk tengkuk Shihan, mencoba meredakan batuk Shihan.
"Uhuk! Uhuk!"
"Uhuk!"
"Uhuk!"
"Kamu kenapa?"
"Uhuk! Mmmm ... uhuk! Mmm, gak apa-apa," jawab Shihan dengan raut wajahnya yang panik.
"Beneran?"
"Iya beneran gak apa-apa. Oh iya katanya kamu mau ajak aku jalan-jalan. Ya udah yuk sekarang aja!" Shihan buru-buru berdiri menggandeng lengan Ahmed. Ahmed pun sama seperti Shihan dengan buru-buru dia menuruti apa kata Shihan. Mereka melangkah keluar rumah dan melakukan perjalanan menyusuri kota Istanbul.
***
Tidak tahu kenapa tetapi manager itu sangatlah bebas di setiap harinya. Tidak pusing memikirkan rapat atau meeting bersama klien hanya pusing memikirkan persiapan ulang tahun. Dengan seenaknya manager itu mengatur waktunya sendiri untuk berjalan-jalan dan bersantai kesana kemari. Untuk istirahat dirumah dan berbagai hal lainnya. Anehnya lagi, Baba juga tidak marah jikalau Ahmed seperti itu. Telepon Shihan sudah berkali-kali berbunyi tapi dia justru tidak mengangkat telepon itu. Dia sesekali melihat handphonenya dan menaruhnya kembali.
"Kenapa?" tanya Ahmed melirik handphone Shihan."Angkat aja," lanjutnya.
Shihan menatap Ahmed, perlahan menggelengkan kepalanya dengan senyumnya yang kaku.
"Why?" tanya Ahmed kedua kalinya."Tidak apa-apa. Dari klien, aku males aja disaat waktu liburanku ada yang mengganggu," jawab Shihan nampak panik.
Aneh, saat teleponnya berbunyi Shihan mengambilnya dan terdiam. Kemudian menaruh teleponnya dengan posisi layar yang dibawah. Mungkin saja Ahmed tidak boleh mengetahui siapa yang menelepon Shihan."Shihan mulai aneh. Sama seperti Afsha. Arghhhh! Jangan sampai. Jangan sampai ada dua wanita aneh yang harus aku urus," batin Ahmed.
***
✅
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...