Tepat sampai di depan bandara, handphone Ahmed berbunyi. Telepon dari Baba.
"Halo ada apa ba?""..." [Tante Jihan mengirimkan pesan kepada Baba bahwa Afsha memang benar-benar akan pulang ke Indonesia.]
"Lalu? Apa Ahmed masih harus menahan kepulangan Afsha? Apa tante Jihan mengatakan apa alasan Afsha pulang ba?"
"..." [Tante Jihan tidak mengatakannya, hanya saja beliau mengirimkan pesan bahwa Afsha pulang karena ada suatu masalah. Entah itu masalah apa baba tidak mengetahuinya, jika kamu mau lebih baik tahan Afsha untuk pulang dan minta penjelasan. Bahkan ibu mu masih menangis nak.]
"Ya sudah baiklah..."
Ahmed mematikan teleponnya. Segera dia memasuki bandara. Mencoba menghubungi Afsha. Berkali-kali menelepon Afsha tetapi tidak diangkat. Bahkan lelaki itu sudah mengirimkan pesan, yang tak kunjung dibalas.
AHMED :
Afsha kau ini kenapa?! Tante Neta menangis dan pingsan karena kau pergi begitu saja!Sengaja Ahmed mengatakan seperti itu dengan alasan kelemahan dirinya adalah melihat wanita menangis dan Ahmed terpaksa berbohong agar Afsha tidak mrlanjutkan perjalanannya pulang ke Indonesia.
***
AHMED :
Afsha kau ini kenapa?! Tante Neta menangis dan pingsan karena kau pergi begitu saja!Afsha tercengang kaget melihat pesan yang dikirimkan oleh Ahmed. Bagaimana tidak? Afsha sangat menyayangi Tante Neta dan mendengar Tante Neta pingsan hatinya semakin merasa bersalah. Afsha kembali menangis. Dirinya semakin sulit untuk meninggalkan Turki.
"Maafkan Afsha tante," lirihnya.
Afsha membenarkan posisi duduknya. Sekitar dua menit saat pesawat akan berangkat, Afsha berdiri dan bergegas mengambil barangnya. Dia buru-buru keluar dari pesawat dan tidak menghiraukan ucapan pramugari yang menegurnya. Afsha meminta dibukakan pintu pesawat dengan memaksanya. Hal itu menyita perhatian para penumpang.
Akhirnya pramugari dan pramugara yang ada disana hanya pasrah menghadapi sikap Afsha yang emosi meminta untuk keluar dari pesawat. Afdha berlari meninggalkan pesawat yang akan membawanya ke Indonesia. Dia menyeka sisa air matanya. Keluar dari bandara dia berpapasan dengan Ahmed. Matanya saling bersitatap. Jaraknya jauh tapi Afsha paham bahwa itu adalah Ahmed. Pun sebaliknya, Ahmed mengerti bahwa Afsha akan kembali karena dia sangat menyayangi Tante Neta. Afsha masih terdiam disamping kopernya. Sedangkan Ahmed, dia melangkah mendekati Afsha.
"Kau menyayangi Tante Neta bukan? Aku tau itu, jangan pergi dengan berpamitan seperti ini. Sangat tidak sopan," ucapnya. Afsha hanya terdiam. Menyaka bulir air matanya yang hampir jatuh kembali.
"Kenapa kau pergi?" lanjut Ahmed.
"Tidak akan ada yang percaya," hanya kalimat itu yang mampu Afsha lontarkan.
"Mmm-a-aku, aku mempercayainya."
Afsha menggertakkan giginya. Afsha merasa Ahmed hanya berbohong agar dirinya tidak kembali ke Indonesia.
"Pulang atau tidak semua itu keputusanku. Hanya saja saat kau mengatakan Tante Neta. Itu sebuah alasan untukku agar tidak pulang. Tidak apa aku sakit tapi jangan Tante Neta," ujar Afsha.
Ahmed segera mengangkat koper milik Afsha dan memasukkannya ke bagasi. Mereka berdua saling terdiam di perjalanan. Afsha yang mencoba mempersiapkan diri untuk bertemu kembali dengan Shihan sedangkan Ahmed merasa bersalah atas ucapannya kepada Afsha.
***
Keduanya kini sudah sampai di depan rumah keluarga Omar. Tepat di depan pintu ada Hasbi yang sedang duduk dan menunduk dengan tangisan kecilnya. Afsha melihatnya. Betapa iba Afsha saat melihat Hasbi menangis. Kepergiannya bukan hanya menyisakan kesedihan bagi kedua orang akan tetapi hampir semua orang keluarga Omar. Ahmed turun dari mobil. Dia menghampiri Hasbi dan Hasbi langsung panik menanyakan Afsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Подростковая литератураFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...