PART 11 || SIAPA ITU SHIHAN?✅

81 13 0
                                    

Untung saja jarak dari rumah menuju Masjid Sultanahmet tidaklah jauh. Hanya 15 menit perjalanan. Kini mereka berdua menuju Masjid Sutanahmet, semoga saja tidak sulit menemukan Pak Joko ditengah keramaian Istanbul.
"Maaf yah ganggu kamu," ujar Afsha menatap Ahmed dengan rasa bersalah. Ahmed hanya menengok sebentar dan kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

Hari ini Istanbul cukup ramai. Apalagi pagi menjelang siang seperti sekarang, banyak turis yang mencari beberapa restoran untuk makan siang, pastinya. Setelah menempuh perjalanan 15 menit akhirnya Afsha dan Ahmed sudah sampai di kawasan Masjid Sultanahmet. Hari ke pertama di Turki bagi Afsha, tetapi bagi Ahmed ternyata membosankan jika ada Afsha disini.
"Haduh Pak Joko dimana yah?" pikir Afsha yang turun dari mobil dan langsung menengok kanan kiri.

"Kamu gak punya handphone?!" tegas Ahmed. Mendengar itu Afsha menampakkan deretan giginya yang tersusun rapi. Dia cengengesan dan langsung mengambil handphonennya. Menelepon Pak Joko dan menanyakan keberadaanya.

"Oke aku telepon Pak Joko, kamu diem yah!" pinta Afsha menatap tajam Ahmed.

"Idih siapa juga yang mau ganggu, ilfil aku," gerutu Ahmed memutar bola matanya malas.

"Halo Pak Joko?"

"..."

"Pak ini Afsha udah sampai di Masjid Sultanahmet, bapak dimana yah? Lagi disamping apa gitu? Atau lagi di sekitaran mana?"

"..."

"Ouh oke Pak, Afsha kesana sekarang yah."

Pak Joko mengatakan bahwa dirinya berada tepat di depan Masjid Sultanahmet. Dengan penuh semangat Afsha mengajak Ahmed untuk menjemput Pak Joko. Afsha menarik lengan jaket Ahmed sembari menuntunnya berjalan mengikutinya. Lelaki paruh baya yang menggunakan jaket biru tua dan menggunakan syal hitam sudah terlihat dari jarak beberapa meter. Wajahnya nampak sedih dan matanya berlinang. Benar saja, itu Pak Joko yang tidak tau jalan pulang menuju hotel.
"Pak!" panggil Afsha melambaikan tangannya.

"Afsha!" teriak Pak Joko yang sangat bahagia. Dia berlari menuju Afsha dengan penuh kebahagiaan.

"Ya Allah bapak ngapain sampai nyasar sih pak?"

"Memangnya bapak kesini sama siapa? Kan Pak Joko niatnya mau liburan kan?" tanya Afsha dengan raut wajahnya yang panik.

"Hehehe sebenernya bapak kesini karena Pak Joko mau nyari tempat yang cocok buat Pak Joko dagang." Pak Joko menjawab dengan cengengesan.

"Dagang?"

"Pak Joko mau dagang di Turki?"

"Iya selain dagang Pak Joko mau nyari kakak Pak Joko yang tinggal di Istanbul."

"Ya Allah Pak, Afsha kira mau liburan. Ya udah yuk balik ke hotel, ntar Pak Joko nyasar lagi," pinta Afsha.

Walau jawaban Pak Joko terdengar sangat tidak masuk akal, Afsha hanya mengiyakan saja lah. Toh, yang terpenting Pak Joko tidak tersesat di keramaian kota Istanbul.

Saat akan berjalan menuju mobil Pak Joko secara tiba-tiba memegangi perutnya. Nampak serius dan sangat membuat Afsha dan Ahmed khawatir.
"Pak kenapa?"

"E ... e ... eh ... eh." Ahmed mencoba menahan Pak Joko agar tubuhnya tidak menunduk.

"Kenapa Pak?!" panik Afsha.

"Laper ..." lirihnya. Sontak Ahmed melepaskan pegangannya dan membuat Pak Joko tersungkur jatuh ke tanah. Hal itu membuat Afsha kesal, dengan seenaknya maganer muda itu membiarkan lelaki tua seperti Pak Joko terjatuh.

"Jahat kamu! Pak bangun Pak." dengan tulus dan ikhlas Afsha membantu Pak Joko agar berdiri.

"Ya udah makan yuk, kebetulan Afsha masih lapar."

"Makan sendiri aku mau balik ke kantor," ucap Ahmed dingin.

"Idih bukannya minta maaf sama Pak Joko malah kamu mau balik ke kantor!" tegas Afsha yang kesal akan perbuatan Ahmed.

"Kan pak Joko udah ketemu." dengan santai Ahmed mengatakan itu. Justru hal itu membuat Afsha semakin kesal, seharusnya anak dari sahabat ayahnya sendiri tidak berperilaku seperti itu pada dirinya.

"Gak boleh! Sebagai tanda permintamaafan kamu ke Pak Joko kamu harus traktir kita makan siang! Gak boleh ngelawan! Titik!"

Afsha langsung menggandeng tangan Pak Joko dan mengajaknya berjalan meninggalkan Ahmed. Ahmed menghembuskan nafasnya kesal. Memejamkan matanya sebentar. Terlalu ramai membuat Ahmed pusing. Terpaksa dia harus menuruti apa kata Afsha, jikalau tidak, bisa saja Afsha melapor kepada Om Abdul. Ingin sekali Ahmed marah tapi apa daya dirinya sudah berjanji akan menjaga Afsha selama di Turki. Entah apa jadinya jika hari pertama di Turki saja sudah membuat Ahmed kesal lalu bagaimana jika satu bulan di Turki? Sangat menjengkelkan.

***

Afsha, Pak Joko, dan Ahmed yang terpaksa kini sudah berada di restoran yang biasa Ahmed kunjungi. Benar, Tugra Kebab House adalah restoran yang mereka datangi saat ini. Berbagai macam makanan sudah tersedia di meja panjang. Nampak antusias Pak Joko dan Afsha yang melihat makanan yang sangat menggugah selera mereka. Beda dengan Ahmed, dia justru memasang raut wajahnya yang datar dan terlihat kesal. Jika saja Pak Joko tidak nyasar tadi mungkin Ahmed tidak akan se-kesal ini.
"Wahh pak makanannya enak-enak banget Pak. Ini pak, Pak Joko makan ini." Dengan senang hati Afsha mengambilkan dua kebab untuk Pak Joko. Sedangkan dirinya menyantap Sup Lentil sebagai hidangan pembuka. Mereka berdua sangat menikmati makanan gratis dari Ahmed ini. Hampir selama dua jam mereka duduk menyantap makanan yang sangat banyak ini. Tepatnya saat selesai sholat dzuhur mereka selesai makan.
"Alhamdulillah kenyang banget Pak, hehehe sampai sore nih gak usah makan, hehehe," ujar Afsha tersenyum kepada Pak Joko.

"Iya bener Sha, Pak Joko juga kenyang banget. Terimakasih ya nak Ahmed traktirannya. Duit bapak jadi masih utuh, hehehe."

Ahmed hanya mengangguk tanpa ekspresi. Setelah itu dia beranjak dari duduknya dan membayar semua makanan yang telah Afsha dan Pak Joko santap. Handphone Ahmed yang ia tinggalkan di meja berbunyi. Seseorang menelepon Ahmed. Dengan rasa penasaran Afsha melihat siapa seseorang yang menelepon Ahmed.
"Siapa Sha?" tanya Pak Joko yang sama-sama penasaran seperti Afsha.

"Gak tau Pak, tapi namanya Shihan dan ada love love nya gitu Pak. Pacar Ahmed mungkin pak, hihihi," jawab Afsha cekikikan. Benar, karena sudah lama bersahabat dengan Shihan, Ahmed menamakan kontak Shihan dengan spesial. Bukan berarti menganggapnya sebagai kekasih tetapi sebatas sahabat. SHIHAN♡

Ahmed kembali dari kasir, dia yang mendengar handphonenya berbunyi langsung panik. Dia baru sadar bahwa dia sudah berjanji kepada Shihan untuk mengajaknya ke rumah dan berjalan-jalan.
"Ciee pacarnya yah," ledek Afsha yang cengengesan bersama Pak Joko.

"Siapa itu Shihan? Ciee," ledeknya kembali.

Kali ini Ahmed sangat kesal. Entahlah, menurutnya gara-gara Afsha dia lupa akan janjinya kepada Shihan.
"Sudahlah! Diam! Kau pulang sendiri dan jangan hubungi aku lagi! Semua ini gara-gara kamu! Sial, jadi lupa aku!" Ahmed segera mengambil kunci mobilnya dan keluar dengan rasa kesalnya. Buru-buru menjemput Shihan untuk menepati janjinya.

Sedangkan Afsha dia hanya melongo melihat Ahmed yang memang sangat kesal padanya. "Gak apa-apa?" tanya Pak Joko.

"Ehh aaa udahlah gak apa-apa. Dia aneh pak, kadang suka gitu, hehehe ... ya udah yuk pak kita sholat dzuhur habis itu pulang ke Hotel," ajak Afsha.

"Lah kalau nyasar lagi gimana?"

"Udah gak apa-apa. Kalau nyasar ya udah deh, hahahaha ..."

***

اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد
❤❤❤

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang