"Sesuatu yang sulit harus bisa aku hadapi, dengan itu aku mencobanya untuk tetap bertahan. Walau nantinya, aku gagal tetapi setidaknya diriku mampu menahan rasa sakit ..."
~AFSHA AS-SYIFA
***
"Afsha akan tinggal disini," ujar Afsha setelah kembali bersama Hasbi.
"Alhamdulillah, ya sudah nak mari tante antar kamu ke atas."
Kamar dengan dekorasi mewah bak kamar kerajaan ini adalah kamar yang akan ditempati Afsha. Terlihat sangat rapi karena ini adalah kamar tamu yang berada dilantai dua. Afsha menaruh kopernya didekat lemari. Setelah itu Tante Neta mengajaknya berbincang sekilas di kamar.
"Afsha seperti gini bukan karena Shihan, 'kan?" tanya Tante Neta. Afsha tidak kaget lagi. Saat di depan masjid tadi Hasbi menceritakan semuanya. Menceritakan semuanya yang sudah diketahui bahkan Hasbi menguatkan Afsha untuk bisa bertahan.
"Karena Shihan, Afsha jadi begini tante."
Kali ini Afsha lebih berani. Nada suaranya pun sangat beda. Lebih kuat dari biasanya. Mungkin saja Hasbi memang yang menguatkan Afsha. Tidak ada lagi bulir air mata yang jatuh saat membahas tentang Shihan. Afsha lebih kuat. Sangat kuat.
"Jadi yang dikatakan Hasbi benar?" Raut wajah Tante Neta berubah seketika mengetahui jawaban dari Afsha adalah kebenaran yang diceritakan Hasbi.
"Benar..."
"Shihan merebut calon suami Afsha? Menyakiti hati Afsha? Dan mengatakan bahwa akan terus-terusan membuat Afsha menderita?"
"Semuanya benar tante. Tapi sudahlah, Afsha akan mencoba bertahan. Nantinya siapa yang bersikap bodoh dalam masalah ini akan terlihat. Afsha hanya mencoba menguatkan diri. Tidak mungkin Afsha larut dalam kesedihan," ujar Afsha memegang tangan Tante Neta seakan-akan tanda agar Tante Neta percaya.
"Baiklah nak. Bertahan akan lebih baik untuk menguatkan hatimu. Terus-terusan menangisi masalah tanpa ada solusi justru itu yang semakin membuat hati rapuh. Jadi bertahanlah. Buatlah benteng untuk hatimu, kami semua disini nak. Menyayangimu," ucap tante Neta memeluk Afsha. Seperti halnya ibu, Tante Neta mengetahui hal apa yang membuat Afsha akan lebih baik. Yaitu dengan pelukan.
"Lupakan semua masalahmu ..." ujar Tante Neta. Afsha hanya mengangguk kecil. Masih ragu untuk dirinya bisa melupakan masalahnya.
***
Keesokan harinya, setelah semua masalah kemarin kini Afsha berusaha menjadi wanita kuat. Membuktikan kepada Shihan bahwa dirinya tidak bodoh. Semua keluarga Omar sudah berkumpul di meja makan. Rasanya sangat risih jika Afsha ikut sarapan dengan mereka. Afsha kembali menaikki anak tangga kembali menuju kamarnya.
Sesampainya dikamar ia hanya berbaring dan memainkan handphonenya. Entah ingin apa, tetapi saat langkah seseorang terdengar dari luar, Afsha langsung berpura-pura untuk tidur. Minan, dia memasuki kamar Afsha.
"Yahhh masih tidur yah?" gerutu Minan melihat Afsha yang memejamkan matanya. Minan kembali keluar, tak lama kemudian seseorang kembali memasuki kamar. Afsha segera memejamkan matanya kembali dan menyisakan sedikit pandangan untuk melihat siapa yang masuk ke kamar.
Lelaki dengan kumis tipis yang mrmakai kemeja biru itu membuka pintu kamar sembari membawa makanan serta minuman. Namun, saat melihat Afsha yang tertidur lelaki itu tidak melanjutkan langkahnya untuk memasuki kamar. Afsha sedikit menutupi wajahnya menggunakan hijab yang ia kenakan. Agar Ahmed tidak melihat wajahnya disaat seperti ini. Ahmed menaruh sarapan dengan susu putih dimeja tepat di samping pintu."Aku mempercayai kamu, tapi aku harus bisa bersandiwara. Makanlah Afsha jika kau sudah bangun," ujar Ahmed yang kemudian menutup pintu kamar. Setelah Ahmed keluar, Afsha bergegas lari mendekat pintu. Dia mengunci pintu kamar dan dia duduk tepat menyender pintu.
"Hah? Ahmed, dia sudah bisa percaya ucapanku?" gerutu Afsha yang matanya berkaca-kaca. Dirinya terharu mendengar bahwa Ahmed telah mempercayai dirinya.
"Berarti memang Ahmed tidak berbohong pada Hasbi..." lanjutnya.
Afsha terdiam. Air matanya mulai keluar, dia menunduk. Kembali menangis di kamar yang kedap suara ini.
"Ya Allah semoga saja secepatnya akan membaik." Do'anya.
Afsha menghapus air matamya. Segera mengambil roti yang dibawa Ahmed tadi, menghabiskan semua makanan yang ada dimeja. Lapar, tentu. Dari kemarin setelah dirinya tidak jadi pulang Afsha belum memakan apapun. Segelas susu putih ia minum sampai tak tersisa. Hanya gelas yang sudah bersih dan habis susunya. Afsha bangkit dari duduknya, dia mengambil handphonennya. Membuka kontak teleponnya. Mencari nama Farhan di kontaknya. Dan memencet tombol hapus di kontak itu. Benar, Afsha menghapus kontak Farhan. Mungkin ini bagian dari rencana Afsha agar dirinya bisa bertahan atas masalahnya. Bukan hanya Farhan, bahkan 115 kontak yang ada di handphone Afsha kini hanya menyisakan 20 kontak saja. Tak mempedulikan nantinya jika ada nomer yang menghubunginya. Saat ini Afsha mencoba kembali pulih, karena Hasbi dirinya mencoba bertahan.
***
Afsha keluar dari kamarnya, membawa gelas susu yang tadi Ahmed berikan. Menuju dapur dan langsung mencucinya. Sangat mandiri. Suasana sepi. Pastinya Om Mahmet sudah berangkat kerja, Hasbi kuliah, dan Minan, Elif, serta Razi pulang ke rumah setelah semalam menginap disini.
Bahkan Ahmed saja pasti sudah berangkat kerja. Afsha mencari keberadaan Tante Neta. Ternyata Tante Neta sedang diluar dan menyirami bunga. Saat akan menghampiri Tante Neta, wanita dengan rambut pirang datang. Shihan lagi, Shihan lagi. Tak ada lagi kesedihan di hati Afsha. Semua kesedihannya sudah ia kubur dalam kemarin dan ia menggantinya dengan kekuatan. Afsha justru tidak mempedulikan Shihan, Afsha langsung menghampiri Tante Neta sesaat setelah Shihan juga menghampiri Tante Neta.
"Tante sibuk banget kayaknya," sapa Shihan.
Tatapannya sinis, biasalah jika dengan Afsha seperti itu.
"Iya nih, Shihan naik apa kesini?""Taksi Tante. Oh iya Ahmed berangkat yah tante?" tanya Shihan.
"Ud-" belum menjawab, kini ucapan Tante Neta dilanjutkan oleh Afsha.
"Udahlah, mau ngapain? Ahmed udah kebanyakan libur. Jadi gak usah nanyain dia." Afsha menjawab dengan ucapan sedikit kasar, membuat Shihan menatap aneh dirinya. Pastinya Shihan berpikiran kapan Afsha berubah?
"Oh iya tante, bisa anterin Shihan ke toko baju nggak tante? Soalnya Shihan kehabisan baju. Shihan gak jadi pulang minggu ini tante," ucapan Shihan yang lagi-lagi dijawab oleh Afsha.
"Kalau bunganya gak disiram sekarang pasti bakal mati dan bakal hancur kaya HATI. Jadi mending disiram dulu aja tante, Afsha kepengin bantuin cuman tangan Afsha lemes banget, kebas," ucapan yang mengartikan hati Afsha. Shihan menatap Afsha, sedikit melotot. Afsha hanya membuang wajah. Dia justru menatap bunga yang sedang disiram oleh Tante Neta.
"Eh iya, nanti aja yah Shihan ... hehehe nanggung nih."
"Iya tante gak apa-apa," jawab Shihan pasrah.
"Memang menyakitkan tapi ini akan lebih baik," batin Afsha.
"Tante, Afsha nyuci baju dulu yah tante. Soalnya kalau gak dicuci nanti kotor dan busuk, kaya kelakuan wanita biadab yang ada diberita-berita. Dah tante," ucapan yang sangat menyinggung Shihan, tentunya. Afsha meninggalkan tente Neta dan Shihan diluar. Afsha melihat ke arah tangan Shihan.
Shihan mengepalkan tangannya erat dan membulatkan matanya menatap Afsha marah. Afsha hanya bisa memasang raut wajah datar, berpura-pura tak mengetahui sesuatu.Ini adalah cara yang diajarkan oleh Hasbi. Pastinya akan berhasil.
____
Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Ficção AdolescenteFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...