PART 14 || ADA APA SEBENARNYA?✅

66 12 0
                                    

Mobil Ahmed sudah berada di parkiran mall di kawasan Istanbul. Tepatnya mall dimana tempat mereka bertemu pertama kali setelah empat tahun lamanya merindu. Ahmed membukakan pintu mobil untuk Shihan. Mereka berdua memasuki kawasan mall. Mungkin banyak yang berpikiran bahwa Ahmed dan Shihan adalah sepasang kekasih, tetapi kenyataannya bukan.
"Kamu sering kesini yah?" tanya Shihan.

"Nggak sih, baru dua kali ini. Pertama pas kita ketemu dan ini yang kedua kalinya."

"Ooo kamu pasti sibuk banget. Oh iya kenapa kamu gak cari wanita aja? Kan kamu juga udah cukup umur buat nikah." pertanyaan Shihan membuat Ahmed geli dan tertawa sedikit.

"Hahahah mending kamu dulu. Aku juga gak mikir sampai situ. Aku gak tau apa itu cinta, gimana rasanya cinta. Tapi kalau aku punya istri aku pengin punya istri cantik kaya kamu," ucapan Ahmed membuat pipi Shihan sedikit memerah. Sepertinya Shihan pun sama-sama mencintai Ahmed. Namun dia harus bisa mengendalikan dirinya. Shihan terlihat sangat senang saat melihat toko pernak pernik yang mereka lewati. Dengan cepat Shihan menggandeng tangan Ahmed untuk memasuki toko pernak pernik itu.
"Wahhh ini bagus banget brosnya. Buat aku cocok nggak?" tanya Shihan memegang bros berwarna silver dan sama persis yang Ahmed beli untuk Afsha saat itu.

"Bagus kok, cocok. Kamu mau? ambil aja."

"Beneran?"

"Iya beneran."
Nyatanya Ahmed lupa, dia melupakan bahwa bros yang ditunjukan Shihan tadi adalah bros yang sama seperti yang ia beli untuk Afsha. Tapi Ahmed juga lupa bahwa dia belum memberikan kerudung dan bros itu kepada Afsha. Shihan memilih dua bros, berwarna ungu dan silver. Hanya dengan dua bros kecil itu Shihan sangat bergembira. Mereka menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
Selesai bertransaksi, kini mereka melanjutkan langkah mereka menyusuri mall. Langkah mereka dipenuhi canda tawa baik dari Ahmed maupun Shihan. Rasanya hari inilah rindu selama empat tahun akan terobati.
"Kamu tau nggak sih aku dari dulu pengin belajar bahasa Turki sama kamu, haduh," ucap manja Shihan yang menyender di lengan Ahmed. Rasanya nyaman dan terlihat seperti pasangan kekasih.

"Wahhh beneran?"

"Iya, aku kira kalau aku ke Turki tapi gak bisa bahasa Turki ntar gak bisa ketemu sama kamu."

"Hahahahahah, ya udah mau nanya apa nih sekarang?"

"Kalau bahasa turki nya cinta?"

"Aşk."

"Wahhhh hahah, terus kalau bahasa turkinya aku cinta kamu?" tanya Shihan dengan tatapan matanya tajam menghadap Ahmed. Wajah Ahmed berubah. Senyumannya seperti senyuman kasih sayang, tatapannya teduh. Baru kali ini manager muda dan cuek itu seperti ini. Perlahan Ahmed membuka mulutnya, menjawab pertanyaan Shihan.

"Seni seviyorum."

Mereka bertatap. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan lebih lama lagi. Kemudian Shihan tertawa dan mengalihkan pandangannya.
"Hahahaha kamu ini. Mmm aku lapar, kita makan yuk," ajak Shihan. Ahmed kembali merubah senyumannya menjadi senyuman jenaka. Dia menuruti apa kata Shihan. Mereka berdua mencari sebuah restoran di dekat sini.
Entah ada apa sebenarnya dengan perasaan mereka berdua. Tetapi jujur saja bahwa Ahmed menyimpan rasa kepada sahabat kecilnya itu. Apakah mungkin Shihan sebaliknya? pun kemungkinan besarnya iya.

"Saat ini aku menyimpan rasa untukmu, dan aku tidak tau apakah ini cinta atau hanya sebatas rasa sayang? Sudah aku katakan aku tidak tau apa arti mencintai. Terkecuali kepada Ibu, dan rasa ini sama seperti rasa cintaku kepada Ibu. Cinta kah aku kepadamu?"

***

Seusai kenyang mengisi perut Ahmed mengajak Shihan kembali pulang ke hotel. Hampir memasuki malam hari, dan kemungkinan jalan-jalan untuk hari ini usai sampai disini.
"Aku antar kamu pulang ke hotel, yah?" Shihan mengangguk. Dia juga sepertinya puas untuk jalan-jalan kali ini.

"Besok kita jalan-jalan lagi? Soalnya aku masih pengin loh menyusuri Turki apalagi sama kamu."

"Tapi, sepertinya besok tidak bisa."

"Why?"

"Aku akan ada rapat. Maafkan aku yah Shihan, tapi aku berjanji setelah tidak sibuk dengan rapat aku akan menghubungimu," ucap Ahmed sembari mengelus rambut Shihan. Aneh, dengan secara tiba-tiba saja Ahmed mengelus rambut Shihan. Shihan yang merasakan elusan di rambutnya menatap Ahmed dan menaikkan alisnya. Seperti bertanya.

"Eh emmm maaf, hehe ..." dibuat salah tingkah Ahmed meminta maaf dengan tersipu malu. Entah dia sengaja melakukannya atau tidak, tapi dia terlihat sangat belas kasih. Seperti memperlakukan Shihan seolah-olah kekasihnya sendiri. Tatapan Shihan tak luput dari Ahmed. Sedang Ahmed sudah fokus untuk memasangkan sabuk pengaman dan bersiap untuk menyetir. Shihan membatin tentang perasaannya.
"Aku berbohong kepadamu, andai aku ke Turki lebih dahulu dan dekat denganmu seperti ini, pastilah aku tidak akan dengan Farhan."

Farhan, lelaki yang pernah Shihan sebutkan namanya saat di mobil bersama Ahmed. Namun, sayang sekali Ahmed tidak mendengar secara jelas.
"Gimana keadaan tante sama om?"

"Humm???? Siapa?"

"Mama dan Ayah mu."

"Ouh, mereka baik-baik saja. Bahkan akhir-akhir ini saat aku akan ke Turki mereka mengatakan bahwa ingin sekali bertemu dengan mu," jawab Shihan.

"Benarkah itu?" tanya Ahmed antusias.

"Iya benar." Shihan mengangguk.

"Wahhh kemungkinan nanti aku akan ke Indonesia untuk mengunjungi orangtua mu," ucap Ahmed tertawa kecil.

"Baiklah, aku akan menunggu untuk itu. Tapi kau sepertinya terlalu sibuk dengan acara ulang tahun perusahaanmu."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Tante Neta mengatakannya tadi, sudahlah. Hahahaha lebih baik kau fokus dengan pekerjaanmu dulu."

"Siap, heheheh."

Mereka tertawa lepas. Hari ini sangat menyenangkan. Walau hanya pergi ke sebuah mall tetapi itu sangat mengasyikan bagi Ahmed dan Shihan.


***


اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang