"Seseorang yang membunuh janin yang sejatinya tidak memiliki dosa apa-apa jelas itu salah bukan? Justru dia menambah dosanya sendiri, ck!" ujar Afsha yang membuat Shihan membelalakan matanya.
"Astaghfirullah," sahut Ahmed.
"Kenapa bahasnya itu?" tanya Shihan panik.
"Gak apa-apa. Emang kamu bermasalah karena pembahasanku?" tanya balik Afsha.
"Tentu tidak, hanya saja pembahasannya sangat tidak mengasyikan," ujar Shihan.
"Hah, Ck! Tidak mengasyikan bagaimana? Dengan ini kita bisa sekalian mempelajari agama," ucap Afsha.
"Benar kata Afsha," lirih Ahmed.
"Lalu kak, Hasbi mau nanya!" Tiba-tiba saja Hasbi datang dari lantai atas dan ikut berbincang. Afsha menaikkan alisnya, kode bertanya.
"Gimana jadinya kalau pasangan kita ini direbut sama orang lain hanya karena alasan balas dendam?" tanya Hasbi. Pastilah, itu sebuah pertanyaan untuk menyindir Shihan yang kesekian kalinya.
"Sakit sekali. Kakak pernah merasakannya," lirih Afsha yang mengelus dadanya. Ahmed melirik kebingungan. Afsha, Shihan, dan Hasbi. Seperti ada yang aneh, batinnya.
"Sepertinya dia tidak berpikir terlebih dahulu saat akan merebut pasangan kita. Jadi wajar dia boleh dikatakan seperti wanita bodoh, bukan begitu?" Afsha melirik ke Shihan. Shihan mendongak dan mengangguk kasar. Sepertinya Shihan sudah tidak tahan lagi.
"Siapa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti sama sekali," protes Ahmed.
"Hasbi sebenernya harus sopan sama yang lebih tua, apalagi sama seseorang yang sangat dekat dengan keluarga kita. Tapi sayang sekali, Hasbi harus mengatakannya. Bagi Hasbi ini adalah sebuah pencegahan agar nantinya kak Ahmed tidak menyesal telah mencintai orang yang salah," ujar Hasbi melangkah mendekat ke Ahmed.
Ahmed berdiri, mengerutkan alisnya. Bertanya-tanya."Apa maksudnya?"
"Kau sudah mempercayai ucapanku, bukan?" Afsha berdiri. Diikuti dengan Shihan yang sedikit panik. Barulah Ahmed mengerti. Dia melirik ke Shihan. Ternyata Afsha dan Hasbi sedari tadi membicarakan Shihan.
"Uhuk! Ahmed rasaya aku masuk angin, aku ingin kembali ke hotel. Cepat antar aku pulang," pinta Shihan yang berpura-pura dengan menggandeng tangan Ahmed.
"Tunggu!" Cegah Ahmed yang tidak menuruti kata Shihan. Shihan terlihat semakin panik. Wajahnya memerah seperti marah. Matanya melotot menatap Afsha dan Hasbi.
"Wanita merebut calon suami orang lain, maafkan aku Shihan. Aku hanya bertanya kepadamu, tapi apakah semua itu benar?" tanya Ahmed dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"A-a-apa maksudmu?!" tanya balik Shihan dengan meninggikan nada suaranya.
"Kau merebut calon suami Afsha hanya karena dendam?"
Shihan terdiam. Melepaskan tangannya yang memegang tangan Ahmed. Mengepalkan tangannya. Shihan terlihat benar-benar marah.
"Kau jahat Ahmed. Kenapa kau menuduhku tanpa bukti?! Sedangkan aku ini sahabatmu!" Teriak Shihan dengan berpura-pura menangis.
"Tidak! Bukan aku yang jahat, tapi kamu. Walau kita bersahabat tapi jika masalah seperti ini jangan bawa-bawa persahabatan kita. Kau juga wanita tapi kau melukai hati wanita lain, bukankah itu benar?"
"Mana buktinya?!" Teriak Shihan.
"Kontak Farhan yang ada di handphonemu, dia adalah Farhan calon suami Afsha. Bukan begitu?"
Ucapan Ahmed membuat Afsha benar-benar yakin sekarang. Ternyata Ahmed telah mampu mempercayai ucapannya. Bahkan Ahmed sampai mengerti siapa itu Farhan.
"Maksud kamu aku merebut calon suami Afsha?!" tanya Shihan dengan nada yang meninggi."Iya, Shihan! Kenapa kau lakukan itu? Kau berbohong kepadaku bahwa kau tidak mempunyai kekasih dan itu membuatku bahagia, aku merasa masih ada ruang dihatimu untuk aku mencintaimu. Tapi nyatanya kau memiliki kekasih dan kekasihmu adalah hasil jerih payahmu merebutnya dari Afsha?!"
Ahmed, dia berkaca-kaca. Tidak menyangka dengan kelakuan sahabatnya yang selama 6 tahun sudah tidak bertemu.
"Oh jadi ternyata selama ini kau menyukaiku?! Hah beruntung! Kau tidak akan menjadi korbanku, kau sekarang sudah tau siapa aku! Aku wanita kejam, ingat itu!"
"Iya memang benar Ahmed gagal menjadi korbanmu. Bahkan kau tega menjadikan Ahmed, sahabatmu menjadi korban. Tapi beruntunglah Ahmed, andai kau tau. Janin yang aku ceritakan tadi adalah janin nya!" ujar Afsha menatap Shihan. Mata Shihan membulat. Dia tidak menyangka bahwa Afsha berani mengatakan itu secara gamblang di depan Ahmed dan Baba yang tiba-tiba saja datang karena mendengar keributan.
"Janin siapa?!" tegas Baba yang kaget.
"Om..." lirih Shihan.
"Janin siapa?!" Baba membentak.
"Shihan!" jawab Afsha tegas.
"Afsha! Kau ini-" belum sempat memarahi Afsha, Baba langsung menepis ucapan Shihan.
"Prasangka Baba selama ini benar. Bahkan ayahmu mengatakan bahwa semenjak kematian kekasihmu kau berubah!" tegas Baba kepada Shihan.
"Hah? Om, om ta-tau darimana?"
"Ayahmu menceritakan semuanya ke om, walau sebenarnya ayahmu juga masih belum mengetahui soal janin! Tapi ayahmu sudah merasakan perubahanmu selama ini," ujar Baba.
Semuanya menjadi bingung. Satu per satu fakta terkuak. Bagaimana tidak? Dengan secara tiba-tiba ternyata Baba sudah lebih dulu mengetahui tetapi hanya diam. Rasanya ini sebuah jebakan untuk Shihan. Dirinya dibuat bingung dengan keadaan ini. Semuanya terbongkar sudah, kebusukan dan semua keburukan Shihan. Terungkap.
_____
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...