Setelah Shihan meninggalkan tempat itu Ahmed melangkah mendekat ke ibunya dan Afsha.
"Shihan yah?" tanya Tante Neta. Ahmed mengangguk. Tanpa bertele-tele lagi, Tante Neta dan Afsha menuju kasir dan segera melakukan pembayaran. Selesai itu, ketiganya pulang kembali ke rumah. Acara ulang tahun Elif akan diadakan besok pagi. Tepatnya hari Sabtu.***
Malam hari yang ditemani rembulan terang. Afsha sudah bersiap menggunakan clemek setelah sholat isya tadi. Kini dia, Tante Neta, dan Minan akan membuat kue ulang tahun Elif ditemani Hasbi juga. Menyiapkan bahan-bahan di awal. Bel berbunyi dari luar, sudah bisa ditebak siapa yang datang. Segera Ahmed yang tengah menikmati acara tv membuka pintu. Shihan. Kali ini dia berpenampilan beda. Cantik dengan tudung biru yang ia selempangkan. Walau tak sepenuhnya rambut pirang ia tutupi tapi setidaknya Ahmed sejuk melihat ini.
"Masya Allah," puji Ahmed."Tante? di dapur?" tanya Shihan.
"Silahkan masuk, heheheh." Ahmed mempersilahkan Shihan masuk. Dengan senang Shihan memasuki rumah dan didampingi Ahmed menuju dapur. Raut wajah Tante Neta melongo saat melihat Shihan yang tampil anggun menggunakan hijab.
"Ya Allah cantik banget Shihan," puji Tante Neta. Minan dan Afsha yang melihat juga ikut tersenyum.
"Terimakasih tante. Oh iya boleh tidak Shihan membantu tante?" tanya Shihan antusias.
"Boleh sayang, boleh banget."
Shihan tersenyum menatap Afsha, Minan, dan Tante Neta. Bahkan Ahmed saja tersenyum menatap Shihan. Rasa cinta Ahmed akan semakin dalam kepada Shihan jika Shihan mengubah penampilannya. Sungguh bagi Ahmed inilah sebuah kenyamanan. Dan benar adanya jika dirinya mencintai Shihan.
"Shihan udah kenal Afsha belum?" tanya Tante Neta."Udah kenal dari Ahmed."
"Kamu orang solo kan?" tanya Shihan.
"Wah iya bener. Pasti Ahmed yah yang kasih tau kamu, biasalah. Dia itu orangnya emang gak pernah izin dulu kalau mau ngasih sesuatu, hahahah ..." jawab Afsha cengengesan.
"Kenal sama Pak Joko?"
"Wah kok tau sih??? Ihh aku kenal sama Pak Joko aja pas di bandara mau kesini loh."
"Iya kebetulan saya kenal sama Pak Joko dan saya tau siapa Pak Joko itu."
"Maksudnya?" Afsha tidak mengerti apa maksud Shihan. Mereka berdua diam, tetapi Shihan justru tertawa kecil.
"Hahahah tidak usah dipirkan. Becanda saja," ujarnya. Afsha mengikuti Shihan dan tertawa bersama. Rasa aneh mulai muncul di hati Afsha. Sejak awal bertemu Shihan, Afsha memang sudah merasa aneh. Tapi ya sudahlah, mungkin itu firasat biasa.***
Kue hampir selesai. Hanya menunggu di oven setelah itu dihias. Shihan yang tangannya kotor meminta izin untuk pergi ke toilet sekaligus buang air kecil. Sedangkan Tante Neta sibuk menata beberapa piring dan Minan sibuk dengan Elif yang sedari tadi menangis. Afsha, kini dia sibuk mengocok putih telur untuk dijadikan krim nantinya. Saat sedang sibuk dengan beberapa telur, dering dari handphone Shihan yang di letakkan tak jauh dari meja dapur berbunyi. Karena toilet di rumah ini ada di belakang tentu saja Shihan tak mendengarnya. Lama Shihan di kamar mandi dan berkali-kali pula handphone Shihan berbunyi. Afsha mencoba mendekat dan mengambil handphone Shihan.
"Nelpon terus nih, apa penting?" gerutu Afsha yang mengambil handphone Shihan. Nama kontak bertuliskan FARHAN♡ membuat Afsha teringat dengan seseorang. Wajahnya berkaca-kaca. Mengingat mantan calon suaminya dulu.
"Namanya sama kaya calon suamiku dulu, aahhh sudahlah pasti dia pacar Shihan. Tapi kenapa lama banget yah Shihan??? Mmmm apa aku bilang aja?" Afsha sempat terdiam dan berkpikir. Akhirnya daripada menunggu Shihan lama dia mengangkat telepon.
"Halo?""..." [Shihan? Kamu kenapa lama banget sih angkat teleponnya! Kamu lagi dimana? Terus rencana pulangnya kapan? Biar aku jemput kamu di bandara!]
Mendengar suara lelaki di telepon Shihan, mata Afsha membulat, berkaca-kaca. Seperti ingin menangis. Afsha mulai kehilangan suaranya, rasanya susah sekali untuk menjawab. Dalam hatinya ia berkata "Farhan? Suara Farhan," batinnya.
"..." [Halo! Sayang? Kok diem sih? Jawab dong ...]Rasanya ingin sekali Afsha mengeluarkan air matanya. Suara lelaki ini sungguh membekas dipikiran Afsha. Terakhir kali ia mendengarnya dua minggu lalu dan sekarang ia mendengarnya kembali. Shihan datang, dia yang melihat handphonenya ada di tangan Afsha segera berlari merebutnya.
"Heh! Berani banget kamu!" tegur Shihan. Saat Shihan datang, dirinya mampu berbicara kembali. Air matanya sedikit menetes membasahi pipi."Dia Farhan," lirihnya. Afsha segera mengusap air matanya dan berlari mengambil tasnya yang ada di kursi. Langsung buru-buru berpamitan kepada Tante Neta.
"Tante, Afsha pulang dulu ke hotel, nanti besok Afsha kesini lagi," lemas sekali untuk berkata. Sesak yang Afsha rasakan saat ini. Menjawab telepon dari handphone Shihan adalah sebuah kesalahan besar.
Lagian ngapain diangkat sih Sha :)"Eh nak kamu kenapa? Afsha?!"
"Afsha!" Tante Neta meneriaki, tapi tak kunjung Afsha menoleh. Dia berlari keluar dari rumah keluarga Omar. Bahkan Ahmed saja yang melihat Afsha menangis merasa aneh.
"Kenapa bu, Afsha?" tanya Minan.
"Ibu tidak tahu. Kenapa perasaan Ibu gak enak yah, Minan suruh adikmu itu untuk mengikuti Afsha! Cepat!" Panik Tante Neta. Segera Minan meminta Ahmed untuk mengikuti Afsha. Namun apalah, Ahmed tidak mau dan dia justru masuk ke kamarnya. Karena manager muda itu tidak mau, dengan sigap dan semangat Hasbi yang menggantikan Ahmed. Dia segera keluar berlari mengejar Afsha.
Kini Shihan terpaku diam. Tangan kanannya ia kepal kuat-kuat. Senyum palsunya nampak sedikit terukir. "Dia baru mengetahuinya," lirihnya.***
✅
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد❤Afsha udah tau ternyata Shihan itu ....🤭🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...