Afsha dan Ahmed segera menuju ke hotel guna memastikan keadaan Pak Joko baik-baik saja. Semoga saja Shihan tidak berani melakukan apa-apa ke Pak Joko. Mobil hitam milik manager muda itu melaju dengan kecepatan tinggi ditrmani dengan dua mobil hitam yang dibelakangnya untuk para bodyguard."Eh jangan ngebut! Aku takut! Mana bodyguard kamu itu juga ikut ngebut, ntar kalau kamu rem mendadak pasti mobil di belakang nyruduk!" Tegas Afsha.
"Ya ampun ya udahlah, yang nyetir juga aku. Kok kamu yang ribut?!"
"Eh dasar. Untung aku bukan Shihan, kalau aku Shihan aku bakal nampar kamu lebih dari tiga kali," gerutu Afsha.
"Apa?! Hah? Berani?" Ahmed dengan sombongnya menunjukan lengannya yang kekar dan berotot. Wajahnya nampak sombong disertai dengan senyuman miringnya. Membuat Afsha gemetar. Melihat bodyguard saja takut apalagi melihat Ahmed yang sekarang nampak seperti bodyguard.
"Nggak jadi."
Ketiga mobil itu terus melaju dengan kecepatan tinggi. Dan tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di hotel trmpat dimana Pak Joko menginap. Afsha segera turun dari mobil. Begitu juga Ahmed. Mereka berdua berjalan paling depan dengan ditemani empat bodyguard di belakangnya. Menuju kamar Pak Joko.
"Kamarnya yang mana yah? Aku lupa."
"Itu di ujung."
Namun, langkah mereka terhenti saat melihat wanita keluar dari kamar sembari membawa koper besar. Benar, itu Shihan. Dari kejauhan Shihan pun terlihat aneh melihat kehadiran Afsha, Ahmed, dan empat bodyguard. Ahmed melangkah, tetapi ditahan oleh Afsha.
"Jangan," lirihnya."Tak apa."
Dengan pasrah, Afsha membolehkan Ahmed untuk mendekat ke Shihan. Ahmed melangkah ditemani dua bodyguard mendekat ke Shihan. Raut wajah Shihan tampak masih sangat marah.
"Kau ingin tamparan lagi?!" tanya Shihan."Kau akan pulang?"
"Hah. Bagaimana mungkin kau tak tahu!"
"Ouh ya sudah, sangat diperbolehkan. Memang lebih baik kau tidak ada di negara ini ataupun di dunia ini. Lebih baik kau lenyap!" tegas Ahmed.
"Ahmed? Berani sekali kau mengatakan itu?!"
"Kita bukan sahabat lagi. Kita sebatas tetangga saja, bagiku sekarang. Bahkan cintaku untuk mu saja seketika sirna saat kau berlaku seperti itu kemarin. Itu artinya, memang benar. Tuhan tidak membolehkan aku mencintai wanita biadab seperti kamu!"
"Berani yah kamu?! Tak apa. Kita memang bukan sahabat lagi, dan aku juga masih mempunyai kekasih. Lalu untuk apa aku mengemis di keluargamu!"
"Baiklah, its okay. Dimana Pak Joko?"
"Kau menanyakan hal yang tak jelas kepadaku." Raut wajah Shihan berubah. Kebingungan.
"Dimana Pak Joko?"
"Kau ini apa-apaan! Tidak usah mencengkram lenganku seperti ini. Ini sakit!" Shihan berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Ahmed.
"Ini bahkan tidak seberapa dibanding sakit dari hati Afsha dan diriku, serta janinmu!"
"Jangan bahas Janin lagi!!! Hentikan!" teriak Shihan.
"Dimana pak Joko sekarang?!"
"Aku tidak tau! Apa aku dekat dengan Pak Joko?! Hah?! Tentu tidak! Biarkan aku pergi!"
"Baiklah, silahkan kau pergi!"
Ahmed melepas cengkramannya. Dengan buru-buru Shihan menarik kopernya dan meninggalkan mereka semua. Ahmed mengajak Afsha untuk menuju ke kamar Pak Joko. Pintu kamarnya tidak dikunci, segera Ahmed membukanya. Yang mereka lihat adalah Pak Joko duduk lemas di bangku dengan mulutnya yang terikat lakban serta tangan dan kakinya terikat tali.
"Astaghfirullah, Pak Joko!" panik Afsha yang segera membantu Pak Joko. Begitu juga dengan Ahmed dan bodyguard lainnya. Mereka semua membantu Pak Joko."Pak, siapa yang ngelakuin ini ke bapak?!" tanya Afsha.
"Temennya Ahmed neng," jawab Pak Joko saat lakban di mulutnya sudah terbuka. Derai air mata keluar dari mata Pak Joko.
"Ya Allah pak, maafin Afsha yah," ujar Afsha yang ikut meneteskan air matanya.
"Wanita itu biadab sekali!" kecam Ahmed.
Setelah melepas ikatan tali di kaki Pak Joko, Ahmed segera berlari keluar. Semoga saja Shihan belum pergi untuk diberi peringatan.
"Stop!" Ternyata wanita itu baru saja akan berlari. Segera Ahmed menarik lengan Shihan. Tatapannya tajam dan terlihat sangat marah.
"Kau ini! Apa maumu?! Kenapa kau melibatkan Pak Joko juga dalam masalah ini?!"
"Kau sudah mengetahui keberadaan Pak Joko? Baguslah. Jika kau juga sudah melepas ikatannya, ya sudahlah Pak Joko selamat."
"Ahmed! Dengar kata-kataku. Aku tidak akan segan-segan untuk melukai orang-orang terdekat Afsha maupun orang-orang terdekatmu. Bahkan seperti Pak Joko tetap akan aku lukai!" ujar Shihan. Rasanya Shihan memang sudah berubah menjadi wanita kejam seperti pyshcopat. Sangat mengerikan.
"Pulanglah! Pertanggungjawabkan semua kesalahanmu!"
"Hah?! Tidak akan! Ingat, aku akan tetap melukai siapapun orang-orang terdekatmu dan Afsha!" Shihan melepas genggaman Ahmed. Segera berlari membawa kopernya. Afsha yang baru saja keluar dengan Pak Joko langsung dipinta oleh Ahmed untuk memberitahukan keluarganya agar berjaga-jaga. Bila perlu, hadirkan beberapa bodyguard untuk menjaga semua keluarga Afsha.
___
Happy Reading❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI LANGIT TURKI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR!!! *Kata-kata masih banyak yang typo. Mohon dimaklumi* Bagaimana jadinya saat kita mencoba berlibur untuk melupakan masalah kita justru saat berlibur lah masalah kembali hadir kepada kita??? Seorang wanita yang calon suaminya telah dir...