PART 39 || APA INI?!✅

73 12 1
                                    


"Apa ini? Perjodohan apa maksudnya?!" tanya Afsha tak percaya. Kini suasana canggung. Ahmed dan Afsha, kedua manusia itu hanya bisa bertatapan heran dan penuh kebingungan.

"Iya, kami sebagai orangtua sudah menyetujuinya dan sepakat. Afsha itu anak yang baik, jadi dia pantas menjadi calon istri yang baik untuk Ahmed," ujar Baba.

"Ba, tapi kan Ahmed-" belum selesai bicara ucapan Ahmed terpotong.

"Sudahlah, lagipula kau itu pemalas. Kau itu paling tidak suka mencari pendamping hidup semenjak kejadian itu. Jadi wajar jika Baba dan Ibu menjodohkan kalian," tepis Baba.

"Bu," lirih Afsha mengerutkan alisnya.

"Iya nak, kau juga sudah melupakan Farhan bukan? Mungkin ini adalah hadiah terbaik dan ini semua hikmah dari kejadianmu dengan Farhan. Allah memberikan gantinya dengan lebih baik yaitu Ahmed," ucap Ibu Afsha mengelus pucuk kepala Afsha.

Afsha menunduk. Sulit memikirkan hal yang sangat sakral ini. Dirinya takut kejadiannya bersama Farhan akan terulang. Bahkan ini belum beberapa bulan semenjak Farhan dan Afsha tak jadi menikah. Afsha masih trauma. Dia tidak bisa menyetujui hal ini. Butuh waktu cukup lama untuk memikirkan hal ini matang-matang.

"Afsha belum bisa meyakinkan hati Afsha. Afsha harap kalian semua mengerti perasaan Afsha."

Afsha bangkit dari duduknya, dia segera meninggalkan ruang tengah dan menaikki anak tangga. Menuju kamar atas. Kini dia berada diposisi yang sulit, dimana antara yakin dan ketakukan. Bahkan selama ini Afsha tidak akrab dengan Ahmed, dia sering bertengkar dan kini harus dijodohkan? Menolaknya? Afsha juga sukit memikirkan itu. Dia butuh ketenangan.

"Kenapa tiba-tiba saja perjodohan ini terjadi? Bahkan aku tidak pernah memikirkan untuk berjodoh dengan Ahmed. Aku menganggap Ahmed hanya teman. Lantas kenapa sekarang tiba-tiba saja semuanya berubah? Aneh sekali. Bahkan aku tidak mungkin menerima Ahmed sebagai suamiku. Kita tidak bisa beradaptasi dengan baik," lirih Afsha yang duduk ditepi ranjangnya. Memutar pikiran berkali-kali.

"Aishh! Udahlah, ngapain mikir kek gitu. Sholat dulu aja!" Afsha beranjak dari ranjangnya, segera menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Mencoba menenangkan diri dengan sholat dhuha.

Selesai berwudhu, Afsha memakai mukenah putih yang dibelikkan oleh ibu. Segera dia dengan khusyuk melaksanakan sholat dhuha. Selesai sholat, Afsha berdo'a. Memohon petunjuk, dimudahkan segalanya. Menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Air mata menetes, tiba-tiba saja Afsha mengingat alur hidupnya. Mencoba merenungi segalanya. Yakin bahwa akan ada jawaban dari do'a-do'anya.

Setidaknya ini membuat Afsha menjadi lebih baik. Dia tidak terlalu cemas dan canggung.

Ketukkan pintu membuat Afsha menyeka air matanya. Dia membuka pintu perlahan dan ibu yang datang. Afsha mempersilahkan masuk.

"Kenapa kau masuk ke kamar nak?"

"Afsha habis sholat bu," jawab Afsha sembari melepas mukenah.

"Gimana?"

"Apanya yang gimana bu?"

"Kau mau menerima perjodohan ini?" tanya Ibu.

"Bu, bahkan ini terlalu cepat bagi Afsha. Afsha takut kejadian itu terulang sama Afsha, lebih baik kita pulang saja ke Indonesia yah bu," ujar Afsha.

"Nak, Ahmed tidam sama dengan Farhan. Toh, ini juga demi kebaikkan kamu. Memang, ibu harap kamu menerimanya. Tapi semua kembali sama kamu. Terserah kamu, yang penting yakinkan dirimu saja yah. Besok kita bakal pulang ke Indonesia. Dan ibu harap kamu sudah menentukan jawabannya," ujar Ibu mengelus pucuk kepala Afsha dan langsung meninggalkan Afsha.

Afsha terdiam. Memejamkan matanya lamat, dan membukanya kembali. Mendengus pasrah.
"Entahlah, siapa Ahmed. Kenapa harus dia? Aku masih tidak menyangka!"

***

Sore hari, setelah semuanya bubar dari pembicaraan. Kini Afsha lebih tenang. Dia pergi ke dapur guna mengambil air putih. Tepat di dapur ada Ahmed yang sedang membuat kopi. Antara canggung, malu, dan kesal. Afsha mengambil gelas, segera menuangkan air putih kedalamnya. Ahmed yang melihat pun sama seperti Afsha, dia canggung.

"Ka-ka-kamu mau apa?" tanya Ahmed mengawali pembicaraan yang canggung.

"Mentang-mentang mau dijodohin, kamu jadi canggung gitu?"

"Ya, mmm ka-kamu juga canggung!"

"Eh, emmm i-i-iya sih. Ih tapi ngapain juga harus canggung, toh aku juga belum jawab bakal setuju apa nggak sama perjodohan ini!" Afsha memanyunkan bibirnya.

"Ih aku juga. Lagian kamu itu kayaknya gak suka sama aku," ledek Ahmed.

"Iya kamu aja gak suka sama aku. Terus gimana nanti kalau nikah? Diem? Ya ampun nikah ama batu?" Afsha memijat kepalanya.

Ahmed yang menyesap kopi berhenti sejenak. Menatap Afsha dan melotot ke arahnya.
"Aku udah suka sama kamu," batin Ahmed.

"Kenapa?" tanya Afsha kebingungan melihat Ahmed melotot kearahnya.

"Eh gak apa-apa! Ya udah kapan mau jawab?!"

"Jawab apa?"

"Haiss, ya udah hayuk aku ajak kamu jalan-jalan!"

"Eh kemana?" Afsha menepis tangan Ahmed yang menggandengnya.

"Eh sorry, mm e-e-deket-deket sini aja. Cuman jalan kaki aja muterin rumah juga gak apa-apa," jawab Ahmed canggung.

"Ya udah lah, lagian aku gak ada kegiatan. Malu, ini bukan rumah aku."

Akhirnya mereka pun keluar rumah. Jalan kaki menikmati udara sore di luar sana.

____

Happy reading

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang