PART 23 || SURAT YANG MENGEJUTKAN✅

69 14 1
                                    


Acara ulang tahun Elif akhirnya dimulai. Ahmed terlihat berdiri disamping Shihan, sepertinya Ahmed masih tidak 'kapok' akan tamparan Baba tadi. Afsha hanya bisa terdiam berdiri disamping Tante Neta dan Om Mahmet dengan mengikuti acara ulang tahun Elif. Setelah pemotongan kue, semua hadirin dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang ada. Seperti halnya di Indonesia, ulang tahun di Turki pun sama.
"Afsha mau makan apa biar Tante ambilin," ucap Tante Neta.

"Gak usah tante, biar Afsha nanti ngambil sendiri," jawab Afsha tersenyum. Mendengar suara Afsha yang terdengar beda Tante Neta langsung duduk dan memegangi kedua pipi Afsha.

"Kamu sakit nak?" tanya Tante Neta dengan raut wajahnya yang panik.

"Tidak, Afsha tidak sakit." jawab Afsha tersenyum.

"Lalu kenapa suaramu beda?"

"Tidak apa-apa Tante, hanya flu biasa"

"Huhhh ... kalau kamu sakit bilang sama tante yah."

"Iya."

Tante Neta berdiri dan melayani tamu yang lain. Sedangkan Afsha masih duduk terdiam disana sembari menatap keramaian yang ada diruangan ini.

"Semoga saja surat yang kutulis adalah sebuah ketepatan, semoga semua tidak meragukan diriku atau bahkan mencemaskan diriku. Maafkan Afsha tante, om, kak Minan, Hasbi, kak Razi, dan Elif. Afsha membuat kalian khawatir. Dan Afsha meminta maaf sebesar-besarnya kepada Ahmed terutama. Karena Afsha, kehidupan Ahmed berantakan," batin Afsha.

"Kak Afsha!" Panggil seseorang dari arah luar. Afsha jelas sangat mengenal suara ini. Dia Hasbi yang memanggil. Segera Afsha keluar memenuhi panggilan Hasbi.
Suasana diluar dingin, membuat Afsha yang tidak mengenakan jaket sesekali mengelus-ngelus lengannya.
"Ada apa? Kau terus-terusan memanggilku, apa kau merindukanku?" tanya Afsha.

"Tidak kak. Huh! hanya saja Hasbi sangat kesepian," jawab Hasbi yang asyik menyesap kopi khas Turki.

"Kau ini, memangnya kau punya kekasih? Bukannya kau memang setiap hari kesepian?" ledek Afsha. Dengan Hasbi, setidaknya Afsha masih bisa tersenyum. Walau di hatinya masih terasa sakit, tetapi semua pemulihan butuh proses.

"Dasar kakak ini, sama saja seperti Kak Ahmed. Jangan-jangan kalian berjodoh," celetuk Hasbi yang membuat senyum dibibir Afsha mengecil.

"Kakak kapan-kapan culik Hasbi dong biar Hasbi bisa pulang ke Indonesia," ucap Hasbi dengan nada memelas. Lelaki berusia 19 tahun ini memang sikapnya seperti anak kecil. Tuan muda dari keluarga Omar masih sangat butuh kasih sayang dan harus selalu dimanja.

"Kau ingin kabur dari rumah?"

"Iyalah, pengin ke Indonesia. Udah kangen sama Eyang, sama Kakung. Apalagi sama sate." Lagi, Afsha tersenyum. Setidaknya Hasbi mampu sedikit-sedikit mengobati luka yang ada di hati Afsha.

"Sate dikangenin. Minta sama tante Neta aja buat bikinin, kan masakan beliau enak. Banget malah!"

"Iya sih ibu mau bikinin cuman yang bermasalah itu kak Ahmed. Beliau pasti marahin Aku katanya gak boleh kebanyakan makan sate."

"Ck! kau ini."

Mereka berdua saling tertawa. Seperti merasakan kehadiran sosok kakak dan adik. Dengan ini, sejenak Afsha melupakan kesakitan yang ada dihatinya. Dengan ini pula, dirinya merasa nyaman bercanda bersama Hasbi.

***

Acara ulang tahun Elif telah usai. Semua tamu undangan pun satu persatu pulang. Afsha, dia berniat untuk kembali ke hotel akan tetapi Tante Neta melarangnya untuk kembali ke hotel. Begitu juga dengan Om Mahmet, beliau menginginkan Afsha tetap disini untuk mengikuti acara buka kado. Afsha sangat terpaksa akan keadaan seperti ini. Disini juga Shihan tidak pulang, dia memilih untuk tetap disini.
"Keadaan ini membuatku tertahan. Mereka mengetahuinya disaat aku ada disini, Ya Allah ..." batin Afsha.

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang