PART 24 || TAK INGIN KEHILANGAN✅

91 14 1
                                    

"Jika pergi lebih baik, maka lakukanlah sebelum hati ini semakin sakit, hancur dan benar-benar hancur ..."

~AFSHA AS-SYIFA

***

"Haishhh, payah! Bagaimana ini! Macet!" kesal Ahmed yang terus-terusan mrmbunyikan klaksonnya. Akhirnya tak lama kemudian, kemacetan sudah terselesaikan. Setidaknya ada waktu beberapa menit saja untuk mengatasi kemacetan. Ahmed segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju hotel Blue House. Berharap agar dirinya bisa mencegah Afsha untuk pulang. Seharusnya Afsha tidak pulang sendirian, Om Abdullah-Ayah Afsha sudah mengatakan kepada Baba bahwa nantinya Afsha akan dijemput oleh Om Abdullah di Turki, jadi Om Abdullah akan ke Turki untuk menjemput Afsha.

***

Lain suasana, kini Afsha sudah sampai di bandara. Penerbangan ke Indonesia akan berangkat 20 menit lagi. Selesai mengecek persiapan dan segalanya Afsha menuju pesawat dan masuk ke dalamnya. Duduk di bangku pesawat. Dirinya berusaha tenang dan mengikhlaskan semua kejadian yang ada disini. Afsha berdo'a setelah melaksanakan sholat dzuhur.

"Ya Allah jika ini adalah jalan terbaik maka kuatkanlah hamba, jika memang takdir kehidupan hamba sudah digariskan seperti ini hamba akan menerimanya dengan ikhlas Ya Allah ... walau mengetahuinya membuat hati hamba sakit, akan tetapi hamba bersyukur karena Engkau masih baik kepada hamba dan mampu membuat hamba sadar siapa sebenarnya orang itu. Terimakasih atas segalanya Ya Allah, hamba berdo'a agar Engkau memaafkan segala dosa hamba dan segala dosa orang-orang yang ada di dekat hamba, maafkan segala kesalahan orang yang telah melenyapkan janin yang tidak berdosa, mohon maafkan segala dosa kami Ya Allah... berilah kami petunjuk dan jalan yang Engkau ridhoi, lindungilah hambamu ini dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Semoga Engkau meridhoi perjalanan hamba Ya Allah, aamiin..."

Kedua tangan Afsha ia usapkan ke wajahnya. Air matanya menetes sesaat kedua tangannya mengusap wajahnya. Afsha merasa, berat sekali meminta izin seperti ini. Afsha merasa dia sangat kekurangan akhlak. Sebelumnya tidak pernah ia seperti ini, dalam hal apapun dirinya selalu menjunjung tinggi akhlak. Namun, kali ini dia berpamitan tanpa akhlak yang menurutnya benar. Tapi semua itu ia lakukan karena adanya sebuah alasan. Tak bisa Afsha memberitahukan kepada semuanya, yang ia takutkan nanti dirinya akan menjadi tawaan bagi Shihan dan Shihan akan menganggapnya wanita lemah. Bahkan Afsha saja belum sempat memberikan kabar kepada Ayah dan Ibunya.

Tangannya mengambil gawai, sebelum pesawat meluncur Afsha membuka handphonennya dan mengabari Ibunya. Afsha rasa jika dirinya mengabari Ayah pastilah beliau akan kecewa dan tentu akan mengganggu Ayah yang sedang melakukan pertemuan bersama klien.
"Halo, assalamualaikum Ibu?" salam Afsha saat Ibu mengangkat teleponnya.

"..." [Wa'alaikumussalam, ada apa sayang? Dimana kamu sekarang? Apa liburanmu menyenangkan?]

Saat Afsha mendengar semua pertanyaan Ibu itu, air mata kembali menetes. Afsha membekap mulutnya sendiri, tangisannya sesenggukan terdengar oleh Ibu.
"..." [Kamu kenapa nak? Kok nangis?]

"Ibu Afsha akan kembali ke Indonesia sekarang. Hiks!"

"..." [Apa maksudmu sayang? Kenapa? Ada masalah apa?]

"Hati Afsha sakit bu jika terlalu lama berada disini, Afsha harus setiap hari bertemu dengan wanita yang telah merebut calon suami Afsha."

Akhirnya Afsha berani. Dia memberanikan diri menceritakan semuanya kepada sang Ibu. Karena sejatinya hanya Ibu yang bisa memahami akan perasaan anaknya.

"..." [Hah?! Maksudmu kekasih Farhan yang dipanggilnya sebagai Budi? Astaghfirullah nak, benarkah itu?]

Suara Ibu terdengar berubah saat Afsha mengatakan hal itu. Mungkin saja Ibu terkejut. Disaat anaknya menangis, Ibu tidak bisa memeluknya.

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang