Luishara Merva Rousseau
Tiap kali orang membaca nama itu, otomatis akan selalu nengok ke arah muka gue, meskipun sebelumnya mereka udah liat muka gue.
"Blasteran ya, mbak?" dan kata-kata ini selalu mengikuti tatapan mereka.
Dulu, gue akan menjawab dengan ramah dan menjelaskan kalau Papa gue orang Perancis, sedangkan Mama asli keturunan Jawa. Tapi makin ke sini makin banyak orang kepo, jadi gue hanya menjawab dengan senyum manis buat pantes-pantes aja.
"Mbaknya cantik, kenapa nggak jadi artis aja? Pasti banyak yang ngefans. Daripada ngelamar kerja di sini." Lalu saran-saran seperti ini akan mampir ke telinga gue.
Bilang aja kalau lamaran kerja gue ditolak, nggak usah panjang lebar kasih saran segala. Kalau gue mau jadi artis, udah dari dulu juga kali. Gue yakin dengan tampang bule gue ini, gue bakal laku di dunia entertaint, cuma masalahnya gue nggak punya bakat apapun selain ngomel. Eh iya ada, bakat gue adalah masak dan bikin kue. Bakat ini warisan dari Papa yang dulunya seorang chef.
Kenapa gue bilang dulunya? Karena memang dulu Papa seorang chef, Papa punya bakery yang sudah terkenal seantero kota. Masih satu gedung dengan tokonya, Papa mendirikan restoran western dengan masakan khas Perancis sebagai menu utamanya. Restoran dan toko kue Papa telah memiliki tiga cabang. Belum lagi, Papa punya pabrik roti yang khusus memproduksi roti khas Perancis untuk dikirim ke berbagai kota hingga negara tetangga.
Tapi sekarang Papa udah bukan chef lagi, beliau hanya bisa makan, duduk dan tiduran. Penyakit stroke menyerangnya tiga tahun lalu. Dan tiga tahun lalu adalah awal segala bencana di kehidupan gue.
Kami dulu hidup enak, Mama seorang pegawai Bank dan Papa punya usaha yang terbilang sukses. Gue dan Dave, adik gue, sekolah di salah satu sekolah bergengsi di kota ini. Bahkan saat gue bilang ingin sekolah kuliner, Papa langsung mendaftarkan gue di sekolah kuliner terkenal yang berbasis di Perancis dan sudah punya cabang di berbagai negara. Papa memilih cabang Singapura untuk gue. Papa berharap gue bisa meneruskan usaha Papa di bidang kuliner, karena Papa nggak melihat ada harapan dari Dave. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari bocah tengil yang kerjaannya minta duit melulu?
Gue baru setahun menimba ilmu di Singapura setelah dua semester sempat kuliah di sini, dan Dave saat itu baru mau lulus SMP, saat gue mendapat kabar bahwa gue harus keluar dari sekolah itu karena Papa udah nggak sanggup lagi membiayai sekolah gue yang biaya per bulannya sangat tinggi. Gue waktu itu pulang ke Indonesia dengan marah, tapi kemarahan gue segera menguap saat gue mendapati rumah dalam keadaan kacau. Papa stroke, Mama dirawat karena vertigo dan Dave udah kayak anak ayam yang kehilangan induknya.
Gue speechless melihay kondisi keluarga gue. Tetapi, gue kembali meradang saat tahu semua ini berawal dari kesalahan Papa. Ternyata selama lima tahun belakangan, Papa selingkuh dengan seorang janda beranak satu, bahkan mereka sampai menikah siri. Papa terlalu dikuasai nafsu hingga tidak sadar bahwa dirinya hanya dimanfaatkan oleh istri mudanya. Dengan mudahnya semua aset Papa berpindah atas nama wanita licik itu. Semua! Hanya rumah yang kami tinggali yang masih tersisa, karena rumah itu merupakan warisan dari Ayahnya Mama dan namanya yang tertera di surat-suratnya adalah nama Mama. Tak berhenti sampai disitu, wanita licik itu melakukan pinjaman besar pada Bank atas nama Papa dengan restoran sebagai jaminannya.
Papa yang sangat shok pun terserang stroke, sementara Mama hanya dirundung kesedihan berlarut sehingga menyebakan dia tumbang berkali-kali oleh penyakit vertigo yang membuat Mama terpaksa resign dari tempat kerjanya. Nyatanya bukan hanya gue yang harus berkorban pendidikan, Dave pun harus terima kalau dia gue daftarkan di sekolah yang jauh lebih sederhana dengan biaya lebih murah, karena sejak hari itu, posisi tulang punggung keluarga praktis beralih ke gue.
![](https://img.wattpad.com/cover/236574641-288-k875559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Lui
عاطفيةLuishara sudah lama ingin menyerah dengan kehidupannya yang kacau akibat ulah ayahnya, hingga dia harus mengubur mimpinya untuk menjadi chef. Tapi, bagaimana pun dia berusaha, pada akhirnya dia tetap kembali pada keluarga dan kehidupannya yang menye...