Mulut gue menganga, menolak percaya dengan apa yang gue dengar. Nggak mungkin Derry menghilang tanpa kabar, lalu tiba-tiba muncul membawa istri.Tapi telinga gue masih berfungsi normal. Jadi nggak mungkin gue salah dengar.
"Lui! Bengong aja lo, kesambet ntar!" teguran keras dari Wina menyadarkan gue. Kini semua mata tertuju pada gue, termasuk Derry dan istrinya.
Mampus!
Dari sudut mata, gue lihat Derry tampak terkejut melihat gue di sini. Rencana gue untuk sembunyi gagal total, karena Derry telah mengetahui keberadaan gue. Ini semua gara-gara gue yang bengong terlalu lama.
"Lui, lagi ngapain di sini?" Gue tahu Derry sedang basa-basi untuk menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Hai, Der. Gue lagi ada urusan sama Ervin," gue membalas dengan senyuman. Padahal dalam hati gue ingin nangis.
Banyangkan, pacar lo tiba-tiba hilang nggak ada kabar hingga tiga bulan. Lalu tahu-tahu kalian ketemu dan dia bawa istri, sementara lo merana menunggu kabar darinya.
"Dia teman kamu?" Selina, istri Derry bertanya pada Derry.
Gue menatap mata Derry, menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Derry. "I-iya, iya dia temen aku."
Gubrak!
Jadi gue cuma dianggap teman sama Derry?
Gue benar-benar bodoh karena menunggu Derry, sedangkan dia malah bersenang-senang dengan menikah bersama wanita lain.
"Jadi, Ervin yang selama ini deket sama kamu tuh Ervin ini?" Derry menanyakan hal yang nggak penting.
Sebelum gue menjawab, Ervin lebih dulu berdiri di depan gue. "Ya, aku Ervin yang kamu maksud. Maaf, untuk meetingnya bisa sama Dika dulu. Aku ada urusan penting sebentar."
Tanpa menunggu jawaban dari Derry, Ervin merangkul pinggang gue, membawa gue menuju lantai dua. Air mata gue nggak bisa gue tahan lagi begitu Ervin mendudukkan gue di ranjang miliknya.
"Gue nggak nyangka Derry bisa setega ini, Vin."
Ervin menarik gue ke dalam pelukannya. Gue tahu, nggak seharusnya gue menangisi cowok macam Derry. Tapi gue juga nggak bisa bohong kalau gue merasa sakit karena perlakuan Derry. Dia bisa kan kasih kabar, atau memutuskan hubungan kami baik-baik? Bukannya menghilang dan membuat gue menunggu sesuatu yang nggak pasti begini.
"Lo tahu kan, air mata lo terlalu berharga buat nangisin cowok kayak dia?" Ervin mengusap bahu gue.
"Gue tahu, tapi gue nggak bisa berpura-pura kalau gue baik-baik aja, Vin. Gue sakit!"
Ervin memeluk gue semakin erat. "Lo hanya boleh lemah begini kalau lagi sama gue. Jangan tunjukkin kelemahan lo di depan dia."
Gue mengangguk di sela isakan gue. Beruntung ada Ervin di samping gue saat ini. Gue nggak tahu apa yang akan gue lakukan seandainya gue bertemu Derry sendirian. Gue mungkin akan memalukan diri sendiri di depan Derry.
"Lo turun aja, Vin. Bagaimana pun Derry adalah klien lo. Lo harus profesional," gue melepaskan diri.
"Lo nggak papa gue tinggal?"
"Nggak masalah, Vin. Tapi gue mau nunggu di sini aja. Gue nggak sanggup ke bawah."
Ervin meraup wajah gue dan menghapus air mata di pipi gue. "Lo tenangin diri dulu di sini. Gue baru akan bawa lo turun kalau mereka udah pergi. Oke?"
Lagi-lagi gue cuma mengangguk sebagai balasan. Lidah gue terlalu kelu untuk bicara. Ervin beranjak turun untuk menemui Derry. Seperginya Ervin, gue membaringkan diri di kasur. Air mata gue kembali berderai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Lui
RomanceLuishara sudah lama ingin menyerah dengan kehidupannya yang kacau akibat ulah ayahnya, hingga dia harus mengubur mimpinya untuk menjadi chef. Tapi, bagaimana pun dia berusaha, pada akhirnya dia tetap kembali pada keluarga dan kehidupannya yang menye...