Gue nggak tahu kenapa mulut gue kalau ngomong suka nggak dipikir dulu. Gegara gue keceplosan membahas soal ciuman gue dengan Ervin waktu itu, Ervin jadi sering melempar godaan-godaan yang nggak hanya membuat pipi gue memanas, tapi juga membuat Dave muak bukan main karena Ervin terlalu nggak kenal tempat.Tapi untungnya, Ervin hanya sekadar menggoda ataupu mengancam akan mencium gue doang, dia nggak sungguhan melakukannya. Katanya, dia akan beneran melakukannya saat gue sudah resmi jadi miliknya. Yang kemarin itu anggap saja test drive, mbuhlah! Toh pada akhirnya semua itu menguap begitu saja. Kami sama-sama sibuk dengan kerjaan masing-masing, hingga komunikasi kami menjadi berkurang.
Gue cukup sibuk menyiapkan keperluan untuk opening Luisine. Seminggu ini gue bolak-balik ke toko untuk memantau pekerjaan dari jasa desain interior yang gue sewa. Sengaja gue menyewa jasa mereka untuk mendesain toko. Sedang untuk dapur gue meminta Mas Edo yang mengaturnya. Gue hanya mengatur lantai atas yang akan menjadi kamar pribadi gue untuk istirahat dan taman kecil di teras kamar.
Setelah semua beres, kami tinggal menunggu hari-H untuk opening. Dari jauh hari Dave sudah mengabarkan di akun medsos Luisine bahwa kami akan segera meresmikan pâtisserie Luisine. Tiga hari menjelang hari-H, kami sengaja libur dari menerima pesanan apapun. Gue meminta pada para partner gue untuk cuti pada hari pertama libur. Baru dua hari sisanya akan kita gunakan untuk prepare berbagai menu yang akan kita suguhkan pada saat opening.
Gue mengundang beberapa kenalan dan pelanggan setia Luisine untuk menghadiri acara nanti. Bahkan, ada beberapa artis dan selebgram yang bersedia untuk menghadiri opening kami nanti. Mereka adalah pelanggan Luisine dan berkat promosi gratis yang mereka lakukan di akun medsosnya, kini nama Luisine sudah dikenal banyak orang. Gue nggak pernah meminta mereka untuk mereview makanan kami, tapi mereka dengan sendirinya repeat order dan selalu mengunggah video kala menikmati kudapan dari Luisine. Karena gue bukan manusia nggak tahu terima kasih, maka gue telah menyiapkan hampers khusus untuk gue kirim ke mereka minggu depan sebagai ucapan terima kasih.
***
Pagi ini gue bangun dengan semangat dan deg-degan luar biasa. Hari ini merupakan hari bersejarah buat gue. Gue harus memastikan acara hari ini berjalan lancar. Sebab itulah gue memilih tidur di toko dua hari ini, demi bisa memperhatikan setiap detail persiapannya.
Saat turun, gue mendapati Mas Edo, Pak Erik, Mbak Rida dan beberapa mantan karyawan Papa dan sebagian karyawan Malit telah datang dan sibuk dengan bagiannya masing-masing. Tanpa gue minta, mereka datang secara suka rela untuk membantu gue.
Dua mantan karyawan Papa bahkan mengajukan diri agar diterima bergabung dengan Mas Edo dan Pak Erik lima hari lalu. Nggak memungkiri gue memang butuh tambahan partner untuk mendampingi kami bertiga. Mas Edo dan Pak Erik akan bertugas di dapur sebagai main chef dibantu gue. Sedang Mbak Emy dan Mbak Ola membantu gue untuk melayani pelanggan di depan.
"Semuanya lancar, kan?" tanya gue pada mereka.
"Lancar, chef!" jawab mereka serempak.
Entah siapa yang memulai, tapi kini para partner gue memilih memanggil gue dengan sebutan chef daripada Lui. Padahal gue lebih senang mereka memanggil gue dengan nama saja tanpa embel-embel apapun.
"Kurang apa lagi, Mbak?" gue menghampiri Mbak Rida yang tengah memasukkan pasta brulee ke dalam cup alumunium.
"Tinggal masukin ke oven doang," jawab Mbak Rida yang gue angguki.
Gue beralih ke Pak Erik yang tengah memindahkan gelato dari wadah besar ke wadah khusus untuk display. Gue mengambil sendok kecil dan mencolek sedikit lalu membawanya ke mulut gue. "Always perfect."
![](https://img.wattpad.com/cover/236574641-288-k875559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Lui
RomanceLuishara sudah lama ingin menyerah dengan kehidupannya yang kacau akibat ulah ayahnya, hingga dia harus mengubur mimpinya untuk menjadi chef. Tapi, bagaimana pun dia berusaha, pada akhirnya dia tetap kembali pada keluarga dan kehidupannya yang menye...