Ini end sesungguhnya😊😊
.
.
.
.Selepas petang, kami bergerak menuju hotel tempat acara resepsi akan diadakan. Malit dan Bude Ria telah lebih dulu ke hotel sejak sore, guna mengecek persiapan resepsi yang akan dilaksanakan pukul delapan malam nanti. Sesampainya di hotel, kami segera digiring ke kamar yang khusus disewa untuk tempat berdandan. Riasan gue malam ini tidak terlalu tebal, karena konsep acara ini menggunakan tema internasional. Gue meminta riasan natural dengan hair-do sederhana, menyesuaikan dengan gaun yang juga sederhana namun elegan.
Selesai dirias, gue dan Ervin disuruh menunggu di ruang sebelah ballroom, sementara seluruh keluarga kami telah berkumpul di lokasi. Akan ada beberapa sambutan dahulu sebelum pelakon utama alias pengantin dipersilahkan keluar untuk berjalan bersama menuju pelaminan.
"Ervin. Apa sih liatinnya sampai kayak gitu?" decak gue grogi, pasalnya sepasang mata elang milik Ervin tengah memandangi gue dengan seksama.
Ervin menyunggingkan senyum tipis. "Aku bener-bener terpukau sama kamu hari ini. Kamu cantik banget."
Gue merasakan pipi gue mendadak bersemu mendengar gombalan Ervin. Tapi, bukan Luishara namanya kalau terang-terangan tersipu malu-malu di hadapan Ervin.
"Jadi, biasanya aku nggak cantik? Kalau gitu, hari ini yang cantik make-up nya," gue pura-pura merajuk.
Gelengan di kepala Ervin sebelum menjawab, "Kamu selalu cantik, sekali pun tanpa make-up, aku malah lebih suka kamu polosan kalau kemana-mana. Aku nggak akan sanggup nahan cemburu kalau kamu keluar rumah dengan dandanan kayak gini, karena aku yakin, mata laki-laki di luar sana pasti akan tertuju sama kamu."
"Dih, posesif Pak?"
"Betul. Bahkan kalau bisa, hari ini aku pengen ngurung kamu di kamar aja. Biar nggak ada yang nikmatin kecantikan kamu ini selain aku," Ervin terang-terangan.
Gue memutar bola mata. "Yang ngeyel minta resepsi siapa?"
"Bisa nggak, resepsinya berlangsung tanpa ada pengantin. Biar para tamunya nikmatin acara dan makanan, kitanya di kamar aja," Ervin mengatakan hal yang nggak masuk akal.
"Nggak lucu, Vin!" dengus gue. "Masa aku udah dandan cantik gini ujungnya diumpetin di kamar doang?"
"Justru itu yang bikin aku pengen ngekepin kamu di kamar," desah Ervin cemberut.
"Masih jam segini udah ngomongin kamar aja," cibir Raisa yang entah sejak kapan berada di belakang kami. "Siap-siap, bentar lagi saatnya kalian keluar. Lo yang sabar dong, Kak. Kalau acaranya udah selesai juga lo bebas kok mau ngamar seharian."
"Berisik, lo!" desis Ervin pada adiknya yang membalas dengan senyum mengejek.
Ervin tengah membantu gue berdiri kala Eriya masuk bersama para sepupu gue.
"Ayo, kalian jalan di depan. Kami ngekor di belakang," Eriya mengatur formasi kami.
Ervin mengulurkan lengannya yang segera gue raih. Kami berjalan beriringan memasuki aula yang telah penuh dengan para tamu. Lagu Beautiful in White milik Shane Filan mengalun merdu mengiringi langkah kami. Beberapa orang mengangkat ponselnya untuk membidik gambar dan video kami. Gue berasa artis yang tengah melewati red carpet acara penghargaan. Pengen dadah-dadah centil layaknya diva, tapi gue inget, gue bawa nama baik dua keluarga.
Sebelum duduk di pelaminan, kami diwajibkan berdansa berdua di tengah aula. Semua lampu telah padam, kecuali satu yang menyorot gue dan Ervin. Alunan nada Thingking Out Loud Ed Sheeran mengiringi langkah seirama kami. Gue memang nggak pandai berdansa, tapi dengan rengkuhan sarat cinta dari Ervin di pinggang gue, nyatanya gue bisa mengimbangi gerakan Ervin dengan luwes. Kami memang tidak sempat berlatih dansa karena sama-sama sibuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Lui
RomansaLuishara sudah lama ingin menyerah dengan kehidupannya yang kacau akibat ulah ayahnya, hingga dia harus mengubur mimpinya untuk menjadi chef. Tapi, bagaimana pun dia berusaha, pada akhirnya dia tetap kembali pada keluarga dan kehidupannya yang menye...