Tugas Pertama

1.7K 238 3
                                        

Saat gue masuk halaman rumah Malit esoknya, Ervin telah menunggu gue. Segera setelah melihat gue, Ervin menghampiri. "Bisa kita ngomong sebentar?"

"Gue harus kerja, Vin," sahut gue datar.

"Gue udah ijin kok ke Malit," ujae Ervin lagi.

Gue menghelas nafas. "Vin, yang tahu kerjaan di dapur tuh bukan Malit, tapi mbak Rida. Malit bisa aja ngasih ijin, karena yang tahu tugas masing-masing orang itu bukan Malit."

Ervin tersenyum miring. "Justru karena gue udah ijin sama mbak Rida, makanya gue dapet ijin dari Malit."

Gue pasrah dan mengangguk. Ervin tersenyum senang lalu menggamit tangan gue menuntun gue menuju lantai tiga rumahnya yang rupanya terdapat rooftop garden lengkap dengan gazebo dan bantal-bantal besar. Ervin mendudukkan gue di gazebo, dia mengambil tempat duduk di depan gue.

"Gue mau minta maaf soal semalem," tukas Ervin.

"Lo nggak salah sama gue, kenapa minta maaf?"

Ervin memejamkan matanya dan menarik nafas dalam. "Sumpah, Lu. Gue nggak ada maksud buat ngerendahin lo. Apa yang gue lakuin itu tulus dari hati gue. Karena saat melihat lo sama Dave semalem, gue tiba-tiba merasa kalau gue punya tanggung jawab atas kalian."

Gue mengernyit bingung. "Vin, lo bukan bapak gue sama Dave, lo nggak punya tanggung jawab apapun sama gue atau pun Dave."

"Gue tahu. Tapi nggak tahu kenapa, gue berasa pengen tanggung jawab sama kalian," Ervin terlihat sama bingungnya sama gue.

Kita berdua sama-sama terdiam.

"Tapi sebenarnya gue bisa jadi penanggung jawab lo sama Dave kok, Lu," sambung Ervin cengengesan.

"Maksudnya?"

"Ya gue akan menjadi penanggung jawab kalian, kalau kita udah nikah nanti," jawab Ervin dengan senyuman lebar.

Gue berdecak kesal. "Vin, boleh minta tolong nggak?"

"Minta tolong apa?" Ervin menjawab excited.

"Tolong waras dikit, bisa?" sahut gue ketus sambil beranjak pergi.

Di belakang gue, Ervin tertawa terpingkal-pingkal. "Jangan lupa, nanti sore lo tungguin gue pulang!" serunya saat gue menuruni tangga. Gue enggan menjawab, terus melanjutkan langkah menuju dapur Ma Cuisine.

Tugas gue hari ini membuat macaroon red velvet untuk salah satu isian souvenir acara aqiqah anak teman Malit. Mbak Rida telah menugaskan dua orang untuk membantu gue. Setelah gue takar bahan-bahannya, selanjutnya dua orang itu masing-masing mengaduk adonan untuk cookies dan cream vanilla. Meski gue di sini merupakan karyawan baru dan paling muda, tapi mereka tak pernah merendahkan gue. Karena mbak Rida telah menceritakan pada mereka siapa bapak gue dan soal gue pernah belajar kuliner di Singapura. Jadi saat mereka ditugaskan untuk membantu kerjaan gue, mereka akan langsung melaksanakan perintah gue tanpa merasa risih. Walau begitu, gue hanya berani menyuruh-nyuruh mereka untuk urusan pekerjaan. Karena di luar urusan kerja, mereka tetaplah senior hidup gue. Gue tetap harus menghormati mereka sebagai sesama manusia juga karena mereka lebih tua dari gue.

Saat semua kue telah siap, kini tugas gue berganti bagian menata berbagai kotak kue dalam keranjang rotan kecil. Gue memberi petunjuk pada yang lain bagaimana penempatan yang tepat. Pertama, gue memasukkan satu kotak mika berisi tiga potong bolu gulung pandan keju. Lalu toples kecil berisi bronies lumer. Selanjutnya toples super mini berisi beberapa buah kastengel, di lanjutkan mika panjang berisi tiga macaroon red velvet. Terakhir, satu cup kecil pasta brulee dan beberapa butir anggur green muscat untuk mempercantik tampilan hampers.

Chef LuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang