Dia Berharga

576 50 0
                                    

Happy Reading 🎉

Waktu menunjukkan pukul 19.50. Rayyan sedang mondar-mandir di depan pintu karena menunggu kepulangan Sena.

Tiba tiba pintu terbuka. Sena membukanya perlahan dan berharap Rayyan tidak ada didepan pintu, dan nyatanya Rayyan berdiri sambil memanatap Sena tajam.

Sena menghentikan langkahnya didepan pintu, Sena urung untuk masuk karena tatapan Rayyan yang seolah-olah memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan.

"Masuk" tutur kata Rayyan saat ini terdengar tegas membuat Sena tak berani menatapnya.

Sena lebih dahulu berjalan lalu kemudian duduk di sofa dengan tatapan tertunduk.

"Sena Lo bohong kan sama gue?" Tanyanya.

Sena masih tak berani menatap mata Rayyan. Seandainya bisa Rasanya Sena benar benar ingin menghilang dari hadapan Rayyan sekarang juga.

"Sena jawab! Jangan diam aja, dimana jiwa Gak bisa diam Lo" Cercah Rayyan melihat Sena yang pendiam.

"Lo bilang naik Taksi, begimana ceritanya Lo bisa keserempet motor?" Tanyanya lagi.

"Ya bisa kan bang, motornya yang nyerempet Taksi" bela nya yang masih berbohong.

"Sena Lo itu gak gampang bohong didepan gue, gue kenal Lo lama" ucapnya.

"Yaiyalah lama, orang kita satu Rahim" jawab Sena yang mencoba untuk mencairkan suasana.

"Jangan bercanda Na, Lo mau gue diemin seminggu" ancamannya.

Rayyan tahu betul bahwa Sena tidak tahan jika dirinya Mendiamkan Sena berhari hari, satu hari pun Sena tidak sanggup apalagi seminggu.

"Ya jangan Donk, buset dah! Galak bener jadi Abang" Sena benar tak terima jika mendapatkan hukuman itu.

"Ya makanya jujur Donk" cercah Rayyan.

"Kalo gue jujur entar Lo marah lagi, janji yak jangan marah" Sena mengulurkan jari kelingkingnya didepan Rayyan.

"Iya gue janji" Rayyan mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking kecil Sena.

"Gue perginya bareng Arga" lirihnya pelan karena takut.

Rayyan menghembuskan nafasnya pasrah mendengarkan kejujuran adiknya itu, sebetulnya dia ingin marah tapi sudah berjanji untuk tidak marah.

"Harus ya Lo temenan sama Arga?" Tanya Arkan dengan nada datar. Dia berusaha menetralkan emosinya.

"Harus bang! Genk kita itu udah cocok berlima sama Arga" jawabnya dengan memelas.

"Lagian kenapa sih Lo, masih benci aja sama dia, Arga kan gak salah apa apa" bela Sena.

"Tetep aja Na, gue gak bisa" Rayyan menatap Sena sambil memaksakan senyumnya. Sena membalas senyuman kakaknya.

"Yaudah masuk sana" ucapnya sambil mengelus puncak kepala Sena lalu pergi kearah dapur.

Melihat Rayyan pergi kedapur dan terlihat sedang menuangkan air minum. Sena berjalan kemudian memeluk pinggangnya Rayyan.

"Maaf ya" lirihnya sambil memeluk erat pinggang kakaknya.

"Na... Lo itu orang yang paling berharga buat gue, wajar gue se protektif itu sama Lo" jelasnya sambil membalas pelukan Sena.

"Iya gue paham ko" Sena menatap mata Rayyan dengan lekat.

"Gue kan juga diamanahin sama ayah bunda buat jaga Lo" jelasnya lagi sambil menangkup kedua pipi Sena.

"Iya bang iya, Gue paham bener dah itu" ucapnya sambil tersenyum.

My Secret Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang