"Jadi kamu murid baru itu?"
Suara pak Muchtar, guru kesiswaan di SMA Airlangga mulai menggelegar di dalam ruang guru yang terlihat sepi. Maklum saja, jam masuk baru saja berbunyi sepuluh menit yang lalu, dan kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung seperti biasa, sehingga tidak ada satupun murid maupun guru yang berkeliaran di area sekolah. Kecuali Tristan, pemuda delapan belas tahun yang duduk di kelas 12 IPS-2 itu, ditugaskan untuk mengambil peta benua Eropa di ruang guru. Dan dia satu-satunya yang menjadi saksi hidup bagaimana seorang murid baru berjenis kelamin cewek, memprotes seorang Muchtar Ahmad, yang notabene dikenal sebagai guru yang paling tidak ramah seantero sekolah.
"Renata..."
"Nanta, pak." protes si gadis yang wajahnya tidak Tristan ketahui karena posisi gadis itu yang berdiri membelakanginya. "Nama saya Renanta David, bukan Renata. Ada 'N' nya. Re-NAN-ta."
Tristan tersenyum mendengar keberanian sang gadis bernama Renanta itu, dan tambah tersenyum lebar saat melihat ekspresi wajah pak Muchtar.
"Kamu protes sama saya?" seru Pak Muchtar membuat si Renanta berjengit kaget. "Disini itu saya yang guru, bukan kamu."
"Maaf pak, bukan begitu maksud saya, saya cuma membenarkan, karena banyak yang salah mengeja nama saya."
Pak Muchtar meletakkan sebuah buku dengan kasar, membuat Renanta kembali kaget.
"Sana masuk ke kelasmu, kelas 10-3 ada di lantai dua. Wali kelasmu Bu Hera, kebetulan beliau sedang mengajar di sana sekarang."
Tristan melihat murid baru itu keluar dari ruang guru sambil membawa sebuah map biru. Dengan buru-buru, dia juga segera menyusul keluar dari ruang guru lewat pintu yang satunya (karena ruang guru disana mempunyai 2 pintu masuk, yaitu ujung kanan dan ujung kiri) sebelum pak Muchtar memergokinya dan menceramahinya macam-macam.
Si Renanta berjalan pelan sepanjang koridor sekolah yang sepi, Tristan yang berjalan tujuh meter di belakang gadis itu sibuk membawa peta yang panjangnya hampir dua meter. Sekali lagi Tristan dibuat takjub oleh si Renanta, bukannya naik tangga menuju lantai dua dimana kelas 10-3 berada, gadis itu malah berjalan lurus seolah mengejar sesuatu. Dan Tristan baru sadar jika gadis itu sedang mengikuti Santiago alias Igo, ketua Osis baru di Sma Airlangga. Semua bermula ketika Igo turun dari lantai dua dan berbelok menuju arah berlawanan, laki-laki ganteng dan tinggi itu sempat menoleh ke arah Renanta, langkah selanjutnya sungguh bisa ditebak. Bukannya naik tangga dimana Igo baru saja turun, Renanta malah mengendap mengikuti pemuda itu, bahkan sekali-kali Renanta bersembunyi di balik pilar besar agar Igo tidak mengetahuinya. Hal itu membuat rasa penasaran Tristan memuncak, terutama saat Renanta mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam keberadaan Igo. Hal itu tidak berlangsung lama karena Igo tiba-tiba sudah masuk kedalam ruang Osis, akhirnya Renanta berbalik dan hampir memekik kaget saat mendapati seraut wajah tampan berhidung mancung bertatapan dengannya dalam jarak lumayan dekat.
"Wah... wah... sepertinya Igo punya penggemar baru." gumam Tristan.
praak...
Mereka baru sadar jika ponsel Renanta terjatuh.
"Ponsel gue." Renanta berjongkok untuk mengambil ponsel keluaran lama yang sudah menemaninya selama tiga tahun ini, dia meneliti ponsel itu dan mencari kerusakannya, ketika dirasa ponsel itu baik-baik saja, barulah Renanta menatap si tampan pengganggu yang membuatnya oleng dari Jungkook BTS. Dari badge yang terletak di lengan kanan si pemuda, sudah jelas dia adalah kakak kelas Renanta, dengan nama A. Tristan Giovanni.
"Kelas elo kan di lantai dua, ngapain elo disini?" seru Tristan.
"Kakak sendiri ngapain disini?" balas Renanta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene