Dan di part ini akan semakin banyak hujatan untuk Tristan
Selamat membaca...
I’m going under and this time I fear there’s no one to save me
This all or nothing really got a way of driving me crazy
I need somebody to heal
Somebody to know
Somebody to have
Somebody to hold
It’s easy to say
But it’s never the same
I guess I kinda liked the way you numbed all the pain
Now the day bleeds
Into nightfall
And you’re not here
To get me through it all
I let my guard down
And then pulled the rug
I was getting kinda used to being someone you loved
Gigi membiarkan Rene tidur siang itu, setelah kejadian yang tidak mereka mengerti Philip memang memintanya mengantar Rene pulang. Dan setelah menangis bersama hampir satu jam di kamar Rene, Rene malah memintanya pulang agar ia bisa tidur. Tanpa bertanya lagi Gigi pergi meninggalkan rumah paman Rene.
“Gue gak bisa maafin diri gue kalau dia mati Lip. Gue sayang sama dia.”
“Gue sayang sama dia.”
“Gue sayang sama dia.”
Bukankah kalimat itu sudah jelas, harusnya Rene sadar bahwa tidak semudah itu melupakan orang yang kita cintai. Apalagi itu adalah cinta pertama kita. Kamu terlalu bodoh Ren.
Setetes airmata Rene kembali jatuh, padahal ia tak ingin menangis lagi, kelopak matanya terasa berat karena terlalu banyak menangis. Tapi ini sangat menyakitkan, Tristan memberi ia cinta dan luka disaat yang bersamaan.
“Elo bisa nyelametin gue, elo bisa nyelametin Gigi dan Philip, kenapa elo gak bisa nyelametin dia? KENAPA HAH?”
Rene menggeleng saat mengingat kalimat itu, air matanya kembali turun dengan derasnya. Jika Rene bisa pun Rene ingin semua orang baik-baik saja, tapi Rene bukan Tuhan.
“TIDUR DAN BERMIMPILAH.”
Tangis Rene semakin pecah, seperti itukah ia dimata Tristan? Hanya sebagai mimpi saja?
Kalau tahu sakitnya jatuh cinta akan seperti ini, lebih baik sedari awal Rene tidak akan mengenal Tristan.
Jatuh cinta? Hah? Harusnya namanya bukan jatuh cinta? Karena kita merasakan cintanya dulu baru jatuh sakit karena cinta.
Sebenarnya apa salah Rene? Kenapa Tuhan begitu kejam padanya? Rene selalu berusaha menjadi anak yang baik, Rene tidak pernah membantah perkataan kedua orang tuanya, sejahat apapun perilaku mama papanya tetap Rene terima karena ia tidak mau menjadi anak durhaka. Ia juga tidak pernah iri kepada kedua saudara lelakinya, Rene sangat menyayangi mereka, Rene selalu berhati-hati dalam berbicara, tidak pernah mengumpat, tidak pernah bicara kasar, ia juga rajin berdoa. Apakah semua itu kurang sampai-sampai Tuhan mengujinya seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene