42nd. Somebody

3.5K 215 55
                                    

“Apa saja yang perlu disiapkan untuk menikah?” tanya Tristan pada Ivo, mereka sedang mengambil makanan yang tersedia secara prasmanan di sana. Tentu saja Tristan dan Ivo tidak hanya berdua, ada Rick juga disebelah mereka. Sedang para wanita sudah duduk cantik di salah satu meja sambil mengobrol dan menikmati makan malam mereka.

Tristan memang baru bergabung dengan rombongan Ivo malam ini setelah ia dan Rene mengurung diri di dalam kamar selama seharian. Jangan tanya apa saja yang sudah mereka lakukan sepanjang hari, karena yang pasti bukan hal yang patut dipublikasikan. Tristan benar-benar balas dendam terhadap penantiannya selama sepuluh tahun.

Ivo dan yang lain sepertinya mengerti tapi membiarkan saja dan tidak berkomentar demi kedamaian bersama.

“Memangnya dengan siapa kau akan menikah?” balas Ivo.

“Tentu saja dengan Rene, adikmu.” jawab Tristan dengan kesabarannya yang tidak pernah habis.

“Memangnya Rene mau menikah denganmu?”

“Tentu saja harus mau, bagaimana kalau dia hamil setelah ini?”

Tristan memang tidak memakai pengaman saat melakukan balas dendam tadi, ia pikir percuma juga memakai selain karena tidak punya, ujung-ujungnya dia juga akan menikah dengan Rene.

“Ganas juga kau.” komentar Ivo sambil memberikan senyum yang jarang ia tunjukkan, ia berpaling pada Rene yang tengah menikmati steaknya.

“Hey Ren... Burung Tristan tidak berdebu kan semalam?”

Semuanya langsung menoleh kaget pada Ivo karena perkataannya yang frontal. Untung saja jarak mereka tidak lebih dari lima meter, dan Ivo juga mengucapkannya dengan bahasa indonesia sehingga hanya mereka saja yang mengerti. Para tamu hotel mengacuhkan hal itu termasuk pada tindakan Rene yang diluar dugaan.

“Kau tidak lihat aku pegang apa?” seru Rene dengan tajam. Tangan kiri memegang garpu dan tangan kanan memegang pisau, dengan lihai Rene memutar benda itu di antara jarinya hingga membuat yang lain menelan ludah.

Dari tempatnya berdiri Ivo bisa melihat betapa mengkilapnya kedua benda itu saat berada di tangan Rene. Ia bahkan bisa mendengar efek suaranya. Criiingg..

Jika orang lain yang melempar mungkin tidak akan menimbulkan efek apa-apa pada Ivo, tapi beda lagi dengan Rene. Karena itu Ivo langsung berbalik memunggungi Rene.

“Aku lupa kalau dia jago melempar pisau dibanding aku.” gumam Ivo, ia bisa merasakan betapa panas punggungnya akibat tatapan Rene, karena itu ia mendekati Tristan dan bersembunyi dibalik tubuh pria itu.

“Sekarang siapa yang cemen?” gumam Tristan.

“Diam kau.”

“Apa kita akan duduk dengan mereka?” tanya Rick, ia jadi sedikit takut dengan kehadiran Rene.

“Kau mau cari mati ya kalau jauh dari mereka?” balas Ivo.

“Jadi… apa saja yang harus kusiapkan untuk mengurus pernikahan?” tanya Tristan membuat Ivo menghela nafas.

“Kau ini ngebet sekali ingin menikah?”

“Tentu saja. Bagaimana perasaanmu saat sudah bercinta dengan Meghan untuk pertama kali? Apa kau bisa menahannya lagi saat bertemu?”

Ivo dan Rick terdiam memikirkan hal itu, dan membenarkannya.

“Kau benar.” gumam Ivo menyerah.

“Kenapa kau tidak menyuruh orang saja untuk mengurusnya?” kata Rick.

“Aku ingin melakukannya sendiri. Menikah kan hanya sekali selama seumur hidup.”

“Tidak perlu kau urus. Rene sudah menyuruh kakek untuk mengurusnya.”

SOMEBODY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang