Selamat pagi menjelang siang, double up untuk hari ini 🙌🙌😘
Rene benar-benar memikirkan ucapan Gigi malam itu, ia sampai tidak bisa tidur meski sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Setelah mereka menangis bersama siang tadi, Gigi langsung memanggil penata riasnya untuk membenahi make upnya yang luntur, begitu pula dengan Rene. Ia lalu bergabung bersama yang lain menikmati makan siang dan baru kembali ke kamar saat sore hari. Sesekali ia menangkap tatapan Tristan padanya, tapi tak ia hiraukan. Belum saatnya ia memikirkan Tristan lagi. Yang membuat ia belum bisa memaafkan Tristan adalah nama itu, nama yang Tristan sebut saat merenggut kesuciannya. Helena.
Sampai sekarang pun Rene masih ragu kalau Tristan sudah bisa melupakan ibu tirinya. Tapi Gigi bilang, sejak pergi ke Amerika Tristan sudah tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di Indonesia, entah apa sebabnya. Apakah itu berarti Tristan sudah melupakan Helena?
Bahkan sampai saat ini Rene belum bisa membayangkan jika Tristan menikah dengan wanita lain. Melihat Tristan berdansa dengan seorang perempuan saja membuat darah Rene mendidih. Kalau tidak salah Tristan tadi berdansa dengan salah satu sepupu Philip, dan wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu tidak henti-hentinya tersenyum saat berhasil membawa Tristan ke lantai dansa. Rene bahkan sudah lupa siapa namanya tadi.
Sepanjang siang ia menemani Gigi dan sesekali mengobrol dengan Mita, teman sekelasnya yang dulu yang merupakan sepupu Philip juga. Ternyata keluarga Philip sangat banyak, dan dari berbagai profesi. Mita contohnya, dia bekerja sebagai akuntan dan sudah mempunyai satu anak. Ada lagi sepupu Philip yang dikenalkan padanya, namanya Jason dan tidak bisa berhenti melongo saat berkenalan dengannya tadi.
Tok.. tok..
Rene menoleh kaget ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, rupanya salah seorang abk perempuan. Ia memberikan segelas coklat hangat untuknya atas perintah Gigi.
“Terima kasih.” ucap Rene sambil menerima gelas tersebut.
Ia menutup pintu kamar dan meneguk cokelat hangatnya lalu kembali berbaring. Perlahan demi perlahan ia mulai mengantuk, tapi sebelum benar-benar menutup mata ia membuat komitmen bahwa harus berbicara dengan Tristan secara baik-baik. Entah kapan.
Beberapa jam kemudian Rene tidak sadar bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Orang tersebut melihat Rene yang tertidur pulas sebelum menarik selimut Rene lepas dari tubuhnya.
##SOMEBODY-33##
Rene terbangun karena teriknya cahaya matahari yang masuk menusuk indra penglihatannya. Semilir angin dan ayunan kapal akibat ombak. Seingat Rene, langit-langit dikamar kabinnya tidak setinggi ini dan tidak sebiru ini, tempat tidurnya juga tidak sekeras ini. Setelah mengerjapkan mata Rene akhirnya terduduk dan mendapati Tristan sedang bertopang dagu melihat ke arahnya. Salah satu alis pria itu terangkat dan berkata,
“Akhirnya kau bangun juga.”
“Dimana ini?” Rene menoleh kanan -kiri.
“Apa kurang jelas?” Tristan membentangkan kedua tangannya, “Birunya air dan birunya langit. Kita ada di tengah lautan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene