“Gue minta maaf ya, elo jadi keseret kasus gue sama Efrika.” kata Philip malam itu.
Rene mengangguk mengerti, “Hubungan kakak dengan miss Efrika bagaimana?”
Philip mengangkat bahu, “Dia gak bisa dihubungi dari tadi, mungkin sekarang dia sedang minum dan merokok dengan teman-temannya.”
Rene syok mendengar hal itu, benarkah seorang guru bisa berbuat hal demikian.
“Jangan kaget gitu dong, Ren. Muka Efrika gak sebaik kelihatannya, apalagi status dia sebagai janda. Gak heran kalau dia ngelampiasin semuanya ke rokok dan minuman keras.”
“Emang apa yang buat kakak suka sama dia?”
Philip terlihat berpikir sebelum menjawab, “Gak tahu juga sih, awalnya gue pernah mergokin dia mabuk, terus dia jadi suka curhat, gue juga kadang curhat ke dia. Tapi seringnya dia yang cerita-cerita ke gue, lama kelamaan kita jadi deket dan… seperti itulah.”
“Kakak suka sama miss Efrika?”
Pertanyaan Rene membuat Philip terdiam, tadi sore ia memang menasehati Tristan mengenai perasaan. Nyatanya dia tidak mempunyai perasaan apa-apa pada Efrika, ia mulai merasa jenuh dengan hubungan mereka yang tidak berujung. Philip pun tertawa memikirkan hal itu dan membuat Rene kebingungan.
“Kak Philip kok malah ketawa sih?”
“Gak pa-pa. Makasih ya.” Philip mengusap kepala Rene dengan lembut. Detik berikutnya tangannya sudah dipukul oleh Tristan.
“Kenapa elo pegang-pegang kepala dia sih?”
“Ya ampun pegang doang. Pelit banget sih.”
Ting… tong…
“Bukain tuh pintu.” perintah Tristan pada Philip.
“Resek loe.”
Philip pun tetap beranjak membuka pintu, meninggalkan Tristan yang sedang membenahi rambut Rene yang tidak berantakan sama sekali.
“Lain kali jangan mau dipegang-pegang Philip.” ujar Tristan pada Philip.
“Tan?”
Panggilan Philip membuat Tristan menoleh, ia langsung terpaku mendapati Edo dan Helena berdiri di belakang Philip dengan raut wajah penuh emosi. Tristan bisa menebak bahwa Helena sudah melaporkan keberadaan Rene pada papanya, untuk pertama kali dalam lima tahun terakhir Tristan mengenal Helena, Tristan merasa benci pada wanita yang kini menyandang status sebagai ibu tirinya tersebut.
“Pulang sekarang atau perempuan itu yang pergi?” Edo menunjuk Rene dan membuat amarah Tristan bangkit. “Papa tidak melarangmu untuk pacaran, tapi papa tidak suka jika caranya seperti ini. Perempuan apa yang mau tinggal berdua saja dengan seorang laki-laki?”
“Aku akan pulang tapi aku ingin papa minta maaf pada Rene. Aku yang memintanya tinggal disini.” balas Tristan.
“Papa tidak mau tahu. Kemasi barangmu sekarang!! Papa tunggu.”
“Minta maaf dulu.”
“TRISTAN!!”
Rene akhirnya berbisik untuk menenangkan Tristan, “Udah kak, aku gak papa.”
“Sepuluh menit kamu tidak selesai, papa yang akan menyeret perempuan itu pergi dari sini.”
Tristan pergi menuju kamarnya dan membanting pintu, membuat mereka terlonjak kaget.
“Sedang apa kamu disini Philip?” tanya Edo pada Philip yang sedang berdiri di sebelahnya.
“Main om.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene