38th. Somebody

1.5K 217 75
                                    

Helena mendesah bahagia saat ia mengusap dada telanjang Tristan. Ia baru saja selesai mandi dan hendak menuju dapur ketika melihat pintu kamar Tristan setengah terbuka, ia yang sengaja mengintip terbelalak kaget mendapati anak tirinya itu tertidur pulas sambil bertelanjang dada. Helena pun tergoda dengan dada bidang itu dan tidak sadar bahwa ia sudah mendekat lalu mengulurkan tangan untuk mengusapnya. Dan hal itu membuat Helena gila, ia mengusapnya terus sambil memejamkan mata dan membayangkan banyak hal tak senonoh. Tapi khayalan itu langsung buyar saat tubuhnya didorong hingga jatuh, dilihatnya Tristan sudah terbangun dan menatapnya penuh kemarahan.

“Apa yang kau lakukan disini jalang?” desis Tristan, ia menoleh kesana kemari mencari keberadaan Ivo yang seharusnya tidur dengannya. Kemana perginya pria itu sehingga Helena bisa masuk?

“Aku hanya ingin membangunkanmu, ini sudah hampir siang.” kata Helena sambil bangkit berdiri. “Sarapan pun sudah disiapkan.”

“Pergi.” usir Tristan.

Helena menyeringai nakal padanya, “Aku tidak tahu kalau kau suka tidur tanpa baju.”

“Kau mau pergi sendiri atau aku yang akan menyeretmu keluar?”

“Jangan galak-galak dong Tristan.”

Helena pun pergi sambil melirik ke arah Tristan terus menerus. Tristan bergidik jijik dan berlari ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang sudah disentuh Helena. Ia menyabuni tubuhnya sampai lima kali dan menggosoknya kuat-kuat hingga kulitnya terasa perih dan membilasnya belasan kali sebelum akhirnya keluar dari dalam kamar mandi satu jam kemudian.

“Kemana mereka?” gumam Tristan sambil berkacak pinggang melihat halaman depan rumahnya. Setelah berpakaian Tristan memang mencari keberadaan Rene, Meghan, dan Ivo. Tapi tak satupun dari antara mereka yang ia temui. Akhirnya ia kembali masuk ke dalam rumah dan bertanya pada pembantunya.

“Bi Yati tahu Rene pergi kemana?”

Bi Yati menoleh pada tuan mudanya yang baru saja memasuki dapur, perutnya yang mulas sudah membaik setelah diberi obat. Karena itu bi Yati kembali bekerja di dapur.

“Non Rene bibi suruh ke pasar tadi pagi den sama non Meghan, tapi gak tahu kenapa jam segini malah belum pulang. Padahal berangkatnya jam tujuh tadi.”

Tristan melirik jam dinding yang ada di dapur, pukul sebelas lewat lima menit. Itu berarti Rene dan Meghan sudah pergi selama empat jam.

“Kalau Ivo, bibi tahu dia pergi kemana?”

“Den Ivo pamit pergi jam setengah sembilan tadi den, tapi gak bilang mau pergi kemana.”

“Makasih bi.” Tristan kembali kedalam kamarnya untuk mengambil ponsel, ia mengabaikan panggilan Helena yang mengajaknya makan. Ia coba menghubungi nomor Meghan, dan beruntung wanita itu mengangkat panggilannya pada deringan pertama.

“Kamu dimana sih?”

“Lagi di jalan, sepuluh menit juga sudah sampai rumah kamu.”

“Rene sama kamu?”

“Ada tuan, mau ngomong? Nich….”

Dan tubuh Tristan rasanya seperti disiram air dingin saat mendengar suara Rene. Terasa melegakan dan membuat nyaman.

“Ada apa Tan?”

“Kenapa kamu pergi gak bilang-bilang sih?”

“Maaf… kamu tidurnya pulas banget sih. Aku juga gak ada rencana pergi lama sama Meghan.”

Tristan mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya, benar saja itu mobil yang Rene kendarai di belakangnya muncul mobil yang Ivo kendarai bersama kakek Wayan.

SOMEBODY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang