“Aku hanya ingin mengambil motor pemberian kakek Wayan.” kata Tristan pada papanya yang berdiri di balik pintu.
Albert Eduard masih terlihat tampan dan berwibawa meski sudah berusia 42 tahun, matanya yang tajam ketika marah sepertinya menurun pada Tristan, bahkan keseluruhan dari wajah itu sepertinya tidak berbeda jauh dari Tristan. Rene jadi penasaran seperti apa wajah mama kandung Tristan, karena wanita yang berdiri di samping Edo kini sudah dipastikan adalah Helena, sang mama tiri sekaligus cintanya Tristan.
“Mas… biarkan Tristan masuk dulu.” suara Helena sangat halus dan lembut. Begitu juga dengan wajahnya, Rene merasa rendah diri dihadapan wanita cantik itu. Bagaimana ada wanita yang terlihat begitu sempurna dalam segala perspektif seperti ini. Senyumnya, rambutnya yang tertiup angin, gerakan tangannya, semua begitu anggun dan sedap dipandang. Pantas Tristan menaruh hati pada wanita ini.
“Ini siapa?” wanita muda itu tersenyum manis pada Rene. “Teman Tristan ya?”
Belum sempat Rene menjawab, mulut Tristan langsung menyahut.
“Pacarku.”
Mata Rene terbelalak kaget mendengar hal itu, apalagi saat tangan Tristan menggenggam tangannya dengan erat.
‘Sejak kapan gue jadi pacar kak Tristan?’ batin Rene kebingungan.
“Kamu masih sekolah tapi sudah berani pacaran?” kata Edo cukup tajam. Helena terlihat memegang dada suaminya untuk menenangkan emosi pria itu.
“Ayo Ren.”
Tristan mengajak Rene menuju garasi mobil.
“Kunci motornya ada di dalam.” seru Edo membuat langkah Tristan terhenti. “Kalau kamu butuh, ambil sendiri.”
Tidak menjawab dan tidak menoleh, Tristan malah menyeret Rene kembali ke arah pagar. Sepertinya pemuda itu mengajaknya pulang tanpa mengambil motor.
“ALBERT TRISTAN GIOVANNI.” teriak Edo dengan lantang.
Para satpam dan pembantu terlihat mengintip untuk melihat keadaan.
“Berani kamu selangkah saja keluar dari rumah ini, kamu bukan anak papa.” kata Edo.
“Mas…” rengek Helena.
“Diam Helena. Anak pembangkang ini harus diberi pelajaran.”
“Aku memang sudah bukan anak papa lagi. Bukankah papa akan punya anak sendiri?”
Jawaban Tristan tentu tidak diduga Edo sama sekali. Bagaimana putranya ini tahu jika Helena sedang mengandung? Edo bahkan baru memeriksa keadaan Helena minggu lalu, sedangkan Tristan sudah lama sekali tidak pulang. Alasan ia ada di rumah hari ini pun karena Helena yang sedang tidak enak badan dan ingin ditemani olehnya di rumah. Tidak disangka Tristan akan datang hari ini.
Edo baru ingat bahwa pamannya Wayan, yang Tristan panggil dengan nama kakek Wayan memang mengetahui tentang kehamilan Helena, dari beliau kah Tristan tahu mengenai hal itu?
“Kalau tidak ada lagi yang ingin papa katakan, aku pergi dulu.”
“Tunggu.”
Lagi-lagi Edo berhasil menghentikan langkah Tristan.
“Pak Kardi tolong ambilkan motor Tristan di garasi, kunci motornya ada di tempat biasa.” perintah Edo pada pak Kardi yang terlihat memantau situasi. Beliaulah yang selalu menjadi penengah diantara perseteruan Edo dan Tristan belakangan ini.
“Baik tuan.” pak Kardi langsung masuk tergopoh-gopoh dan meminta Tristan untuk menunggu juga.
“Tristan… masuk dulu ya. Papa dan mama menunggumu untuk makan siang bersama.” seru Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene