Semua berjalan seperti biasa, Rene sudah tidak pernah bermimpi lagi, bahkan ketika semester baru telah dimulai. Kelas 12 sedang persiapan untuk ujian nasional, mereka disibukkan oleh ini dan itu, dan Rene tidak pernah berhubungan lagi dengan Tristan. Setiap kali ia ke rumah Gigi, pemuda itu selalu tidak ada. Kata Gigi sejak dua bulan terakhir, Tristan memang jarang pulang kerumahnya. Apalagi setiap berangkat dan pulang sekolah Tristan selalu nebeng di mobil Philip
Setiap kali mereka tidak sengaja berpapasan, selalu Philip lah yang menyapa, Tristan hanya melengos sambil lalu. Rene sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, ia malah senang, satu-satunya teman terbaik di dunia ini hanyalah Gigi. Seperti sekarang, disaat Rene malas ke kantin, gadis bermata sipit itu membawa banyak kue untuknya, tidak lupa dengan milk tea kesukaannya.
"Aih thank you.." ucap Rene saat menerima pemberian Gigi.
"Ya ampun itukan tugas buat minggu depan, kenapa elo kerjakan sekarang?" seru Gigi saat melihat lembar tugas yang sedari tadi Rene tekuni.
"Gue lagi gabut nih."
Suara teriakan dari arah luar membuat Rene penasaran.
"Ada apaan sih kok rame banget di luar?" tanya Rene ia mulai memakan donat kesukaannya.
"Kak Tristan lagi tanding basket, lihat yuuk. Kapan lagi lihat cowok ganteng main basket."
Rene menggeleng, "Enggak ah..."
"Ayo... dari atas saja."
Gigi menarik Rene keluar kelas, dan benar saja sepertinya hampir seluruh isi sekolah sedang melihat permainan basket Tristan melawan..
Mata Rene hampir melotot saat melihat siapa lawan Tristan. Si ketua osis, Santiago, idolanya Rose.
Pantas saja seluruh sekolah heboh, cowok ganteng lawan cowok ganteng, ambyar sudah hati para siswi. Dan lagi-lagi Rene hampir memekik kegirangan melihat betapa gantengnya Tristan saat memakai headband, cowok itu juga sepertinya jago main basket. Apalagi jika dipasangkan dengan Philip, teriakan dan jeritan tambah bergema, sampai-sampai Rene harus menutup telinganya.
Selama sepuluh menit mereka bertanding, dan poin tertinggi dipegang oleh tim Tristan, mereka hanya selisih empat angka dari tim Igo. Rene bisa melihat Tristan menepi dan menerima sebuah botol minum dari seorang gadis yang cukup manis, dalam sekejap air di botol sedang itu langsung ludes, Tristan sedang menerima botol kedua ketika matanya tidak sengaja melihat sosok Rene di lantai dua.
Gadis itu tambah cantik dan menggemaskan, bahkan Rene sering menjadi bahan pembicaraan teman-teman sekelasnya, dan mungkin seisi sekolah. Sayangnya tidak ada yang berani mendekat, Rene selalu menatap setiap lelaki dengan pandangan sinis, jadilah teman-teman Tristan hanya dapat mengagumi Rene dari kejauhan. Seperti yang Tristan lakukan akhir-akhir ini, ia memang sengaja menghindari Rene, jika ia melihat Rene hendak ke kantin, maka ia akan berbalik pergi. Philip bahkan dibuat heran dengan tingkahnya, tidak ada yang salah dengan Rene, yang salah justru pikirannya. Setiap malam Rene selalu muncul di mimpinya dalam bentuk bayangan yang tidak senonoh, semua karena Philip, sejak laki-laki sipit itu meracuninya dengan film biru, pikiran Tristan jadi terkontaminasi. Dan anehnya malah wajah Rene yang sering muncul menghantuinya, karena itulah Tristan menjauh, kalau mereka tidak sengaja berpapasan Tristan akan cepat-cepat melengos, sebelum pikirannya membentuk gambar Rene tanpa pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene