Mereka mendengar suara helikopter yang mendekat, benar saja Tristan melihat benda itu dari kejauhan.
“Sepertinya sudah saatnya kita kembali ke dunia nyata.” kata Tristan, ia berdiri dan melihat helikopter itu menurunkan sebuah tangga tali ke arahnya.
“Kau bisa naik ke atas dengan ini?” teriak Tristan pada Rene.
“Kau meremehkanku ya?” balas Rene akhirnya ia berdiri di sebelah Tristan.
“Bagaimana dengan tanganmu? Bukankah baru sembuh?” Tristan terlihat khawatir.
“Kau benar-benar tidak mengenalku.”
“Aku hanya mengkhawatirkanmu.”
“Kau dulu atau…”
“Tentu saja kau yang lebih dulu.” Tristan memberikan tangga berbentuk tali itu pada Rene. Ia bisa melihat betapa lihainya Rene naik ke atas tanpa kesulitan, meski kadang harus berhenti di tengah-tengah akibat tiupan angin.
Setelah yakin Rene sudah masuk di dalam helikopter, Tristan mulai menggulung lengan kemejanya dan mulai memanjat naik. Semalam setelah ikut berpesta Tristan memang tidak sempat ganti baju, begitu masuk ke dalam kamar ada seorang abk yang mengantar susu hangat padanya agar ia bisa beristirahat. Tristan pikir setelah minum susu tersebut ia akan mandi, ganti baju dan tidur. Nyatanya ia malah langsung terkapar tidak sadarkan diri sampai terbangun di atas kapal sekoci tadi.
Ia hampir saja berteriak kaget mendapati Rene tertidur di atas badannya. Untuk sementara waktu ia membiarkan itu berlangsung lama karena kapanlagi ia bisa berdekatan dengan Rene seperti tadi. Lalu ia sadar bukan hanya ia saja yang senang dengan kedekatan itu, tapi hasratnya juga. Karena itulah Tristan langsung bangun dan membenahi tidur Rene agar nyaman. Ia bersyukur wanita itu tidur dengan pulas sehingga tidak sadar bahwa ia mengusap pipi dan mengelus rambutnya sebagai bentuk obat rindu.
Wanita secantik dia mau dilepas begitu saja? Maaf Tristan bukan orang bodoh. Jika banyak rintangan untuk mendapatkan Rene itu berarti Rene bukan wanita sembarangan, Rene memang pantas diperjuangkan. Karena itu Tristan tidak akan menyerah untuk mendapatkannya.
Tristan sampai ke dalam helikopter dan duduk di sebelah Rene, ia memasang sabuk pengaman dan melihat dua orang petugas yang menolongnya. Ia mengenal mereka sebagai salah satu pegawai Hadden Air.
“Selamat siang mr. Albert, nama saya James dan ini teman saya Hans.” pria itu menunjuk temannya yang sedang mengambil alih kemudi helikopter.
“Kami diperintahkan mr.Hadden untuk menjemput anda.” kata James membuat Tristan tahu bahwa kakeknya juga ikut terlibat.
“Darimana kalian?” tanya Tristan.
“Dari anak cabang Hadden yang berpusat di Brisbane, saat ini kita berada sekitar 57 km dari lepas pantai selatan australia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene