"Ayo masuk... masuk..." ujar Gigi ketika membukakan pintu untuk Rene pagi itu. Sekarang hari minggu, Rene memang berjanji akan kerumah Gigi untuk mengerjakan tugas kelompok, dan disinilah Rene sekarang.
"Langsung naik ke atas aja, kamar gue ada di lantai atas. Gue buatin minum dulu oke?!?"
Gigi mendorong Rene menuju tangga, sedangkan gadis bermata sipit itu berlalu menuju dapur untuk membuat minuman. Ia senang sekali ketika Rene mau berkunjung kerumahnya. Pertemanan mereka yang sudah berjalan lebih dari dua minggu pun, semakin dekat. Setiap kali pulang sekolah mereka akan duduk bersama di halte, untuk menunggu bus mereka datang. Sayangnya mereka berbeda jurusan saat pulang, jadilah biasanya Gigi yang menunggu Rene pulang duluan, karena kalau sampai Rene ditinggal sendirian justru berbahaya.
Rene memiliki wajah cantik dan polos dan sering menjadi sasaran para pemuda untuk diajak kenalan, karena itu Gigi lebih sering menemani Rene menunggu bus hingga bus Rene datang, barulah ia yang pulang. Hubungan spesial yang terjadi antara Rene dan Tristan ternyata hanya hubungan iseng belaka, buktinya setelah kejadian di kantin dulu, Tristan sudah tidak pernah satu meja lagi dengan mereka. Malah kalau mereka tidak sengaja papasan, Tristan yang lebih dulu melengos seolah mereka tidak saling kenal. Yang aneh adalah kelakuan Rene. Disaat semua cewek mencoba menarik perhatian Tristan, cewek berkulit pucat tersebut justru ingin menghindari Tristan dan segala hal pembicaraan yang berhubungan dengan Tristan. Kata Rene, dia sudah hilang respect pada Tristan sejak pandangan pertama.
Bahkan ketika Gigi menyuruhnya kerja kelompok di rumahnya, Rene langsung menolak, mengingat Tristan adalah sepupu Gigi yang tinggal bersama Gigi. Tapi dengan seribu satu cara, akhirnya Rene mau datang ke rumahnya.
"KELUAR...!!!"
Teriakan itu membuat Gigi kaget, dari suaranya terdengar seperti suara Tristan. Buru-buru Gigi naik ke atas untuk melihat keadaan, tepat pada saat itu Tristan membanting pintu kamarnya di depan wajah Rene.
"Ren...?"
Rene menoleh dengan wajah pucat dan tubuh gemetar.
"Sorry Gi... Gue salah masuk kamar." bisik Rene membuat Gigi didera rasa bersalah. Ia lupa memberitahu Rene dimana kamarnya berada, lagipula biasanya Tristan selalu mengunci rapat kamar tidurnya.
Gigi tahu pasti Tristan marah besar pada Rene, ia dan orang tuanya saja tidak ada yang berani masuk kedalam kamar Tristan. Apalagi Tristan kalau sedang marah sangatlah menyeramkan.
"Sorry juga ya, Ren. Gue lupa ngasih tau letak kamar gue. Sini.." Gigi menarik Rene memasuki kamar yang letaknya ada di sebelah kamar Tristan.
Gigi bisa merasakan ketakutan Rene dari tangannya yang dingin dan masih terasa bergetar. Gadis ini pasti belum pernah dibentak sedemikian rupa, berkali-kali Gigi menggumamkan kata maaf.
"Gue pikir tadi kamar elo, soalnya dinding kamarnya warna kuning, kuningkan warna kesukaan elo." kata Rene memberitahu kejadian yang baru saja terjadi. Barulah Rene sadar bahwa kamar Gigi yang ini juga berwarna kuning.
"Semua kamar di rumah ini memang berwarna kuning, Ren. Dan biasanya kak Tristan kunci pintu kamarnya kok."
"Tapi tadi kebuka dikit kok Gi, gue pikir ya kamar elo. Soalnya banyak foto polaroid yang digantung di dinding."
Perkataan Rene membuat Gigi jadi tahu seperti apa kamar Tristan, jujur saja sejak Tristan menempati kamar itu 3 tahun lalu, tidak sekalipun Gigi tahu isi di dalamnya. Tristan bahkan tidak pernah mengundang teman-temannya masuk kesana, kecuali Philip, sahabat baik Tristan sejak kecil. Gigi juga tidak berani mencari tahu atau ia akan kena marah, pernah sekali waktu saat Tristan baru pindah kemari, Bi Umi, pembantu di rumah Gigi tidak sengaja masuk ke kamar Tristan untuk membersihkan kamar tersebut, Tristan yang mengetahui hal itu langsung marah besar dan melarang siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya. Sejak saat itu tidak ada yang berani masuk ke dalam kamar Tristan, sampai kejadian Rene ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEBODY [END]
RomanceTidur dan bermimpilah - Tristan Mungkin Tuhan sedang bermain dengan takdir - Rene