"Tenang saja, sesuatu yang sudah
di takdirkan untukmu tidak akan
menjadi milik orang lain".🦋🦋🦋
Vania mengedarkan pendangan nya, bingung dengan tempat pemberhentian mereka sekarang. Vania segera turun menuruti ucapan Zaki walau ia masih tak mengerti dimana tempat ini. Zaki tidak mengantarnya pulang.
"Ini tempat apa, Ki?" tanya Vania.
"Ayo." ajak Zaki.
Mereka berdua berjalan keluar dari parkiran, melangkah dengan pasti masuk ke dalam gedung yang cukup tinggi tersebut.
Zaki menaiki anak tangga satu persatu, Vania mengikuti dengan ekspresi takut dan canggung, banyak pasang mata yang memandang mereka berdua.
Tepat di lantai dua, Zaki masuk ke dalam lift, dan lagi-lagi Vania hanya mengikuti nya saja. Sampai akhirnya mereka berdua keluar dari lift di lantai paling atas, Zaki masih terus berjalan tak menjelaskan apapun. Laki-laki itu masuk ke pintu tangga darurat dan menaiki satu per satu anak tangga. Sampai tiba di sebuah pintu. Zaki membuka nya dan keluar dari sana.
Dan, akhirnya Vania tau ke mana Zaki membawa nya. Mereka berdua saat ini berada di rooftop gedung.
Mulut Vania sedikit terbuka, pemandagan yang sangat indah terpancar jelas di kedua mata nya. Meskipun sinar matahari masih menyengat cukup panas, namun tak menghalangi keindahan yang bisa dilihatnya di atas gedung.
Angin berhembus menerpa wajah Vania, menerbangkan beberapa helai rambut Vania yang terlepas dari jedai nya. Vania tersenyum kecil menyegarkan pikiran nya.
Gedung tempat kedua kaki Zaki dan Vania berpijak saat ini adalah gedung perpustakaan milik teman orangtua Zaki. Zaki sangat sering kesini saat mood nya sedang tidak baik, untuk membaca buku atau hanya sekedar menikmati hembusan angin dari atas gedung.
"Zaki," panggil Vania. "Lo sering kesini?" tanya Vania.
"Sering, biasanya kalau ada kesempatan keluar pondok, gua ke sini." jawab Zaki.
"Sendiri?" tanya Vania.
"Iya sendiri. Lo orang pertama yang gua ajak ke sini." ucap Zaki sambil berjalan terus sampai ujung pembatas tembok. Lalu setelah itu duduk di atas sana.
Vania menahan kesaltingan yang ada pada diri nya. Sepertinya sekarang pipi nya sudah berubah menjadi merah.
Mereka berdua terdiam, terjadi keheningan untuk beberapa saat, menikmati keindahan di sekitar mereka.
"Ki .." panggil Vania lagi.
"Hmm?"
"Soal pertanyaan-pertanyaan konyol gua semalam, gua minta maaf."
Zaki terdiam mencoba mengingat-ingat isi chatan nya bersama gadis di samping nya ini semalam.
"Aman aja," ucap Zaki cengengesan. "Lo mau minum apa?" tanya Zaki lagi.
"Emang disini ada yang jual minum, Ki?" tanya Vania dengan polos nya.
"Ada." jawab Zaki.
![](https://img.wattpad.com/cover/181154294-288-k610245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Подростковая литератураAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...