"Saling menatap tanpa berkata, itu kita.
Diam-diam berharap tanpa
berkata, itu aku."🦋🦋🦋
Persiapan acara lomba PMR sudah di mulai. Para anggota PMR yang ikut serta ke gedung PMI sudah berada di depan ruang PMR.
Kali ini Vania tidak bisa ikut serta mendampingi peserta lomba karena ia harus mengerjakan tugas mencatat setengah halaman buku paket, dan deadline nya adalah besok.
Vania dan Lula membantu mereka mempersiapkan alat-alat. Hanya enam orang yang ikut berangkat, empat peserta, Raihan, dan sang pembina eskul ikut mendapingi mereka.
Setelah keberangkatan mereka semua, Vania dan Lula kembali ke kelas. Di jam istirahat mereka berdua memilih untuk mencatat tugas gila yang di berikan guru bahasa indonesia.
"Gara-gara tugas ini kita nggak bisa ikut ngedampingin mereka." ucap Lula kesal.
"Iyaa gua juga kesel banget, kenapa sih harus nyatet sebanyak ini? Buku paket juga kan di bawa pulang, bisa kali belajar pake buku paket." ucap Vania tak kalah kesal nya.
Semua isi kelas mendadak menjadi hening melihat anak kelas lain masuk ke dalam kelas mereka. Mereka menatap heran, sebagian dari mereka mengenal siswi itu, siswi yang terkenal sebagai anak tari di SMA Angkasa.
Brak!
Vania dan Lula terjingkat kaget karena gebrakan meja seseorang di depan nya.
"LO BISA BERHENTI DEKAT SAMA RAIHAN?"
"Ad—Adel?"
"IYA GUA, KENAPA?! GUA UDAH PERINGATIN LO KEMARIN! GUA YAKIN LO NGGAK TULI, KAN?!
Aktivitas seisi kelas berhenti. Mereka menatap kejadian di hadapan mereka.
Tiba-tiba Adel dengan sengaja mengguyur Vania dengan es jeruk. Vania mematung di tempat nya, akhirnya yang ia takutkan terjadi lagi. Setelah hampir setengah tahun hidupnya tenang karena tidak ada lagi yang mem-bully-nya secara terang-terangan, kini semua itu terjadi lagi di sekolah baru nya.
"APA-APAAN, Lo??!" Hawa sudah semakin panas, Lula sedari tadi sudah menggenggam tangan nya kuat, bersiap untuk menonjok perempuan di depan nya.
"GUA NGGAK ADA URUSAN SAMA LO!" ucap Adel kepada Lula.
Vania berdiri dari duduk nya, ia tidak akan membiarkan diri nya di perlakukan seperti ini lagi. Ia tidak salah, ia sudah berusaha mati-matian untuk tidak berdekatan dengan Raihan. Tapi bagaimana pun juga, Raihan adalah ketua di eskul nya.
Vania melihat ke arah Adel dengan tatapan yang mendetail. Seragam sekolah ketat dan pendek yang dikenakan Adel seperti sengaja dikecilkan. Tak hanya itu, Vania juga menyadari jika make up yang digunakan amat sangat menor, sama seperti Ana.
PLAK!
Vania menampar gadis itu dan membuat semua yang menyaksikan terkejut.
"HEH! DASAR ANAK BARU! BERANI LO SAMA GUA?!" ucap Adel dengan keras.
"EMANG NYA LO SIAPA HARUS DI TAKUTIN?! MAKSUD LO APA GUYUR GUA PAKAI ES GINI?!" ucap Vania tak terima.
![](https://img.wattpad.com/cover/181154294-288-k610245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Ficção AdolescenteAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...