"Aku sudah tak menginginkan
lagi sesuatu di dunia ini, aku sudah
mengambil jatah bahagiaku saat
memilih mencintaimu."🦋🦋🦋
Vania sekarang berdiri tepat di depan pintu ruang musik, ia menarik nafas nya untuk menetralkan diri nya dan juga jantung nya. Vania membuka pintu ruangan itu, perlahan ia masuk ke dalam sana dan menutup kembali pintu itu. Vania duduk di kursi panjang berwarna putih yang memang di sediakan di dalam ruangan tersebut.
Vania kira diri nya lah yang pertama datang ke sini. Ternyata perkiraan nya salah, sudah ada Zaki yang lebih dulu di sana. Vania tak melihat Zaki tadi saat masuk ke dalam ruangan.
"Sejak kapan lo di sini?" tanya Vania keheranan.
"Lima menit sebelum lo masuk." jawab Zaki.
Vania menganggukkan kepala nya, mungkin tadi ia tak melihat ada Zaki di sana makanya ia sedikit terjingkat kaget saat melihat ada Zaki yang sedang duduk di antara alat-alat musik.
"Kalau mau latihan sekarang aja. Soalnya magrib gua harus udah ada di pondok." ucap Zaki.
"Makasih ya udah mau di repotkan." ucap Vania.
"Nggak masalah." ucap Zaki.
Zaki memberikan satu buah gitar kepada Vania, "Lo pakai gitar yang ini, biar gua pakai yang lain nya."
Vania menurut, kemudian ia memperhatikan cara Zaki meletakkan gitar sebagaimana posisi nya untuk di mainkan.
"Sebenarnya cara main nya mudah, sebelum menyetel senar gitar, Lo perlu tahu nama masing-masing senar. Dimulai dari atas yang paling tebal, lalu ke bawah yang paling tipis adalah E, A, D, G, B, dan E." ucap Zaki dengan nada bicara yang lembut.
Vania menatap Zaki, laki-laki di hadapan nya ini mengajari nya dengan sangat lembut.
"Kita coba ya?" ucap Zaki.
"Boleh." jawab Vania.
Vania memperhatikan tangan Zaki yang memetik gitar. Posisi mereka sekarang saling berhadapan satu sama lain.
Vania terlihat begitu kesulitan memetik gitar, ini adalah kali pertama gadis itu belajar main gitar dan pertama kali dalam hidup nya memangku gitar sebagimana mesti nya alat musik ini jika mainkan.
Zaki berdiri, ia berjalan ke arah belakang Vania. Zaki menuntun tangan Vania untuk memetik gitar dengan cara yang benar. Vania melihat jelas sekarang tangan nya sedang dalam pegangan Zaki. Ini tambah membuat diri nya tidak bisa konsentrasi.
"Gini cara nya." ucap Zaki.
Vania menoleh ke arah belakang dan sedikit mendongakkan kepala nya ke atas. Kedua mata itu saling bertemu satu sama lain, jarak mereka sekarang benar-benar sedekat itu. Vania bisa melihat dengan kelas wajah Zaki, mata nya, alis nya, serta hidung mancung yang dimiliki laki-laki itu.
Setelah beberapa detik, Zaki menyadari itu, laki-laki itu memalingkan wajah nya ke tempat lain dengan wajah yang masih datar.
"Kita ulangin ya." ucap Zaki dan di balas anggukan oleh Vania.
Berulang kali Zaki mengajari Vania. Untung nya Vania adalah tipikal orang yang mudah mengerti dan paham dengan sesuatu yang di ajarkan kepada nya. Baru belajar kurang lebih setengah jam, gadis itu sudah mulai bisa memainkan gitar walaupun belum begitu mahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Teen FictionAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...