17. Sisi lain seorang Khoirul Muzaki

32 4 0
                                    

"Mungkin aku punya banyak alasan
mengapa aku mencintaimu, tapi
alasan mengapa aku tak pantas
untukmu itu jauh lebih besar."

🦋🦋🦋

Zaki dan Vania berhenti tak jauh dari pondok pesantren Zaki. Ia sengaja memarkirkan motor nya sedikit jauh dari pondok, kemudian Zaki menyuruh Vania untuk menunggu nya beberapa menit di motor milik nya, sedangkan Zaki berjalan masuk ke pekarangan pondok. Zaki takut, jika ia berhenti di depan pondok dengan membawa Vania, pasti ia akan terkena masalah.

Sekitar kurang lebih sepuluh menit, Zaki kembali menghampiri Vania dengan dua tumpuk kardus yang di bawa nya. Vania menatap heran ke arah Zaki, apa yang kira-kira sedang dibawa oleh nya.

"Itu apa isi nya?" tanya Vania ketika Zaki meletekkan satu kardus di bagian depan motor nya.

"Makanan." ucap Zaki.

"Untuk?" tanya Vania keheranan karena melihat isi dari dalam kardus itu. Sebuah nasi kotak yang berjumlah tak sedikit.

Zaki tak menjawab, ia menaruh satu kardus lainnya di belakang, "Tolong pegangin." ucap nya.

Zaki melajukan motor nya, ia menuju ke sebuah fly over yang tempo hari Vania datangi. Tempat yang tak jauh dari Vania membeli kebutuhan obat PMR.

Setelah beberapa menit, akhirnya Zaki memberhentikan motor nya di depan sebuah gerobak sampah yang di samping nya terdapat seorang bapak-bapak yang mungkin usia nya sudah menginjak 60 tahunan.

"Bapak, permisi pak." ucap Zaki dengan nada sangat lembut. Kemudian ia turun dari motor dan mengambil satu nasi kotak dari dalam kardus.

Bapak-bapak itu terlihat kesulitan untuk berdiri dan menghampiri Zaki.

"Pak, ngga usah berdiri." ucap Zaki yang sekarang berjalan ke arah bapak itu. "Pak, saya ada sedikit rezeki." ucap nya.

Bapak itu tersenyum lebar dan menerima sebuah nasi kotak itu dari tangan Zaki, "Alhamdulillah, makasih banyak ya nak. Semoga rezeki nya selalu bertambah."

"Aamiin, kalau gitu saya pamit, pak." ucap Zaki yang langsung menyalami tangan bapak itu.

Vania menatap sadar kejadian yang baru saja terjadi, ia baru menyadari kemana Zaki membawa nya. Vania tak bisa berkata-kata, ia menyimpan beribu pertanyaan yang sebenarnya ingin sekali ia tanyakan pada Zaki.

Zaki kembali menaiki motor nya, kedua nya membisu tak saling bicara.

Setelah mengendarai motor tak jauh dari lokasi bapak-bapak tadi. Zaki berhenti di bawah jembatan. Jembatan yang terlihat sangat ramai, anak-anak dan beberapa wanita paruh baya disana.

Zaki menghentikan motor nya, ia menggotong kardus yang tadi ia letakkan di depan bagian motor nya dan dibawa ke arah anak-anak itu. Vania meletakkan kardus yang sedari ia pegang ke bagian depan motor Zaki. Gadis itu kemudian berjalan mengekori Zaki.

"Assalamualaikum." ucap Zaki.

"Waalaikumsalam .." ucap mereka serempak seakan sudah tau apa yang akan Zaki berikan.

"Mas Zaki, sudah lama enggak keliatan, kemana aja?" tanya seorang ibu yang usia nya sekitar 40 tahun.

Zaki tersenyum dan meletakkan kardus itu, "Iya bu, saya lagi banyak tugas di pondok sama di sekolah."

Kita dan Waktu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang