"Perasaan yang awal nya
menyenangkan kini mulai
memilukan."🦋🦋🦋
Selama perjalanan pulang tidak ada yang mereka bicarakan, Zaki fokus ke jalan di depan nya yang ramai dan lumayan macet, keadaan yang tidak bisa di hindari di jalanan ibu kota. Sementara Vania sibuk dengan pikirannya sendiri, mencoba menikmati angin sore.
Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai tepat di depan rumah Vania. Vania turun dari motor Zaki, mengembalikan helm yang sudah ia lepaskan beberapa detik lalu. Vania masih memasang wajah cemberut karena tadi ia tak sempat mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan saat bersama dengan seorang Zaki.
"Besok nggak usah jemput gua." ucap Vania.
"Emang gua nawarin?" balas Zaki, ia sedikit terkejut dengan ucapan Vania barusan.
Vania mendesis sebal sembari menghentakkan kaki kanan nya ke lantai. Zaki tak pernah peka.
"Makasih udah nemenin gua. Gua pamit, salam sama orang tua lo." ucap Zaki yang langsung menancap gas motor nya.
Vania tersenyum tipis dan menganggukkan kepala nya saja. Vania melipat kedua tangan nya, bibirnya semakin maju ke depan beberapa senti, "Kenapa laki-laki susah peka, sih?!"
Setelah kepergian Zaki yang sudah tak terlihat, Vania masuk ke dalam rumah nya. Ia berharap nanti Zaki akan menghubungi nya dan bertanya kenapa diri nya berubah menjadi tak mood setelah makan bersama nya.
***
Malam ini Vania harus bergulat dengan buku paket kimia yang beberapa hari lalu ia pinjam di perpustakaan. Ia belum belajar kimia sama sekali hari ini. Seharian ia hanya memikirkan tentang Zaki, Zaki, dan Zaki.
Vania mencoba fokus dengan buku di depan nya itu. Ia membolak-balikkan lembaran demi lembaran di dalam nya.
Vania mulai bosan dengan huruf-huruf di dalam sana. Ia mengeluarkan handpone dan menatap layar nya berharap ada notifikasi dari Zaki walaupun itu sangat mustahil.
"Lo berharap apa sih, Van?" ucap nya pada diri sendiri, "Berharap Zaki chat lo?" sambung nya.
Kemudian ia mengetok kepala nya beberapa kali untuk menyadarkan pikiran nya yang mulai menyeleneh. Vania mengambil laptop dari dalam laci meja belajar nya dan kembali menulis tentang cerita yang sempat ia mulai kemarin, Vania menulis kebahagiaan diri nya disana hari ini. Ia ingin agar seisi dunia tahu jika Zaki adalah orang yang sempurna.
***
"Selamat pagi guys!"
"Pagi, gimana kemarin?"
Vania mengembangkan senyuman nya kembali ketika Lula bertanya persoalan nya dengan Zaki. Vania kembali mengingat sisi baik laki-laki itu kemarin.
"Bentar, gua napas dulu." jawab Vania sambil melepaskan cardigan pink andalan nya.
Sementara dari kejauhan, Ana sudah melirik tak senang ke arah Vania dan Lula. Ia menggenggam tangan nya setiap kali mereka berdua menyebut nama Zaki.
"Kemarin, Zaki ngajak gua untuk bagi-bagi makanan ke pengemis. Terus, dia ngajak gua makan ayam geprek." ucap Vania senyam-senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Novela JuvenilAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...