"Entah mana yang lebih sakit, kehilanganmu atau melihatmu
bersama orang lain."🦋🦋🦋
Setelah selesai dengan permasalahan yang cukup rumit kemarin. Kini Vania bisa berhasil keluar dari zona itu, ia sudah memiliki lebih banyak keberanian karena Zaki dan Lula. Vania sangat berhutang budi kepada dua manusia baik itu.
Vania dan Zaki sedang duduk di pinggir jalan. Ada banyak pedagang disana, ada yang berjualan somay, keju aroma, es dugan, donat, dan masih banyak lagi. Ini adalah salah satu tempat donat langganan Vania. Donat terenak yang pernah di makan nya di Jakarta.
Mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang yang memang di sediakan oleh pedagang itu sambil menunggu pesanan donat mereka jadi.
"Lo sering kesini?"
"Sering, soalnya gua suka banget sama donat ini. Enak banget, sumpah lo harus cobain pokok nya."
Zaki tersenyum lebar. Mata nya menatap wajah cantik gadis itu. Walaupun sampai sekarang Zaki tak tahu perasaan apa yang sedang di pendam nya kepada Vania.
"Tempat favorite lo di Jakarta, apa? Dan dimana?" tanya Vania.
"Nggak tau." jawab Zaki singkat.
"Kok nggak tau, sih? Kan lo udah tinggal di Jakarta selama kurang lebih enam tahun."
"Rooftof, taman rusa, dan .. Tempat ini."
Vania mengerutkan kening nya, kenapa tiba-tiba jadi mengklaim tempat ini menjadi tempat favorite nya?
"Kenapa tempat ini?" tanya Vania.
"Gua suka tempat-tempat yang pernah gua dan lo datangin. Tempat itu bakalan jadi tempat favorite gua." jawab Zaki.
Vania tak menyangka Zaki bisa mengucapkan kalimat seperti itu. Walaupun terdengar sangat geli, tapi sumpah demi apapun Vania seperti ingin meleleh.
"MBAK DONAT NYA UDAH JADI."
"Oh iya, makasih ya Pak." ucap Vania sambil menerima donat itu.
Mereka berdua memilih memakan donat itu di tempat.
"Nih cobain, pasti lo bakalan ketagihan." ucap Vania sambil memeberikan kotak donat itu kepada Zaki.
Zaki membuka kotak berwarna putih itu, ada beberapa donat di dalam nya. Tangan Zaki mengambil donat bertoping cokelat kacang lalu melahap nya.
"Gimana?" tanya Vania.
Zaki mengunyah donat itu sambil mengangguk-anggukkan kepala nya, Zaki memberikan ibu jari nya untuk mengutarakan rasa donat itu.
"Enak kan?"
"Enak,"
"Iya dong, makanan langganan gua udah pasti enak-enak."
Zaki tersenyum penuh arti. Zaki merapihkan beberapa helai rambut Vania yang berantakan, kemudian menghapus sebuah cokelat yang belepotan di pinggir bibir Vania, "Lo sebaik ini, kenapa orang-orang pada jahat ya sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Teen FictionAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...