"Hidup adalah rangkaian pelajaran
yang harus dijalani untuk
dipahami."🦋🦋🦋
Udara setelah hujan memang seringkali membuat beberapa manusia di bumi menyempatkan keluar rumah hanya untuk mencium segar nya udara. Ya, walaupun tak semua manusia, pasti ada sebagian yang memilih untuk memasak indomie rebus dengan menonton film kesukaan atau ada juga yang memilih untuk tidur. Ah sudahlah itu tidak penting, yang terpenting hari ini salah satu list doa Vania berhasil. Berboncengan dengan Zaki.
"Rumah gua nanti setelah lampu merah kita belok ke kanan ya." ucap Vania.
"Oke." jawab Zaki.
"Lo ikhlas kan nganterin gua pulang?" tanya Vania.
"Kalau gua nggak ikhlas udah gua turunin lo di lampu merah depan, kebetulan di jok motor gua ada mangkok." jawab Zaki.
"Lo nyuruh gua jadi pengemis?!" ucap Vania kesal.
Zaki tak menjawab ucapan Vania, ia memilih fokus mengendarai sepeda motor milik nya. Jalanan lumayan licin sore ini, sekarang mereka melewati beberapa pepohonan besar yang udara nya sangat amat luar biasa segar nya.
Zaki menghirup udara disana sangat dalam, udara nya sama persis dengan udara di pondok nya setelah hujan.
"Cuaca nya dingin banget ya." ucap Vania lagi, gadis itu tidak ada kapok-kapok nya berbicara dengan lawan bicara yang menjawab seadanya.
"Namanya abis hujan." jawab Zaki.
Dasar laki-laki nggak peka! harus nya kan ia menawari Vania jaket yang di pakai nya, atau menyuruh Vania memeluk diri nya dari belakarang.
Vania memutar bola mata nya sedikit sewot. Tapi bagaimanapun juga sekarang keadaan hati nya sedang berbahagia dan berbunga-bunga. Gadis itu tak henti-henti nya senyum-senyum sendiri, ia dapat mencium wangi jaket yang dipakai oleh Zaki, jaket kargo berwarna hijau armi.
"Bawa motor nya pelan-pelan aja bisa nggak?" ucap Vania.
Padahal, sedari tadi Zaki sudah mengendarai motor sangat pelan karena jalanan sangat licin. Tetapi gadis yang di bonceng nya menyuruh untuk lebih menurunkan gas motor nya.
"Dari tadi juga udah pelan." jawab Zaki.
"Iya, maksud nya lebih pelan lagi." ucap Vania.
Shit!
Zaki menghentikan motor nya secara tiba-tiba tanpa mengucapkan satu kata pun. Kemudian ia menyetandarkan motor milik nya dan turun.
"Ngapain?" tanya Vania kebingungan.
"Dorong aja motor nya kalau mau lama sampai rumah." ucap Zaki.
Vania melongo dengan jawaban Zaki barusan. Bagaimana bisa ia mengatakan hal sekonyol itu?
"WHAT?!"
"Lagian, dari tadi gua bawa motor di kecepatan 20, dan lo minta lebih pelan lagi kan?" ucap Zaki.
Vania menggaruk kepala nya yang tak gatal, ia hanya cengengesan tak bisa menjawab ucapan Zaki. Vania memang menyadari sedari tadi Zaki membawa motor sangat pelan, tetapi ia juga tidak ingin segera sampai di rumah. Ia masih ingin menikmati udara jakarta sehabis hujan bersama Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Ficção AdolescenteAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...