28. Hari ini kamu makan gula, ya?

22 1 0
                                    

"Aku terlalu bangga memilikimu, dan kamu terlalu malu untuk
mengakui aku."

🦋🦋🦋

Malam ini, meskipun diajak secara paksa dan tiba-tiba oleh adiknya, Aril. Vania tetap memenuhi keinginan adiknya yang mengajak berkeliling kota mengendarai motor. Rasanya begitu malas, tetapi Aril menjanjikannya kue donat kesukaan nya.

Dengan kaca helm yang di biarkan terbuka, kedua remaja itu tidak henti-henti nya menertawakan beberapa hal konyol yang mereka bicarakan. Semilir angin malam yang lumayan dingin membuat suasana menjadi sangat dingin.

Akhirnya kedua nya memutuskan untuk membeli donat kesukaan Vania terlebih dahulu. Selepas memarkirkan motor, Aril berjalan dan langsung duduk di sebuah kursi berwarna oren.

"Ril, kan lo cowok nih .."

"Siapa bilang gua cewek?"

Vania menghentakkan kaki nya, adik nya selalu saja memotong pembicaraan nya.

"Gua belum selesai ngomong, njir!" ucap Vania kesal, "Menurut lo, kalau cewek confess duluan gimana?"

Aril memandang jengah wajah Vania. Kakak nya ini telah melontarkan kata-kata menggelikan.

"Najis! Lo ada niatan mau confess ke cowok pasti." jawab Aril.

"Enggak. Jawab dulu pertanyaan gua."

"Lo itu cewek, cewek itu di kejar bukan mengejar. Gimana sih?!"

Ucapan Aril memang ada benar nya. Tetapi dalam kamus Vania, ia harus mengejar dan usahakan sesuatu yang sudah ia inginkan dan sudah ia mulai sejak awal.

"Kalau cowok ngasih permen, tanda nya apa?" tanya Vania.

"Lo dikasih permen?"

Vania mengangguk, "Iya. Milkita rasa cokelat."

"Lo cuma di kasih permen milkita cokelat, bukan di lamar! Kenapa lo kelihatan jadi orang paling bahagia sedunia gini?"

"Nama nya orang jatuh cinta, ngeliat sendal nya aja udah senang, apalagi dikasih sesuatu dari dia, kan?"

Aril tak mengerti lagi jalan pikir kakak nya ini, ia lebih baik mengalah dan diam. Aril tak lagi melanjutkan obrolan dengan Vania.

***

"Zaki, lo suka kucing nggak?"

Zaki menatap Vania, laki-laki itu terlihat sedang memijat kening nya, "Suka."

"Oke, besok gua bawain kucing ya."

"Untuk apa?"

"Katanya suka kucing, dirumah ada banyak kucing. Mau yang warna apa? Oren, abu-abu, putih, atauu ..."

"Gua suka, tapi nggak mungkin kan kalau gua bawa ke pondok?"

Vania terdiam seketika, ia baru mengingat jika Zaki tinggal di pondok. Gadis itu menggaruk kepala nya dan tersenyum.

"Lo ngapain sih ngajak gua ke sini? Gua banyak tugas editing." ucap Zaki.

Sekarang mereka berdua berada di taman belakang sekolah. Tadi sebelum bel masuk kelas Vania menghampiri Zaki dan mengajaknya ke taman dengan alasan ingin mengatakan sesuatu yang penting.

Kita dan Waktu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang