23. Ice cream dan sepeda

28 1 0
                                    

"Datang karena penasaran, pergi
karena tau kekurangan,
itulah manusia".

🦋🦋🦋

Setelah kejadian tadi pagi di parkiran sekolah, kali ini Vania mempunyai sebuah ide untuk dapat pergi berdua bersama Zaki. Kali ini ide itu muncul dari otak nya sendiri, tak ada campur tangan dari Lula the gengs.

Vania berlari seorang diri ke arah ruangan jurnalistik. Gadis itu mengintip di kaca dari luar, sama sekali tak ada orang selain Zaki disana. Vania mendorong pintu itu dan langsung masuk begitu saja.

Mendengar suara pintu terbuka, Zaki spontan melihat ke arah sana. Betapa terkejut nya diri nya melihat Vania sudah berdiri di hadapan nya.

"Kii .. Gua mau ngajak lo ke suatu tempat, pulang dari sekolah. Mau nggak?"

"Kemana?"

"Ada. Mau yahh ... Pleasee!!"

"Tapi tugas gua masih banyak." ucap Zaki sambil menatap kembali komputer itu.

"Kan anak jurnal yang lain ada. Lo kan ketua, tinggal suruh aja anggota lo buat gantiin tugas lo sebentar." ucap Vania.

"Nanti gua kabarin bisa atau nggak." jawab Zaki dingin.

Vania berdecak sebal, kenapa Zaki tak langsung menjawab setuju atau tidak, sih!

"Sekarang aja, Ki. Gua perlu sekarang jawaban nya, bukan nanti." sambung Vania.

Kali ini bukan Vania yang berdecak, melainkan laki-laki itu. Zaki memutar kursi nya ke arah Vania. Menatap gadis itu dengan sedikit kesal.

"Iyaudah iya."

"Jawaban nya, iya?" tanya Vania memastikan.

"Hmm."

Detik itu juga gadis itu jingkrak-jingkrak kesenangan. Ia langsung keluar dari ruangan jurnal dan berlari ke arah kelas nya.

Bersamaan dengan Vania yang keluar kelas, Indra dan Elina masuk ke dalam ruang jurnal. Mereka berdua menatap aneh kepergian Vania yang cekikikan seperti orang kerasukan.

"Itu, anak IPA nggak sih?" tanya Elina pada Zaki.

"Ngapain dia kesini?" tanya Indra.

"Ada urusan." jawab Zaki.

"Sama lo?" ucap Elina.

Zaki menggangguk, "Iya."

Indra menatap senyum-senyum ke arah Zaki. Sudah hampir tiga tahun diri nya berteman dengan Zaki, baru kali ini laki-laki itu mempunyai sebuah urusan dengan lawan jenis nya.

"Tumben, jangan-jangan ..."

"Apa?" tanya Zaki ketus.

"Pacar lo, ya?" tanya Indra dengan menyenggol bahu Zaki.

"Bukan." jawab Zaki lagi.

"Pacar juga gapapa kali, Ki. Masa putih abu-abu nggak akan terulang dua kali, minimal lo harus ngerasain jatuh cinta di masa ini. Kata nya sih gitu." sambung Indra sembari menyenderkan tubuh nya ke tembok dan menyilangkan kaki nya.

Kita dan Waktu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang