"Kehilangan seseorang yang tidak pernah menghargai, bukanlah suatu kerugian."
🦋🦋🦋
Berita Vania dan Zaki yang menjadi top tranding di akun gosip sekolah sudah sampai ke telinga Ana. Itu sangat membuat Ana semakin benci dengan Vania hingga memunculkan banyak ide-ide gila berputar di otak nya.
Ana mengepalkan tangan nya, hati nya sangat sakit harus memerima kenyataan ini. Gadis itu tidak terima dengan perlakuan ini terhadap diri nya.
"Lo mau main-main sama gua?"
"Oke, kalau itu yang lo mau. Tunggu tanggal main nya," gumam Ana tersenyum licik.
***
Hari ini sepulang sekolah Vania dan Lula masih berada di dalam kelas, mereka berdua masih sibuk bergulat dengan permainan monopoli itu. Masih ada setengah dari siswa di kelas nya yang belum pulang, mereka memilih untuk bermain handpone atau sekedar bercerita di dalam kelas.
Setelah permainan selesai, mereka berdua berjalan ke luar kelas. Suasana sekolah sudah hampir sepi, hanya ada satu sampai dua orang saja yang masih ada di dalam pekarangan sekolah.
Tepat di lorong sekolah, Vania dan Lula terpisah. Lula berjalan ke arah gerbang sedangkan Vania berjalan lurus menuju kantin untuk membeli gorengan titipan Ibu nya.
Vania berjalan seorang diri sambil mendengarkan musik langganan spotify nya. Ia berjalan dengan sedikit bersenandung melewati kelas-kelas yang sudah mulai kosong penghuni nya. Vania berjalan melewati kamar mandi sekolah, walaupun suasana terlihat sepi tetapi Vania tidak memiliki rasa takut sedikit pun.
Vania tergeret masuk ke dalam kamar mandi ketika ada sebuah tangan yang menarik nya untuk masuk.
Vania yang kaget pun tidak sempat memberikan perlawanan hingga diri nya sekarang berada di kamar mandi dengan seorang laki-laki dan satu perempuan yang mengikat rambut nya kuda.
"Ana?"
Ana tersenyum licik memandang remeh ke arah Vania. Sedangkan laki-laki itu hanya berdiri tegak dengan menyenderkan tubuh nya di tembok.
"Kenapa? Kaget? Takut?" tanya Ana.
"Lo apa-apaan sih?" tanya Vania sambil berusaha melangkah keluar kamar mandi.
Ana dengan cepat menutup pintu kamar mandi dan mengunci nya, "Mau kemana sih buru-buru amat? Ohh .. Gua tau, mau ketemu sama Zaki, ya?"
Vania memutar malas bola mata nya, benar dugaan nya pasti Ana masih membahas soal Zaki, "Minggir! Gua mau keluar."
"Eh! Nggak semudah itu." ucap Ana menghalangi Vania.
"Gua nggak ada waktu ngeladenin orang yang nggak mau menerima fakta kayak lo!"
Ana mengangguk-angguk, ekspresi wajah nya terlihat meremehkan Vania. Ana menoleh ke arah laki-laki yang sedari tadi hanya melihat perdebatan kecil Ana dan Vania. Kemudian laki-laki itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
Laki-laki itu mengelus pipi Vania pelan sambil menyeringai.
"JANGAN KURANG AJAR!" bentak Vania tak sudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Teen FictionAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...