"Perempuan bukan tentang apa
yang diucapkan, tetapi yang
tak terucap"🦋🦋🦋
Vania sekarang terbaring lemas di brankar UKS. Kepala nya terasa begitu sakit, ia dapat merasakan penglihatan nya sedikit kabur karena kepala nya yang sakit dan pusing secara bersamaan. Lula sedari tadi tak henti-henti nya mengompres luka lebam Vania menggunakan kirbat es.
"La, nggak apa-apa. Lo balik ke kelas aja, biar gua sendiri bisa kok." ucap Vania.
"Gua nggak yakin lo bisa sendiri." ucap Lula.
"Gua serius, La. Besok ada ujian bahasa indonesia, dan hari ini pasti Bu Mayang kasih kisi-kisi ujian, kalau lo disini besok kita belajar kisi-kisi nya dapat darimana?" jelas Vania.
Vania benar, setidak nya salah satu dari mereka harus ada yang mengetahui kisi-kisi ujian di hari besok.
"Tapi beneran gapapa, Van?" ucap Lula khawatir.
"Iya gapapa."
"Yaudah gua ke kelas ya, nanti jam istirahat gua balik ke sini lagi."
Kemudian Lula berjalan keluar pintu UKS. Gadis itu berjalan dengan sangat santai hingga tiba-tiba sebuah ide gila melintas di pikiran nya.
Lula memberhentikan langkah nya, ia menoleh ke arah belakang dan menatap ruang UKS kembali. Setelah di rasa aman, gadis itu berjalan menuju ke kelas XII IPS 1.
***
Vania meletakkan kompresan ke jidat nya, kemudian gadis itu sedikit memejamkan mata nya meminimalisir rasa sakit nya.
Vania membuka mata nya saat merasa ada seseorang yang mengambil kompresan itu dari atas jidat nya begitu saja.
"Lo ngapain disini?" tanya Vania.
"Kata teman lo, lo pingsan nyebut-nyebut nama gua." ucap Zaki.
"Hah?! kata Lula?" tanya Vania.
"Gua nggak tau siapa nama nya," ucap Zaki.
Vania menggelengkan kepala nya, ia sangat malu di depan Zaki sekarang, bagaimana bisa Lula mempunyai ide gila seperti itu.
"Biar gua bantu," ucap Zaki sembari meletakkan kompresan ke jidat Vania.
"Lo gapapa ke sini?" tanya Vania.
"Kenapa emang nya?" tanya Zaki.
"Nanti kena marah guru yang lagi ngajar di kelas lo."
Zaki menggelengkan kepala nya singkat, "Gua udah izin."
Apa Zaki sepeduli itu dengan nya sehingga ia rela izin dan meninggalkan jam pelajaran nya hanya untuk menemani nya di UKS.
"Makasih, Ki." ucap Vania.
Perasaan Vania semakin tak karuan, ia semakin di buat jatuh cinta oleh Zaki. Setiap penuturan kata yang keluar dari mulut Zaki, Vania selalu menyukai nya, laki-laki itu selalu berbicara dengan nada yang lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Roman pour AdolescentsAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...