5. Memberanikan diri

119 20 1
                                    

"Hidup adalah sebuah seni menulis
tanpa menghapus."

🦋🦋🦋

Vania berjalan masuk ke dalam pekarangan sekolahan. Ia melewati beberapa kelas dan beberapa ruangan khusus musik dan juga ruang UKS.

Vania berjalan santai seperti biasa nya. Jam masuk kelas masih sekitar lima belas menit lagi, gadis itu berjalan dengan novel bercover pink yang berada di pelukan nya.

Langkah nya sangat pelan saat melewati depan kelas musik. Gadis itu mendengar suara seseorang bermain gitar dari dalam sana, karena rasa penasaran Vania yang bergejolak menuntun nya untuk masuk ke dalam ruang musik sepagi ini.

Pikiran nya selalu positif, iya sangat yakin yang di dengar nya ini adalah suara manusia. Ada seseorang di dalam sana sedang memainkan alat musik gitar. Perlahan Vania membuka knop pintu berwarna cokelat tua itu, ia sedikit mengintip sebelum akhirnya ia mulai melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam sana.

Vania bisa melihat seorang laki-laki yang sedang duduk membelakangi nya. Ia mempertajam penglihatan nya, ia seperti tidak asing dengan laki-laki itu walaupun hanya dilihat nya dari belakang. Laki-laki itu bermain gitar dengan menyanyikan lagu 'kita bikin romantis'.

Suara nya sangat menenangkan dan lembut, sehingga membuat Vania duduk di kursi yang ada di belakang laki-laki itu dan mendengarkan bait demi bait lagu yang dibawakan oleh nya.

Hingga tak sadar, reff pun mulai dinyanyikan oleh Vania dan laki-laki itu secara bersamaan.

"Kita bikin romantis .. Yang paling romantis .."

"Sambil bermain mata, turun ke hati .. Hati nya jatuh .."

"Kita bikin romantiss .. Yang paling romantis .."

"Sambil bergandengan tangan .. hati pelukan di angan syahdu .."

"Awan ikut menari-nari .. Sambil merayu lupakan ada waktu, ohh .."

"Angin berbunyi nada, seperti lagu cinta .. Ku tulis tentang muu .."

Vania berhenti bernyanyi saat laki-laki itu menoleh ke arah nya sembari berdiri dan berjalan ke arah nya.

"Zaki?" ucap nya pelan, sangat pelan.

Zaki menghentikan petikan gitar nya, ia menatap ke arah Vania dengan tatapan khas nya.

"Maaf .. Gua nggak bermaksud lancang, harus nya gua nggak masuk ke sini." ucap Vania tak enak hati.

Zaki terkekeh mendengar ucapan Vania, wajah Vania terlihat sangat ketakutan karena tak enak telah masuk secara asal di dalam ruang musik.

"Nggak apa-apa. Ruangan ini tempat umum, milik semua yang ada di SMA Angkasa, termasuk lo."

"Lo .. Sering di sini?" tanya Vania takut-takut.

"Lumayan sering, gua kesini kalau lagi merasa kesepian aja." ucap Zaki.

"Berarti sekarang lo lagi merasa kesepian?" tanya Vania.

Zaki tersenyum kecil dan duduk di kursi depan Vania, "Nggak lagi."

"Suara lo bagus." sambung Zaki.

Kita dan Waktu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang