"Kalo nggak bisa dapetin orangnya,
setidak nya kamu sudah punya
cerita dengan nya."🦋🦋🦋
Vania dan Lalu sudah berdiri tepat di depan pintu masuk pondok pesantren itu. Kedua nya saling tatap-tatapan.
"Ini seriusan, Van?"
Vania menganggukkan kepala nya dan tersenyum, kemudian Vania menarik tangan Lula untuk melangkahkan kaki nya masuk ke dalam pekarangan pondok pesantren itu.
Sebenarnya Vania pun tak yakin dengan apa yang ia lakukan ini. Vania dan Lula masuk ke dalam masjid dan duduk di sana, suasana masjid sudah sangat ramai sekarang, udara di dalam sana juga sangat amat dingin karena suhu Ac yang rendah.
"Ustadz nya yang mana?" tanya Lula.
"Gua juga nggak tau La. Gua kan baru pertama kali kesini juga." ucap Vania.
Seperti biasa, kegiatan Vania di tempat ramai adalah melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang itu.
Setelah beberapa detik, Vania melihat Zaki. Zaki dengan baju koko putih panjang yang di gulung sampai batas siku, sarung berwarna biru ketuaan, serta peci hitam yang melengkapi kesempurnaan wajah nya. Wajah nya terlihat sangat teduh dan menenangkan bagi siapapun yang melihat nya.
Zaki terlihat sedang sibuk berjalan kesana dan kemari untuk menyambut tamu. Dan menyambut ustadz pengisi kajian yang sudah datang dengan di iringi sholawat.
"Ganteng banget, wajah nya itu loh punya kharisma tersendiri." ucap Vania.
"Anak pondok, pasti kena air wudhu sehari lebih dari lima kali." ucap Lula.
"Gua berharap dia notice kalo ada gua di sini."
"Panggil aja biar nengok,"
"Ih yang benar aja! Malu banyak orang di sini."
Tak lama kemudian, acara di mulai. Vania dan Lula mendengarkan kajian dengan sangat serius. Menurutnya kajian tidak se-membosankan yang ia bayangkan selama ini, justru ini jauh lebih seru ketimbang menonton bioskop di waktu pulang sekolah.
Jam sudah menunjukkan sekitar pukul setengah sebelas malam. Lula sedari tadi sudah menahan rasa kantuk nya, sedangkan Vania masih dengan tenang menyimak kajian itu. Hingga beberapa menit kemudian kajian itupun selesai sehingga membubarkan semua orang-orang yang berada di sana.
Vania dan Lula berjalan pelan keluar pekarangan pondok. Vania berharap Zaki akan melihat diri nya ada disana.
"Permisi."
Spontan Vania dan Lula membalikkan tubuh nya untuk menoleh ke arah belakang. Vania sangat terkejut mendapati ada Zaki yang sudah berdiri di belakang nya dengan kedua teman nya.
"Anak SMA Angkasa, bukan?" tanya Zaki.
Vania dan Lula mengangguk secara bersamaan.
"Ada apa?" tanya Vania.
"Nggak apa-apa, kayak enggak asing aja wajah nya. Makasih ya udah dateng ke acara pondok." ucap Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
أدب المراهقينAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...