"Kamu masih menjadi tokoh utama dan
tokoh favorit dalam cerita cinta
yang ku buat."🦋🦋🦋
Vania dan Zaki sudah berada di atas gedung itu. Ini kedua kali nya Vania ke tempat itu. Tempat yang sangat indah, tempat yang mampu membuat siapapun yang berada di sana menjadi tenang.
Vania berdiri di pinggir gedung, menatap jalanan jakarta dari atas sana. Sedangkan Zaki, laki-laki itu duduk di pinggir gedung sambil memijat kening nya yang mungkin terasa pusing.
"Kamu mau ngomong apa sama aku? Kok sampai ajak aku ke rooftop segala, sih."
Suara itu membuat Zaki menoleh ke arah Vania. Ia bingung harus memulai dari mana.
"Sini duduk." ucap Zaki.
Vania berjalan mendekat ke tempat Zaki. Gadis itu lalu duduk tepat di samping Zaki.
"Maafin aku, Van."
"Kamu minta maaf untuk apa, Ki?"
"Untuk semuanya."
Vania dibuat semakin bingung dengan perlakuan Zaki tiba-tiba.
"Kamu sebenarnya kenapa?" tanya Vania.
Zaki menghela napas berat, kemudian meraih tangan Vania dan menggenggamnya.
"Kita sampai sini aja ya," lanjut Zaki.
Vania semakin bingung. Vania memberanikan diri menyentuh wajah Zaki dan mengangkatnya pelan-pelan.
"Zaki, lihat aku." pinta Vania.
Zaki membalas tatapan Vania, kedua matanya menyorot semakin lemah. Zaki sengaja menunjukkan dengan jelas rasa bersalah nya karena sudah memulai semua dan membuat Vania berharap banyak kepada nya.
"Kamu ngomong apa? Jelasin ke aku maksud dari omongan kamu barusan." ucap Vania.
Zaki kembali menghela napas berat, "Maafin aku Van, maaf."
"Kenapa? Apa kamu nggak bahagia punya pacar kayak aku?"
"Bahagia, sangat bahagia. Bahkan perasaan aku dari awal sampai sekarang nggak pernah berubah dan nggak akan pernah berubah. Aku selalu bahagia kalau lihat kamu, Vania."
"Kalau bahagia kenapa kamu memutuskan untuk udahin, Ki?" ucap Vania. Dada nya kini terasa sangat sesak, mata nya mulai berkaca-kaca tak kuat menahan sesuatu yang ingin menerobos keluar dari mata nya.
Zaki merasakan kedua matanya memanas, rasa sesak itu kembali menyerangnya. Sulit untuk Zaki mengatakannya.
"Maafin aku, Van."
"Kasih aku alasan, Ki! Aku nggak butuh maaf, aku cuma butuh penjelasan dari kamu."
"Aku pikir setelah aku ngejalanin hubungan sama kamu perasaan aku ke kamu akan tumbuh. Tapi ternyata nggak, Van. Aku nggak bisa balas perasaan kamu, maafin aku."
Tangis Vania pecah, kepala nya terasa pusing seketika. Ucapan-ucapan Zaki sangat menusuk di hati nya.
"Kamu jahat ya ternyata, kenapa nggak dari awal aja kamu bilang sama aku kalau kamu nggak bisa balas perasaan aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Waktu (on going)
Novela JuvenilAku menulis cerita ini untuk seseorang yang akhir akhir ini selalu menghantui pikiran ku. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung, kulit bersih, dan potongan rambut andalan nya yang selalu membuatku semakin menyukai nya. Aku tidak bisa menyeb...