11. Sumber Kebahagiaan

75 6 3
                                    

"Aku mencintaimu, perihal kau mencintai ku  atau tidak biarlah
itu jadi urusanku"

🦋🦋🦋

"Van."

Kedua kaki Vania berhenti melangkah di ambang pintu. Sebuah suara yang Vania kenal terdengar memanggil namanya. Vania tak langsung menoleh, ia mengatur napasnya sebentar, lalu setelah itu tersenyum dengan senyuman sangat manis.

Vania pun perlahan menggerakkan kepala nya ke samping. Dan, benar saja. Ada Zaki di sana.

"Zaki ngapain disini?" tanya Vania berpura-pura tak pernah terjadi apapun semalam.

"Nanti, bisa pulang sama gua?" ajak Zaki, ekspresi wajahnya seperti biasa. Sangat tenang.

Vania berpikir sebentar, haruskah menerima ajakan itu atau tidak, "Lo mau anterin gua pulang?"

"Iya. Mau?"

Vania sebenarnya merasa sangat senang, ia ingin sekali melompat-lompat sekarang juga. Tetapi ia harus menjaga image nya di depan Zaki.

"Boleh." jawab Vania menyetujui.

"Nanti pulang sekolah gua tunggu di depan kelas musik." ucap Zaki setelah itu pergi meninggalkan Vania.

Vania menatap ke arah Lula yang cengengesan, gadis itu sudah memantau dari jauh dengan ketiga pentol korek itu. Vania hampir pingsan sekarang, kaki nya terasa begitu sangat lemas. Zaki benar-benar menggonjang-ganjing hati nya.

"Ciee .. Di ajak pulang bareng." goda Lula.

"Bagaimana perasaan anda sekarang?" ucap Hartono sambil menggulung buku nya berpura-pura dijadikan mikrofone.

"Jujur, saya ingin pingsan." jawab Vania meladeni tingkah Hartono.

"LO NGGAK NGAPA-NGAPAIN AJA ZAKI BISA NGAJAK PULANG BARENG." teriak Lula sambil melirik ke arah geng nya Ana.

Beberapa kumpulan di sebalah kanan itu menatap Lula dengan tatapan sinis. Mereka hanya diam karena tidak ada Ana disana. Ia, Ana harus menjalani hukuman nya yaitu di-skors selama satu minggu.

"BILANGIN SAMA TEMAN KALIAN, BIAR DIA TAMBAH KEPANASAN." ucap Lula teriak.

"KALUNGAN KULKAS KALAU KEPANASAN!!" ucap William ikut-ikutan.

Andre dan Hartono tak ikut-ikutan menyahut, mereka berdua hanya menyumbang suara tertawa meledek.

"Udah, La. Masih pagi jangan buat keributan, kasian mereka." ucap Vania.

"Ya gimana, belum puas gua tuh. Rasanya pengen banget jambak rambut mereka semua." jawab Lula.

"Lagian kenapa sih lo kayak benci banget sama Ana. Pernah ada masalah sebelum nya?" tanya Vania.

"Ada Van, masalah nya udah sekitar setengah tahun yang lalu sih." sahut Hartono.

Tatapan Vania beralih ke Hartono sekilas, kemudian ia kembali menatap ke arah Lula yang sedang mengunyah permen karet yang baru saja di buka nya.

"Apa?" tanya Vania.

"Ana ngerebut cowok gua." ucap Lula dengan tenang.

Kita dan Waktu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang