Epilog

9K 333 31
                                    

—Happy Reading—

.

.

.

Seorang wanita dengan rambut yang di cepol tinggi itu sedang berdiri di dapur sambil meminum segelas air putih.

"Pagi non Kara," sapa seorang wanita paruh baya.

"Pagi Bi," sapa balik Kara pada pembantu rumahnya bernama Aas.

"Bibi abis dari mana?" tanya Kara.

"Ah itu, Bibi baru nyiram tanaman depan," Kara mengangguk.

"Non, non gak papa kan?" tanya Bi Aas dengan raut cemas melihat keadaan majikannya yang terlihat sedikit pucat.

"Kara gak papa kok Bi," jawab Kara.

"Kalo butuh apa-apa panggil Bibi aja non."

"Iya Bi," setelah Bi Aas pergi Kara langsung memijit pelipisnya yang terasa berdenyut pusing.


Fyi, semenjak menikah Kara sudah melepas pekerjaannya sebagai Dokter, karena ingin lebih fokus menjadi ibu rumah tangga. Razel tak pernah melarang. Namun itu semua adalah keinginan Kara sendiri.

"Mommy..." terdengar teriakan dari arah ruang keluarga yang membuat Kara langsung menoleh.

"Mommyy..." panggilnya lagi.

Kara menghela napasnya pelan kemudian melangkahkan kakinya ke sumber suara yang memanggilnya.

"Ada apa sih?" tanya Kara sambil berjalan mendekat.

"Mommy... eng toyongiy," ucap suara anak kecil itu.

"Astagfirullah Marvel! Ngapain?" kaget Kara saat melihat anaknya yang nyungseb di sofa.

Marvelio Ginarenzra Xiliks. Putra pertama dari Razel dan Kara yang kini berumur empat tahun.

"Mommy sepetan toyongiy," dapat Kara lihat wajah Marvel yang kini sudah terlihat memerah buru-buru Kara membantu anaknya itu untuk duduk dengan benar.


Anak kecil itu kini sudah terduduk dengan benar di sofa namun dengan kondisi wajahnya yang merah dengan keringat yang memenuhi wajahnya apalagi rambutnya yang kini sudah tak beraturan. Membuat Marvel terlihat sangat menggemaskan di mata Kara.

Tawa Kara langsung pecah ketika melihat anaknya yang mengusap-ngusap kepalanya karena sakit lalu memukul punggung sofa karena kesal.

"Mommy, kok malah senyungin Avel? Kan cakit ini," kesal Marvel melihat  Mommy-nya yang justru tertawa.

"Senyungin apaan?" tanya Kara.

"Itu balusan Mommy senyungin Avel."

Kara terkekeh. "Itu namanya ngetawain bukan senyumin apalagi senyungin," jelas Kara.

"Belalti Mommy dak boyeh en... tawain, kata Daddy nanti dosa!" Kara mendengus mendengar penuturan putranya itu.

My Annoying Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang