Part 7

6.4K 339 1
                                    

Dengan langkah yang lunglai dan lelah, akhirnya Kara dapat melihat gerbang rumahnya di depan sana yang entah kenapa terlihat bersinar, mungkin efek kara ingin cepat sampai jadi imajinasi Kara menjadi sedikit kacau.

Rasanya Kara ingin bersujud dan mencium gerbang rumahnya itu dengan dramatis. Namun, sayangnya saat ini Kara terlalu lelah hanya untuk melakukannya.

"Baru kali ini gue lihat lo kayak ada sinar-sinarnya, shinning, simmering, Splendid begini," ucap Kara berbicara pada gerbang rumahnya sambil tersenyum lebar. Benar, Kara memang benar-benar sudah gila, tadi ponsel yang Kara ajak bicara sekarang gerbang rumahnya.

Kara sudah membuka pintu rumahnya dan bersiap melangkah pergi ke kamar, tapi suara seseorang membuat Kara terpaksa mengurungkan niatnya.

"Dari mana aja kamu?" tanya orang itu penuh selidik.

"Eh! Mamih," Kara nyengir pada Rika Mamihnya. Ya, wanita paruh baya itu adalah Rika yang menyandang status sebagai Mamih Kara.

"Bagus ya, pulang sekolah bukannya pulang malah keluyuran," sindir Rika, ketika melihat putrinya yang baru pulang padahal sekarang sudah pukul 7 malam.

"Tadi tuh Kara...." ucapan Kara terpotong oleh ucapan Rika.

"Alah, ngeles aja kamu!" yang di balas dengan cengiran oleh Kara. Rika geleng-geleng meliha tingkah anak perawannya itu.

"Udah sana pergi, mandi terus makan!" perintah Rika dan langsung membuat Kara bersorak dalam hati karena tidak ada introgasi serta guyuran rohani dari Mamihnya.

Kara melangkah riang masuk kedalam rumahnya, saat melewati ruang tv, matanya melihat sosok Juno yang tengah membaca buku, sontak Kara langsung menatap sengit pada Adiknya itu.

Merasa ada yang menatap dirinya Juno menolehkan kepalanya tepat ke arah Kara yang masih mentapnya tajam.

Juno hanya menatap acuh dan melanjutkan kembali membaca buku, sontak saja kelakuan Adiknya itu membuat Kara semakin kesal.

Dengan langkah pasti Kara menghampiri Juno, lalu dengan satu tarikan Kara berhasil merampas buku yang sedang di baca Juno membuat sang empu tersentak kecil.

Juno menatap Kara datar sambil menaikan satu alisnya karena bingung dengan yang di lakukan Kakaknya itu.

Kara yang di tatap malas oleh Juno semakin jengkel. "Ihh... Jono lo nyebelin banget sih jadi Adek!"

Bukannya merespon Juno malah mengambil buku yang di pegang Kara dengan kasar. "Ganggu!" ucap Juno ketus, setelah itu Juno kembali berkutat dengan bukunya.

Kara yang di perlakukan seperti itu menahan amarahnya yang sudah berada di ubun-ubun. Tiba-tiba ide jail Kara muncul saat matanya melihat ponsel Juno yang di letakan di meja tak jauh dari kursi yang Juno duduki.

Dengan gerakan cepat Kara mengambil ponsel Juno dan melemparnya ke arah pintu utama yang lumayan jauh, sehingga mampu menimbulkan suara yang cukup nyaring di telinga.

Dugh!

Prekk!!

Suara itu mampu mengalihkan perhatian Juno yang sedang membaca dan melihat ke arah sumber suara. Juno bingung dengan suara apa barusan, sedangkan Kara sudah tersenyum miring.

"Mampus! Biar tau rasa!" ucap Kara melihat ke arah ponsel Juno yang di lemparnya tadi dengan posisi Kara yang membelakangi Juno, sedangkan Juno saat ini sedang terduduk dengan pikiran yang terheran-heran.

"Apaan tuh?" tanya Juno penasaran. Kara yang mendengar suara Juno langsung membalikan tubuhnya menghadap ke arah Juno.

Oh adiknya ini belum menyadari kondisi ponselnya? Mari kara beritahu.

"Gimana? Merdu gak suaranya?" tanya Kara, sedangkan Juno semakin bingung dengan pertanyaan Kakaknya barusan.

Seakan tahu pikiran Juno Kara lantas berucap. "Kalo penasaran liat aja di pintu," Juno awalnya bingung dan malas. Namun, rasa penasarannya yang mendominasi membuat tubuhnya tak sadar telah berjalan ke arah pintu utama.

Kara yang melihat Juno beranjak, langsung buru-buru pergi menuju kamarnya dengan sebisa mungkin untuk menahan tawanya agar tak pecah.

Juno berjalan santai ke arah pintu, saat semakin dekat Juno mengernyitkan dahi seperti mengenal benda pipih berwarna hitam yang tergeletak di dekat pintu dengan kondisi yang mengenaskan.

Lantas Juno berjongkok untuk meraih benda pipih tersebut, saat benda tersebut sudah berada di tangannya barulah Juno tersadar bahwa firasatnya buruknya memang benar bahwa itu adalah ponselnya.

Seingat Juno ponselnya tadi ia taruh di atas meja, tapi kenapa sekarang ponselnya berada di sini dengan kondisi yang sudah tak karuan.

Saat tengah berpikir tiba-tiba terlintaslah wajah Kakaknya di pikirannya, tidak salah lagi pasti ini kelakuan Kakak laknatnya itu.

Juno menahan kesal dengan mencengkram ponselnya kuat-kuat, menyalurkan emosinya.

Sedangkan Kara yang baru tiba di kamar langsung menutup pintunya tak lupa di kunci, jaga-jaga kalau Juno datang dan mengamuk di kamarnya kan bisa berabe.

Setelah itu tawa Kara pecah sampai di buat sakit dengan perut dan lehernya.

"Huh, huh," Kara mengatur pernapasannya karena saking lelahnya tertawa.

"Sumpah gue puas banget gila. Sukurin tuh, siapa suruh punya ponsel gak berguna!" celoteh Kara masih dengan sisa tawanya.

Kara bilang ponsel Juno 'gak berguna' padahal apa bedanya dengan ponsel Kara yang jauh lebih tak berguna.

Kara masih asik dengan tawanya hingga suara seseorang mengintrupsi di balik pintu kamar.

"Kakak udah mandi? Ayok turun cepetan kita mau makan malam sama-sama."

Kara kaget dia pikir tadi itu Juno yang akan mengamuk padanya, ternyata itu suara Rika Mamihnya. "Iya Mih, bentar!" setelah mengucapkan itu Kara langsung ngacir ke kamar mandi.

Setelah menghabiskan waktu 15 menit Kara baru turun ke bawah untuk makan malam, saat Kara berjalan, Kara melihat di meja makan ada Mamihnya, Adiknya dan juga Papihnya? Tunggu!Papihnya? Bukannya Papihnya sedang berada di Jerman? Pikir Kara.

Saat sudah berada di dekat meja makan, Kara tak kunjung duduk malah melongo di tempat, membuat Rika menegurnya. "Ra, ngapain kamu malah bengong?, Bukannya duduk!" tetap saja Kara tak bergeming membuat Rika mendengus.

"ARNLYTHA KARAMELL!!" pekik Rika maembuat Kara terlonjak kaget, sedangkan Juno dan Prama —Papihnya Kara sudah menutup kupingnya rapat-rapat.

Kara menggosok-gosok kupingnya yang terasa sangat pengang,akibat teriakan merdu Mamihnya itu.

"Mamih apaansih? Kakak gak budeg gak usah tereak juga kali!" gerutu Kara kesal.

"Lagian kamu di suruh duduk malah bengong kayak orang oon!" ujar Rika.

Kara langsung menatap Rika kesal, namun tatapannya kembali pada orang yang mirip dengan Papihnya itu, lantas Kara berbisik pada Rika. "Mih, itu beneran Papih?" tanya Kara di samping telinga Rika, namun masih bisa di dengar oleh Prama juga Juno.

"Kamu pikir Papih kamu setan apa?" jawab Rika sewot, membuat Kara langsung berbinar.

"OH MY HEART!! PAAPIIH KARAMAELL YANG CANTIKNYA DUNIA AKHERAT TIADA TARA INI KANGEEENN BINGITS!!" teriak Kara menggema di seluruh penjuru rumah membuat semuanya langsung menutup telinga.

"Ck, like mother like daugther!" ucap Prama melihat kelakuan putri semata goleknya yang persis seperti istrinya. Berisik.


.

.

.

Next?....

Jangan lupa votenya guys...

Follow Instagram

@lai_insilailam

My Annoying Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang