"Kakak!" teriakan menggema terdengar di seluruh penjuru rumah. Kara yang kondisinya sedang bercermin sambil bedakan sontak tersentak kaget.
"Kakak ngapain sih? Lama banget?!" Rika yang berada di ambamg pintu menatap Kara dengan kesal.
Kara berdecak kecil. "Mamih sabaran dikit dong. Lagian kan Kakak gak mau ikut. Giliran Juno yang gak ikut di bolehin, giliran aku tetep maksa. Gak adil banget sih!" cerocos Kara.
Rika bersedekap dada. "Jangan banyak omong kamu! Cepetan! Emang dasar warga yang katanya gak ber-flower ini emang kerjaannya suka ngaret," ucap Rika dengan gumaman di akhir kalimatnya kemudian berlalu dari kamar Kara.
Kara berdiri dengan wajah ditekuk. "Dasar bawel," kemudian Kara berjalan keluar.
Di bawah sudah ada Rika dan Prama yang terlihat serasi dengan setelan yang anggun dan gagah. Kara mencebik saat tatapan matanya bertemu dengan Prama.
Prama menaikan alis. "Kenapa Kak?" tanyanya.
"Gak papa," jawab Kara dan memilih berjalan keluar rumah lebih dulu.
***
"Ayo Kak!" ajak Rika tak sabaran.
"Mih bentar ih Kakak mau ngomong," Kara menarik tangan Rika menjauh dari Prama yang sedang mengangkat telpon.
"Mih sumpah, bukannya Mamih juga gak setuju ya sama perjodohan ini?" ucap Kara memelas.
Alis Rika terangkat. "Mih please bantuin Kakak, bujuk Papih ya Mih. Bilang sama Papih batalin aja Kakak gak mau di jodohin," mohon Kara.
Rika yang awalnya tak mengerti langsung tersenyum misterius. "Maafin Mamih Kak, Mamih juga awalnya gak setuju tapi liat kamu yang gak bawa casu mulu bikin Mamih khawatir. Lagian temen-temen Mamih udah banyak yang punya cucu. Masa Mamih harus gigit jari pas mereka pamerin cucu-cucunya?" ucap Rika dramatis.
Kara menghela napas kasar. "Tapi jangan buru-buru gini dong Mih. Kara belum siap."
"Mih! Kak! Ayo!" ajak Parama.
Rika langsung menoleh. "Iya," jawabnya pada Prama. Kemudian menatap Kara lagi. "Ayo gak papa. Casu kamu baik kok," setelah itu Rika melangkah menghampiri Prama. Sedangkan Kara langsung menurunkan bahunya lemas. Berjalan masuk mengikuti orang tuanya.
Di sana di sebuah meja yang Prama hampiri yang di ikuti Rika juga Kara di belakangnya terdapat sepasang suami-istri yang kini sedang tersenyum menyambut.
"Ayo duduk," ucap seorang laki-laki paruh baya.
Prama dan Rika duduk. Rika menoleh menatap Kara yang masih ragu. "Kak, ayo duduk."
Dengan malas Kara ikut duduk di tengah antara Rika dan Prama berhadapan langsung dengan sebuah bangku kosong di hadapannya.
Perasaan Kara tak enak. Apa ini akhir dari semua harapannya? Kara belum siap.
Kara menunduk tak berniat ikut nimbrung dengan para orang tua.
"Anaknya mana?" tanya Rika.
Lusi—perempuan yang berada di hadapan Rika menjawab. "Lagi ke depan dulu ada telpon penting katanya— nah itu dia," tunjuk Lusi pada sosok yang baru saja melintas.
Rika langsung menoleh dan mendapati sosok laki-laki yang kini sedang berdiri dengan senyuman ramahnya.
Kara tetap menunduk tak berniat melihat siapa laki-laki itu. Rika menyenggol lengan Kara. "Apa sih?" tanya Kara tanpa mendongak hanya menatap lewat ekor matanya pada Rika.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boyfriend [END]
Ficção Adolescente( Sudah Tamat tapi ada baiknya di ramaikan dengan voment. ) Banyak cewek-cewek yang ingin memiliki hubungan dengan seorang Razelio Neftra Xiliks cowok tampan dan merupakan ketua geng besar sekolah. Namun, berbeda dengan cewek bernama Arnlytha Karame...